Mohon tunggu...
Sheila Bachtiar
Sheila Bachtiar Mohon Tunggu... Lainnya - PNS TNI AD

HOBI MENULIS, MEMBACA, MENONTON FILM

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Seuntai Kata Maaf

31 Mei 2023   00:35 Diperbarui: 31 Mei 2023   00:37 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Bapak dan Ibu sehat, La? Mbak ingin bertemu dengan Bapak dan Ibu. Mbak ingin minta maaf ..." Lila tak bisa lagi menahan airmatanya saat melihat Mbak Ayu meneteska airmata kepedihannya.

"Iya Mbak ... besok Lila akan bawa Bapak dan Ibu kemari."

"Benar ya, La? Soalnya Mbak takut nggak akan ..."

"Mbak pasti sembuh! Jangan berpikiran yang bukan-bukan ya, Mbak?" pinta Lila penuh harap. Mbak Ayu mengangguk kecil. Tanpa Mbak Ayu berkata Lila tahu sorot mata itu mengucapkan terima kasih. Mata Mbak Ayu pun terpejam lagi. Lila pasti akan melakukan hal apa yang Mbak Ayu ingikan, batin Lila dengan kepedihan yang tiba-tiba saja melanda di hatinya.

Malam itu Lila merasa sangat gelisah, ia masih kebingungan mencari jalan agar Bapak dan Ibu mau datang menjenguk Mbak Ayu. Setelah lama berpikir, akhirnya Lila menemukan sebuah jalan yang menurutnya jitu untuk menggoyahkan pendirian Bapak dan Ibu. Dengan cara ini semoga ego Bapak dan Ibu bisa lunak mudah-mudahan bisa hancur. 

Lila tersenyum tipis saat melihat Ibu sedang santai menonton televisi, tanpa Bapak. Lila duduk di samping Ibu. Kelihatannya Ibu sedang tidak ingin diganggu, tapi kapan lagi dapat kesempatan kalau bukan sekarang, pikir Lila. Sesaat ragu menyergap hatinya. Tapi apapun yang akan terjadi nanti, setidaknya kali ini dia harus berani mencoba.

"Bu ... Mbak Ayu ingin bertemu dengan Ibu dan Bapak," ucap Lila cepat. Ibu menoleh, memandangnya dengan sorot mata tak suka dengan kata-kata yang baru saja diucapkan Lila.

"Sudah Ibu bilang jangan ..."

"Dengarkan Lila dulu, Bu! Tolong untuk kali ini saja ... sakit Mbak Ayu sudah parah dan butuh kehadiran Ibu dan Bapak di sana," Lila menghela nafas sejenak kemudian mulai bicara lagi. Kelihatannya untuk kali ini Lila berhasil, Ibu terlihat mulai mau mendengarkan.

"Ibu tentu pernah dengar kata-kata Ridho Allah berasal dari Ridho orangtua dan murka Allah juga berasal dari murka orangtua. Bukannya Lila mau menasehati Ibu. Lila cuma minta Ibu untuk datang menjenguk Mbak Ayu. Sekaliii .... saja!" penuh harapan dalam nada suara itu.

"Ini urusan Ibu dan dia. Kamu tidak perlu ikut campur! Itulah ganjaran bagi anak yang tidak mau patuh pada nasehar orangtua!" ujar Ibu ketus di luar dugaan Lila. Lila menahan airmata yang terasa mengganjal di sudut matanya. Inikah figur seorang Ibu? Ibu yang begitu ia hormati, Ibu yang begitu ia sayangi. Kenyataannya? Sekedar maaf untuk anak pun tidak beliau berikan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun