Mohon tunggu...
Shella Elvina
Shella Elvina Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Halo! Saya Mahasiswa program studi ilmu komunikasi, artikel-artikel yang saya tuliskan disini masih dalam seputar ranah ilmu komunikasi. Semoga artikel ini dapat membantu anda menambah pengetahuan nantinya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Inovasi Sektor Kuliner dalam Pemanfaatan Makanan Khas Daerah untuk Meningkatkan Industri Kreatif di Yogyakarta

22 Desember 2020   09:13 Diperbarui: 22 Desember 2020   09:43 831
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber : dikpora.jogjaprov.go.id)

Pengolahannya memang diaduk terus secara berulang-ulang di atas kayu besar agar tidak gosong atau “anggudeg”. Menurut apa yang dituliskan pada Serat Centhini, gudeg pertama kali dikenal pada tahun 1989 yaitu pada zaman mataram kuno, dan pada zaman tersebut gudeg merupakan makanan yang merakyat di Jawa, termasuk kota Yogyakarta. Berdasarkan sumber sejarah lain mengenai gudeg, dapat disimpulkan bahwa zaman dahulu gudeg merupakan makanan yang merakyat karena bahan utama yang digunakan mudah di temukan di sekitar halaman rumah warga, yaitu pohon nangka. 

Gudeg memiliki berbagai macam jenis, yaitu gudeg basah yang merupakan gudeg paling populer dan paling mudah di jumpai di Jogja. Gudeg ini memiliki varian yang terdiri dari gudeg nangka, tersaji bersama dengan berbagai lauk seperti ayam, telur, krecek, yang kemudian disiram sejenis kuah kental yang berwarna putih kekuningan bernama “areh”. Areh inilah yang menjadikan gudeg ini terkesan basah, dan paling cocok apabila disantap bersama bubur atau nasi hangat. 

Apabila terdapat gudeg basah, pastilah terdapat pula gudeg kering. Gudeg kering tidak disajikan dengan kuah dan yang menjadi ciri khas gudeg jenis ini adalah rasa manis yang kuat dan tekstur nangkanya yang lebih kesat. Hal ini dikarenakan waktu yang diperlukan untuk memasak gudeg kering lebih banyak sehingga kuah beserta gulanya meresap hingga ke bagian terdalam gudeg. Gudeg kering cocok dijadikan sebagai buah tangan karena lebih tahan lama. 

Jenis gudeg selanjutnya adalah gudeg manggar. Gudeg manggar sendiri merupakan jenis gudeg yang berbahan dasar manggar atau bunga pohon kelapa yang masih muda. Cerita dibalik keberadaan gudeg ini cukup unik, yaitu gudeg ini dibuat sebagai rasa bentuk perlawanan terhadap pemerintah Yogyakarta dahulu yang dianggap memihak kepada Belanda. Namun, sekarang gudeg ini menjadi salah satu jenis gudeg khas Bantul yang diminati karena keunikannya, dan sering dijadikan sebagai sajian saat acara adat maupun festival di Kota Gudeg. 

Setelah gudeg basah, gudeg kering, bahkan gudeg manggar, masih ada dua jenis gudeg lagi yang wajib untuk dicoba saat berkunjung ke Yogyakarta, yaitu gudeg mercon dan gudeg ceker. Gudeg mercon sesuai dengan namanya, terkenal dengan rasa pedasnya yang meledak di lidah, yang mana rasa pedas ini didapatkan dari campuran cabai rawit yang melimpah hingga menutupi permukaan gudeg. Meskipun memiliki rasa pedas yang menggelegar, gudeg mercon berhasil memikat hati masyarakat dan menjadikan gudeg jenis ini diincar oleh banyak orang. 

Tak kalah dengan gudeg mercon, gudeg ceker yang sesuai dengan namanya, gudeg jenis ini memiliki bahan dasar utama yang berupa ceker ayam yang dimasak hingga empuk, tak lupa dimasak dengan berbagai olahan bumbu. Gudeg ceker sebenarnya berasal dari Kota Solo, namun cukup populer juga di Yogyakarta. 

Gudeg ini memiliki tekstur yang empuk, basah, dan berkuah menjadikan hidangan ini cocok dimakan bersama areh dan juga sambal krecek. Berbagai perpaduan rasa bumbu yang gurih serta ceker ayam yang empuk dapat menjadi pilihan untuk mereka yang tidak terlalu menyukai hidangan yang bercita rasa manis dan juga pekat. 

Semakin berkembangnya teknologi dan munculnya berbagai ide menarik dan inovatif  di kalangan masyarakat Indonesia, menjadikan industri kreatif mengalami lonjakan yang pesat dan berkembang hingga menjadi salah satu penopang ekonomi nasional. Ekonomi kreatif memiliki ciri-ciri, diantaranya hasil dari berbagai kreasi intelektual yang meliputi kreativitas dan juga talenta. Penggabungan dari aspek ini dapat menghasilkan nilai jual yang tinggi dalam industri kreatif. Produk yang diproduksi suatu perusahaan kreatif memiliki jangka waktu yang relatif singkat atau dapat dikatakan produk mudah tergantikan. 

Produk kreatif yang dihasilkan oleh suatu perusahaan yang memiliki tujuan untuk dipasarkan dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung kepada konsumen, dan dalam memproduksi suatu produk kreatif, adanya ide atau gagasan sebagai tonggak utama keberhasilan suatu produk kreatif. Ide maupun gagasan harus bersifat baru dan inovatif sehingga mampu menarik perhatian konsumen. 

Penciptaan produk yang berasal dari ide inovatif tersebut diharapkan dapat menyumbangkan kontribusi terhadap pengembangan industri kreatif di Indonesia, dan juga produk yang diciptakan dapat digunakan secara tidak terbatas dalam berbagai macam bidang usaha di tanah air dan untuk membuat produk yang direncanakan, dibutuhkan kerjasama yang baik antara berbagai pihak yang bersangkutan dengan industri kreatif tersebut. 

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tahun 2006 silam sebagai gerbang pembuka sektor ekonomi kreatif di Indonesia yang diwujudkannya dengan terbentuknya Indonesia Design Power oleh Departemen Perdagangan yang memiliki tujuan untuk mengembangkan ekonomi kreatif di setiap wilayah di Indonesia. Salah satu wujud nyatanya adalah diluncurkannya Studi Pemetaan Kontribusi Industri Kreatif Indonesia 2007 pada Trade Expo Indonesia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun