Mohon tunggu...
Shela Afitasari
Shela Afitasari Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswi

mahasiswi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dependensi Minyak dan Perekonomian Arab Saudi

21 Juni 2021   21:37 Diperbarui: 21 Juni 2021   22:23 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ekonomi menjadi salah satu bidang yang sangat penting dan berpengaruh dalam berdirinya suatu negara. Negara -- negara biasanya memiliki beberapa sektor yang dijadikan sebagai penyokong perekonomian negara. Akan tetapi ada juga beberapa negara yang hanya bergantung pada satu bidang atau sektor saja. Seperti Arab Saudi yang bergantung pada sumber daya minyak. Negara yang hanya bergantung pada satu sumber daya alam dalam menopang ekonomi negara sangat rentan terhadap krisis. Hal itu dapat terjadi karena harga barang tidak menetap. Jika harga sangat turun hal itu tentu saja akan menimbulkan kerugian yang cukup besar bagi negara. Selain itu sumber daya alam juga dapat habis dan negara -- negara lain bisa saja menemukan sumber daya lain sebagai penggantinya.

Salah satu negara yang menjadi pengekspor minyak mentah terbesar di dunia yaitu Arab Saudi. Minyak mentah menjadi salah satu penyokong perekonomian negara ini. Rentang waktu tahun 2015-2018, perekonomian Arab Saudi mengalami perlambatan. Hal tersebut dikarenakan harga minyak global jatuh serta perekenomian berada pada kondisi yang naik turun. Akibatnya, Arab Saudi pada saat itu harus memangkas subsidi dan anggaran belanja pemerintahannya. Penghematan yang dilakukan oleh Pemerintah Arab Saudi menyebabkan terancamnya program-program kesejahteraan yang memumpuni. Turunnya harga minyak dunia membawa dampak pada Arab Saudi sendiri yaitu rendahnya pertumbuhan dari penciptaan lapangan kerja baru serta ketidakmampuan untuk memberikan bebas pajak serta harus memberlakukan beberapa pajak tertentu.

Kondisi harga minyak serta perekonomian Arab Saudi juga mengalami penurunan pada tahun 2020. Dimana pada tahun 2020 terjadinya pandemic global yaitu covid-19. Pandemi global covid-19 ini mengakibatkan penurunan harga serta permintaan khususnya dalam komoditas energi, minyak serta logam insutri. Penurunan harga tersebut membuat ketidakpastian dalam bidang finansial serta investasi khususnya dalam pertumbuhan di negara-negara pengekspor minyak dan logam. Hingga 2021, Negara Arab Saudi menjadi salah satu negara yang terkena dampak dari pandemic covid-19. Penanganan serta pencegahan telah dilakukan guna memperlambat penyebaran virus. Hal tersebut pastinya akan membawa pemerintah dalam perlambatan perekonomian. Banyak negara yang pastinya mengalami resesi dikarenakan adanya pandemik covid-19 ini. Selain itu, negara-negara di dunia juga akan mengalami tekanan khususnya pada perekonomian mereka serta sektor finansial.

Minyak di Arab Saudi

Tahun 2015, harga minyak di Arab Saudi mengalami penuruan dengan lebih dari 70% atau sekitar dibawah $30 per barelnya. Harga minyak yang turun mengakibatkan ketegangan pada Arab Saudi serta mengguncang masyarakat setempat karena telah terbiasa dengan sifat konsumenrisme. Pemerintah Arab Saudi sangat menggantungkan pendapatan negaranya dari komoditas minyak. Jatuhnya harga minyak mengakibatkan defisit anggaran sebesar $98 Miliar pada tahun 2016. IMF mengumumkan bahwa terdapatnya sebuah kemungkinan dimana Pemerintah Arab Saudi akan kehabisan dana dalam kurun waktu sekitar 5 tahun apabila Pemerintah Arab Saudi tidak segera memangkas pengeluaran. Hal tersebut disampaikan IMF pada Oktober 2015.

Turunnya harga minyak di Arab Saudi mengakibatkan daya beli masyarakat menurun. Hal tersebut ditunjukkan oleh Capital Economics dimana belanja konsumen sebagia besar mengalami penurunan dan diduga angka tersebut akan turun mencapai 2% hingga 3% pada 2018. Angka tersebut merupakan penurunan yang cukup serius. Kuartal pertama 2016, produksi pada produk sektor energi swasta (perusahaan yang berkaitan dengan minyak) mengalami peningkatan sebesar 0,2%. Angka tersebut merupakan sebuah tingkat pertumbuhan yang terlemah sejak tahun 1990. Menanggapi harga minyak yang cukup rendah, Pemerintah Arab Saudi akhirnya memutuskan untuk memangkas pengeluarannya sekitar 30% pada kuartal pertama 2016. Saldo fiskal serta eksternal Arab Saudi masih berada dalam status defisit yang cukup dalam sehingga hal tersebut mengakibatkan peningkatan hutang serta penurunan pasokan cadangan.

