5. Isyarat untuk Bertindak
  Komunikasi yang efektif harus memberikan dorongan yang jelas agar masyarakat bertindak. Ini bisa berupa pengingat melalui media sosial, poster di fasilitas kesehatan, atau kampanye yang melibatkan tokoh masyarakat untuk meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat.
6. Efikasi Diri (Self-Efficacy) Â
  Selain memberikan informasi, komunikasi kesehatan juga harus menumbuhkan rasa percaya diri pada individu untuk melaksanakan langkah pencegahan yang disarankan. Kampanye yang menampilkan contoh orang yang berhasil menjalani gaya hidup sehat dapat meningkatkan keyakinan masyarakat bahwa mereka mampu melakukannya.
 Studi Kasus:Â
Kampanye Vaksinasi COVID-19
Contoh nyata penerapan HBM dalam komunikasi kesehatan dapat dilihat pada kampanye vaksinasi COVID-19. Penelitian menunjukkan bahwa masyarakat yang merasa rentan terhadap COVID-19 dan memahami manfaat vaksin cenderung lebih banyak yang menerima vaksin. Sebaliknya, hambatan seperti ketakutan akan efek samping atau ketidakpercayaan terhadap sistem kesehatan dapat mengurangi tingkat partisipasi.
Kampanye vaksinasi yang berhasil tidak hanya menyampaikan informasi tentang vaksin, tetapi juga mengatasi hambatan dan memberikan isyarat untuk bertindak, seperti pengingat melalui berbagai media.
 Kesimpulan
Komunikasi kesehatan yang efektif sangat bergantung pada pemahaman tentang teori seperti Health Belief Model. Dengan memanfaatkan komponen-komponen HBM, kita dapat merancang kampanye yang lebih tepat sasaran untuk mendorong perubahan perilaku positif di masyarakat. Lebih dari itu, komunikasi kesehatan yang baik akan memperkuat hubungan antara lembaga kesehatan dan masyarakat, memberikan pengetahuan yang bermanfaat, serta memotivasi masyarakat untuk berpartisipasi dalam program kesehatan yang dapat meningkatkan kualitas hidup.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H