Selamat datang di zona kehidupan kampus, di mana setiap jalan membawa cerita baru yang jauh berbeda dari zaman sekolah. Mulai dari berubahnya lingkungan, tantangan keuangan, perbedaan cara bergaul, sampai tuntutan akademis yang lebih tinggi. Itu dia beberapa hal yang seringkali dihadapi oleh mahasiswa, yang membuat mereka terkadang merasa terkejut, kewalahan, khawatir, bahkan distress.
Jangan risau! Artikel ini akan mengajak kamu untuk eksplorasi seru, mempertanyakan sejauh mana sih kamu siap menghadapi dinamika kehidupan perkuliahan ini? Mari bersama-sama mencari tahu bagaimana cara mengubah setiap tantangan menjadi peluang pertumbuhan, dan bagaimana menghadapi kampus dengan keyakinan yang tak tergoyahkan.
Memahami Perubahan dan Tantangan Baru di Dunia Kampus
Menurut Papalia, Olds, dan Feldman (2007) manusia akan selalu dihadapkan pada tantangan kehidupan sehari-hari. Dari sejak lahir hingga dewasa, tedapat tugas-tugas perkembangan yang harus dilalui agar sukses dalam menjalani kehidupan.
Nah, pastinya tantangan dan kesulitan sehari-hari ini juga dilalui oleh para mahasiswa yang belajar di perguruan tinggi. Memasuki dunia perguruan tinggi, bukanlah hal yang mudah bagi setiap mahasiswa. Terdapat banyak sekali perubahan dan tantangan baru yang harus dilalui oleh mahasiswa untuk sukses di perguruan tinggi. Tantangan yang muncul ini berlangsung sejak awal masa perkuliahan hingga kelulusan.
Terkadang ada momen-momen yang membuat kepala mahasiswa terasa mau pecah karena pusing dengan segala tuntutan yang harus ditanggung. Ternyata beragamnya tuntutan yang harus dilalui oleh mahasiswa itu dapat menimbulkan distress psikologis Lho! Nah, kalau kita tidak bisa mengatasi distress yang muncul akibat tekanan tersebut, itu bisa berpengaruh ke cara kita belajar, bahkan bisa membuat kemampuan akademik kita menurun. Oleh karena itu, penting banget nih untuk punya strategi pendekatan yang tepat guna merubah tantangan menjadi peluang terciptanya resiliensi.
Apa itu Resiliensi?
Menurut Reivich dan Shatte (2002: 1) resiliensi adalah kemampuan individu untuk beradaptasi dan tetap teguh dalam berbagai masalah atau situasi sulit yang terjadi. Sedangkan menurut Jackson dan Watkin (2004: 13) resiliensi adalah suatu konsep yang menunjukkan kemampuan seseorang untuk mengatasi dan beradaptasi terhadap masa-masa sulit yang dihadapi. Resiliensi diri seseorang juga menentukan keberhasilan atau kegagalan dalam kehidupannya.
Dalam konteks kehidupan, resiliensi menjadi unsur kunci bagi setiap individu dalam menghadapi beragam masalah atau situasi sulit, dengan kemampuan adaptasi dan keteguhan sebagai landasan utama. Kemampuan seseorang dalam mengatasi dan beradaptasi terhadap masa-masa sulit muncul sebagai penentu keberhasilan atau kegagalan selama perjalanan hidup. Secara sederhana, resiliensi mencerminkan kapasitas untuk tetap tegar dan mudah menyesuaikan diri di tengah-tengah tantangan atau kesulitan hidup. Individu dengan tingkat resiliensi yang tinggi cenderung lebih mampu mengelola stres, mengatasi kesulitan, dan pulih dengan lebih baik setelah melewati berbagai rintangan.
Strategi Merubah Tantangan Akademik Menjadi Peluang Terciptanya Resiliensi
Pertama, kamu bisa melihat setiap tantangan sebagai kesempatan untuk tumbuh dan berkembang. Tidak perlu terlalu memikirkan hal sulitnya, tetapi pikirkanlah arah apa yang bisa kamu ambil dari setiap situasi yang memusingkan. Ini seperti latihan untuk melihat hal positif dari setiap tantangan yang datang, dengan itu kita akan tumbuh dan berkembang lebih baik lagi.
Kedua, pecahkan tantangan besar menjadi langkah-langkah kecil yang dapat dicapai. Jangan lupa, setiap langkah harus mempunyai tujuan yang jelas dan terukur ya! Nah, dengan merencanakan tujuan-tujuan yang terukur dan memecahnya menjadi tugas-tugas yang lebih kecil, tentu saja hal ini akan membuat kita menghindari perasaan terlalu terbebani dan juga membantu kita membangun rasa pencapaian dan meningkatkan motivasi.
Ketiga, kalian juga bisa menjalin hubungan baik dengan orang-orang terdekat. Sharing soal masalah akademik bisa buka pandangan baru Lho, kita akan mendapatkan saran yang mungkin belum terpikirkan, dan juga mendapat support emosional yang bisa membuat kita lebih kuat. Dengan merasa didukung, maka kemungkinan kita dapat mengatasi tantangan dengan lebih percaya diri dan membangun hubungan sosial yang lebih positif.
Ingatlah, resiliensi bukan hanya tentang mengatasi kesulitan, tetapi juga bagaimana kita tumbuh dan berkembang melalui proses tersebut. Dengan terus berusaha, berpikir positif, dan menjaga koneksi sosial yang baik, kita tidak hanya akan berhasil menghadapi tantangan akademik, tetapi juga membentuk fondasi kuat untuk masa depan yang lebih cerah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H