Komunikasi kesehatan memegang peran yang sangat vital dalam membentuk pemahaman masyarakat tentang isu kesehatan dan langkah-langkah pencegahan penyakit. Di era yang serba terhubung ini, penyebaran informasi yang akurat dan mudah dipahami sangat penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menjaga kesehatan dan mencegah penyakit. Namun, agar informasi tersebut dapat diterima dengan baik, perlu dipahami bagaimana cara penyampaian yang tepat dan bagaimana hal itu dapat mempengaruhi perubahan perilaku.
Komunikasi kesehatan tidak hanya bertujuan untuk menyebarkan informasi, tetapi juga untuk mempengaruhi cara pandang dan perilaku masyarakat agar lebih peduli terhadap kesehatan. Salah satu pendekatan yang bisa digunakan untuk memahami proses ini adalah dengan memanfaatkan teori-teori komunikasi, seperti "ealth Belief Model (HBM), yang dapat membantu menjelaskan bagaimana masyarakat menerima informasi kesehatan dan membuat keputusan berdasarkan informasi tersebut.
 Mengapa Komunikasi Kesehatan Itu Penting?
1 .Meningkatkan Pengetahuan tentang Kesehatan
  Salah satu fungsi utama komunikasi kesehatan adalah untuk menyampaikan informasi yang dapat memperluas pengetahuan masyarakat tentang penyakit, faktor risiko, serta langkah-langkah pencegahan yang dapat dilakukan. Dengan pengetahuan yang lebih baik, masyarakat dapat membuat keputusan yang lebih bijak terkait gaya hidup mereka.
2. Mengubah Perilaku Masyarakat Â
  Hanya memberikan informasi tidak cukup untuk menciptakan perubahan. Tujuan komunikasi kesehatan yang lebih besar adalah untuk mendorong perubahan perilaku, seperti kebiasaan sehat yang lebih baik. Kampanye kesehatan yang efektif dapat memotivasi individu untuk berpartisipasi dalam program kesehatan, seperti vaksinasi, pola makan sehat, atau rutin berolahraga.
3. Membangun Kepercayaan
  Komunikasi yang transparan dan terbuka sangat penting untuk membangun hubungan saling percaya antara lembaga kesehatan dan masyarakat. Kepercayaan ini akan membuat masyarakat lebih siap menerima dan mengikuti saran atau tindakan pencegahan yang disarankan.
4. Penyuluhan yang Relevan
  Agar informasi kesehatan dapat diterima, penting untuk menyesuaikannya dengan konteks sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat yang menjadi sasaran. Penyuluhan yang tidak mempertimbangkan hal ini cenderung gagal untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Mengaplikasikan Health Belief Model dalam Komunikasi Kesehatan
 Salah satu teori komunikasi yang sering digunakan adalah 'Health Belief Model (HBM), yang menjelaskan bagaimana persepsi individu terhadap ancaman kesehatan dan manfaat dari tindakan preventif dapat mempengaruhi keputusan mereka untuk bertindak. Berikut adalah beberapa komponen utama dari model ini yang relevan dalam komunikasi kesehatan:
1. Persepsi terhadap Kerentanannya
  Masyarakat perlu merasa bahwa mereka atau keluarga mereka berisiko terkena penyakit tertentu. Misalnya, kampanye yang menjelaskan prevalensi penyakit seperti hipertensi atau diabetes tipe 2 bisa membantu orang merasa bahwa mereka perlu melakukan langkah pencegahan.
2. Persepsi terhadap Keparahan Penyakit Â
  Agar lebih peduli terhadap kesehatan, masyarakat perlu diberi pemahaman yang jelas tentang betapa seriusnya dampak penyakit terhadap kualitas hidup mereka. Penyuluhan mengenai bahaya penyakit yang ditimbulkan oleh kebiasaan merokok, misalnya, dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kesehatan paru-paru.
3. Persepsi terhadap Manfaat Tindakan  Pencegahan
  Untuk mendorong tindakan pencegahan, masyarakat harus memahami manfaat yang bisa mereka peroleh. Contohnya, jika mereka mengetahui bahwa vaksinasi dapat melindungi mereka dari penyakit berbahaya, mereka akan lebih cenderung untuk mengikuti program vaksinasi.
4. Persepsi terhadap Hambatan Â
  Komunikasi kesehatan perlu mengidentifikasi hambatan yang mungkin dihadapi masyarakat dalam mengambil tindakan preventif, seperti biaya, ketidaknyamanan, atau kurangnya akses. Memberikan solusi atau menginformasikan adanya program vaksinasi gratis dapat membantu mengurangi hambatan ini.
5. Isyarat untuk Bertindak
  Komunikasi yang efektif harus memberikan dorongan yang jelas agar masyarakat bertindak. Ini bisa berupa pengingat melalui media sosial, poster di fasilitas kesehatan, atau kampanye yang melibatkan tokoh masyarakat untuk meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat.
6. Efikasi Diri (Self-Efficacy) Â
  Selain memberikan informasi, komunikasi kesehatan juga harus menumbuhkan rasa percaya diri pada individu untuk melaksanakan langkah pencegahan yang disarankan. Kampanye yang menampilkan contoh orang yang berhasil menjalani gaya hidup sehat dapat meningkatkan keyakinan masyarakat bahwa mereka mampu melakukannya.
 Studi Kasus:Â
Kampanye Vaksinasi COVID-19
Contoh nyata penerapan HBM dalam komunikasi kesehatan dapat dilihat pada kampanye vaksinasi COVID-19. Penelitian menunjukkan bahwa masyarakat yang merasa rentan terhadap COVID-19 dan memahami manfaat vaksin cenderung lebih banyak yang menerima vaksin. Sebaliknya, hambatan seperti ketakutan akan efek samping atau ketidakpercayaan terhadap sistem kesehatan dapat mengurangi tingkat partisipasi.
Kampanye vaksinasi yang berhasil tidak hanya menyampaikan informasi tentang vaksin, tetapi juga mengatasi hambatan dan memberikan isyarat untuk bertindak, seperti pengingat melalui berbagai media.
 Kesimpulan
Komunikasi kesehatan yang efektif sangat bergantung pada pemahaman tentang teori seperti Health Belief Model. Dengan memanfaatkan komponen-komponen HBM, kita dapat merancang kampanye yang lebih tepat sasaran untuk mendorong perubahan perilaku positif di masyarakat. Lebih dari itu, komunikasi kesehatan yang baik akan memperkuat hubungan antara lembaga kesehatan dan masyarakat, memberikan pengetahuan yang bermanfaat, serta memotivasi masyarakat untuk berpartisipasi dalam program kesehatan yang dapat meningkatkan kualitas hidup.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H