Pendapatan retail mengalami penurunan sebesar 45% pada periode yang sama. Penurunan tersebut diakibatkan oleh turunnya kepercayaan konsumen terhadap pasar. Mei 2016, bank mencatat turunnya simpanan bank sebesar 3,4% selama 22 tahun terakhir. Turunnya angka simpanan bank akhirnya membuat Bank Sentral Arab memberi izin pada bank komersil untuk meningkatkan rasio kredit pada simpanan guna mengatasi masalah disebabkan oleh harga minyak yang rendah. Walaupun begitu, bank masih berusaha dalam meningkatkan kredit untuk bisnis. Kapasitas pinjaman bank yang menurun mengakibatkan perbankan dalam situasi tekanan yang tinggi. Negara tetangga Arab Saudi yaitu Uni Emirat Arab juga merasakan dampak perekonomian yang disebabkan oleh turunnya harga minyak Arab Saudi. Dampak yang terasa bagi Uni Emirat Arab yaitu sepinya pengunjung mal di hari perayaan Idul Fitri. Penurunan tersebut dikarenakan banyaknya warga Arab Saudi yang tidak berkunjung ke Uni Emirat Arab karena penurunannya pendapatan mereka.

Selain dalam kurun waktu 2015-2018, Arab Saudi juga mengalami penurunan harga minyak pada tahun 2020. Tahun 2020 terjadi pandemic covid-19 yang melanda seluruh negara-negara di dunia. Terjadinya pandemic covid-19 membawa dampak pada harga minyak. Meluasnya penyebaran kematian dari virus covid-19 ini mengakibatkan gelombang kejjut dari sektor ekonomi, minyak, real estate pada pasar keuangan serta penuruna ekonomi juga berdasar pada respon politik terhadap krisis pandemic ini dengan membuka beberapa sektor publik seperti pasar, perdagangan, investasi serta industri.

Krisis covid-19 ini membawa berdampak penting terhadap harga minyak. Hal tersebut dikarenakan situasi yang terjadi di Amerika Serikat dengan banyaknya korban berjatuhan, dimana hal tersebut mempengaruhi pasar saham serta ekonomi riil karena ketidakstabilan ekonomi di Amerika Serikat. Akibat dari pandemi membuat harga minyak akan terus turun, setidaknya dalam jangka waktu pendek karena penurunan dari pemintaan minyak mentah. Harga minyak di Arab Saudi sempat menyentuh level terendahnya yaitu $ 9,12 per barel pada April 2020. Pandemi covid-19 sangat memberikan dampak pada harga minyak khususnya pada negara-negara seperti Arab Saudi dan anggota OPEC.

Kondisi di Arab Saudi jika dibiarkan mungkin saja dapat berakhir dengan penyakit Belanda (Dutch Disease). Penyakit Belanda sendiri merupakan istilah ekonomi yang dikenal pada tahun 1977 dimana pada saat itu Belanda mengalami ledakan ekspor gas karena mereka baru menemukan sumber daya alam gas yang besar. Karena hal itu Belanda jadi terlalu fokus pada ekspor gas dan tidak memperhatikan sektor lainnya sehingga sektor lainnya mulai bangkrut satu dengan satu. Hal itu terjadi karena adanya banyak permintaan gas dari luar membuat menguatnya nilai mata uang. Menguatnya nilai mata uang berdampak pada sektor ekspor lainnya yang menjadi kesulitan untuk menjual produknya karena harga dari produknya otomatis mengikuti nilai mata uang saat itu.

Arab Saudi jika terus hanya menjadikan minyak sebagai penyokong perekonomiannya mungkinan saja mereka dapat terkena penyakit Belanda ini. Dapat dilihat dari seberapa menurunnya perekonomian Arab Saudi saat harga minya bumi turun. Hal itu tentu saja akan memberikan dampak yang cukup besar. Karena itu Arab Saudi harus mulai membuka sektor atau bidang lainnya yang dapat membantu perekonomiannya untuk menghindari penyakit Belanda ini.

Kesimpulan

Arab Saudi, pada tahun 2015-2018 mengalami penurunan harga pada sektor minyak mentah. Harga minyak di Arab Saudi yang turun diakibatkan oleh ketegangan pada Arab Saudi serta mengguncang masyarakat setempat karena telah terbiasa dengan sifat konsumenrisme. Pemerintah Arab Saudi sangat menggantungkan pendapatan negaranya dari komoditas minyak. Jatuhnya harga minyak mengakibatkan defisit anggaran sebesar $98 Miliar pada tahun 2016. Selain itu, Arab Saudi juga mengalami penurunan harga minyak pada tahun 2020. Hal tersebut juga dikarenakan oleh krisis covid-19 yang melanda dunia. Krisis tersebut menghantam harga minyak Arab Saudi dengan menyentuh level terendahnya yaitu $ 9,12 per barel. Kondisi Arab Saudi juga rentan sekali pada Penyakit Belanda. Mereka harus dapat mengatasi permasalahan perekonomiannya agar tidak menjadi lebih buruk lagi.

Referensi :

Abdelmageed Algamdi, e. a. (2021, Februari 04). COVID-19 Deaths Cases Impact on Oil Prices: Probable Scenarios on Saudi Arabia Economy. Retrieved from: https://www.frontiersin.org/articles/10.3389/fpubh.2021.620875/full

Alharbi, A. (2020). Economic effects of low oil prices in Saudi Arabia. Int. j. inf. tecnol., 1-5.

Hartono, R. (2018, Agustus 15). Menghindari "Penyakit Belanda". Retrieved from: https://www.berdikarionline.com/menghindari-penyakit-belanda/

Kojo, N. C. (2015). Demystifying Dutch Disease. Journal of International Commerce, Economics and Policy, 06(02), 1550010.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun