Mohon tunggu...
Sheila Andini
Sheila Andini Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Pendidikan Sosiologi, Universitas Pendidikan Indonesia

Menyukai Sosiologi, namun sangat gemar bernyanyi dan tertarik terhadap musik.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Kasebud Jelekong: Masyarakat Sejahtera, Kelestarian Seni-Budaya Terjaga

13 Desember 2022   10:00 Diperbarui: 13 Desember 2022   10:03 410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kasebud (Kampung Seni dan Budaya) Jelekong - Dok. pribadi

Artikel ini dibuat dalam rangka mata kuliah Pemberdayaan Masyarakat Desa dan Kota yang diampu oleh Bapak Dr. Cik Suabuana, M.Pd. dan Ibu Mirna Nur Alia A., M.Si.

Salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki cukup banyak potensi wisata adalah Jawa Barat. Pemerintah Provinsi Jawa Barat begitu menyadari bahwa promosi wisata itu penting, sehingga mereka membentuk Badan Promosi Pariwisata Jawa Barat. Promosi tersebut dilaksanakan dengan menggelar pameran dan menghadirkan para pelaku pariwisata, baik dari dalam maupun luar negeri. Salah satu desa wisata di Jawa Barat adalah Desa Jelekong, yang berlokasi di Jalan Giriharja, Kelurahan Jelekong, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung. Secara resmi, desa ini telah ditetapkan sebagai desa wisata sebagaimana yang tercantum dalam Surat Keputusan Bupati Nomor: 556.42/Kop/72- Dispopar/2011 tentang Penetapan Desa Wisata di Wilayah Kabupaten Bandung.

Kampung ini lebih dikenal dengan sebutan Kampung Seni dan Budaya Jelekong. Kampung Jelekong memiliki keunikan tersendiri dikarenakan kentalnya unsur seni budaya yang dijaga kelestariannya. Desa Jelekong merupakan tempat yang dikhususkan bagi para seniman handal Giriharja, meliputi kesenian wayang golek, jaipongan, seni lukis, pencak silat, sisingaan, serta berbagai industri ekonomi kreatif lainnya. Desa ini juga telah dikenal oleh beberapa mahasiswa luar negeri yang melakukan kajian-kajian mengenai budaya tradisional lokal, terkhusus di Jawa Barat.

Desa Jelekong menjadi tempat yang menghasilkan banyak pedalang handal, yang sekaligus merupakan keturunan dari Abah Sunarya. Pada awalnya, pelukis di Kampung Jelekong ini hanya satu, yaitu Pak Odin. Pak Odin merantau ke daerah lain, dan kembali ke kampung ini untuk memulai usaha penjualan hasil-hasil lukisannya. Ia kemudian mulai merekrut pekerja sembari mewariskan keterampilan melukisnya kepada warga Kampung Jelekong. Mereka yang belajar melukis di Pak Odin ini sudah ada yang belajar selama kurang lebih satu hingga dua tahun. Setelah murid-muridnya pandai, jumlah pelukis di Kampung Jelekong semakin bertambah, sehingga jumlah pesanan akan hasil lukisan Jelekong pun meningkat. Rata-rata para pelukis ini mewariskan bakatnya kepada anak-anaknya, atau banyak juga orang yang berasal dari luar Kampung Jelekong yang ingin belajar melukis di kampung ini. 

Potret pelukis Jelekong yang sedang membuat karya lukisan - Dok. pribadi
Potret pelukis Jelekong yang sedang membuat karya lukisan - Dok. pribadi

Di antara berbagai jenis kesenian di desa ini yang telah disebutkan sebelumnya, terdapat kesenian yang ikonik atau menjadi yang paling unggul sekaligus menjadi ciri khas dari Kampung Seni dan Budaya Jelekong, yakni lukisan dan wayang. Warga Desa Jelekong yang masih kecil sudah diperkenalkan dengan dunia lukis oleh orangtua mereka. Maka dari itu, tak heran jika penduduk Desa Jelekong menjadikan lukisan sebagai salah satu sumber mata pencahariannya. 

Berdasarkan data yang peneliti dapatkan dari narasumber, terdapat sekitar 200 kepala keluarga di Desa Jelekong yang berprofesi sebagai seniman lukis. Lukisan-lukisan yang dihasilkan oleh seniman Jelekong dijual ke beberapa kota besar di Indonesia, seperti Bali, Jakarta, hingga Yogyakarta. Bahkan, tidak sedikit lukisan yang banyak dijual di Jalan Braga, Kota Bandung berasal dari Kampung Seni dan Budaya Jelekong ini. Lukisan para pelukis Jelekong tentunya berbeda dengan lukisan-lukisan di luar sana karena mereka mempunyai ciri khasnya tersendiri yang tidak mudah ditiru oleh siapapun. Dengan keunikannya tersebut, pelukis dari Jelekong ini sering menerima pesanan lukisan dari Bali yang menjadi destinasi pengiriman terbesar dari Jelekong ini. Tak hanya itu, Jelekong juga cukup sering menerima pesanan lukisan dari negara tetangga, seperti Malaysia dan Singapura. 

Salah satu toko yang khusus menjual hasil lukisan di Kampung Seni dan Budaya Jelekong - Dok. pribadi
Salah satu toko yang khusus menjual hasil lukisan di Kampung Seni dan Budaya Jelekong - Dok. pribadi

Salah satu toko yang menjual hasil kesenian di Kampung Seni dan Budaya Jelekong - Dok. pribadi
Salah satu toko yang menjual hasil kesenian di Kampung Seni dan Budaya Jelekong - Dok. pribadi

Produk yang dijual bukan hanya lukisan saja, melainkan ada pula baju, gantungan kunci, dan produk bercorak kesenian lainnya yang dibuat langsung oleh seniman Jelekong. Produk tersebut dijual di beberapa e-commerce. Dari segi penjualan melalui e-commerce, para seniman Jelekong mengalami peningkatan hasil penjualan atau omset yang signifikan, yaitu mencapai 500 lukisan per bulan. Tahun-tahun sebelumnya, mereka hanya mampu menjual belasan lukisan per bulannya atau bahkan tidak sama sekali. Harga yang mereka patok dari setiap lukisannya sendiri berkisar antara 200 ribu hingga 1 juta rupiah, tergantung motif dan lukisan yang digambar. Pada perkembangannya, Desa Jelekong tidak hanya menjadi produsen lukisan saja, namun juga mengadakan kelas melukis serta adanya spot foto yang beragam dilatarbelakangi hasil lukisan yang menarik.

Meskipun begitu, bukan berarti karier melukis warga Jelekong selalu berjalan mulus. Para pelukis Kampung Jelekong sempat mengalami masa-masa sulit. Krisis moneter 1998 membuat bisnis mereka terpuruk karena penjualan menjadi sangat berkurang akibat harga dari bahan dan alat untuk melukis meningkat cukup tinggi. Hal tersebut disebabkan karena tempat produksi alat dan bahan melukis yang mereka gunakan pada saat itu berasal dari luar negeri, sehingga jika ingin membeli barang dari luar, mereka harus menggunakan mata uang dollar. Oleh karena itu, banyak pelukis Jelekong yang berhenti melukis dan menjual hasil lukisannya karena pendapatan dan pengeluaran yang mereka dapatkan tidak sepadan. 

Selain seni lukisan, desa ini juga menjadi salah satu rumah bagi para penggiat kesenian wayang golek. Di desa ini, terdapat Sanggar Wayang Golek Giriharja yang kini telah memasuki generasi keempat dalam pengelolaannya. Sejarah ini kemudian juga menjadi potensi untuk dikembangkannya Jelekong sebagai kampung seni dan budaya yang sekaligus menjadi penarik wisatawan di daerah Bandung Raya.

Masyarakat Desa Jelekong secara rutin melaksanakan perayaan Hari Wayang yang dilakukan dengan mengadakan pagelaran dan pameran. Hal tersebut dilakukan guna menumbuhkan kesadaran dan kecintaan warga sekitar tentang kesenian-kesenian yang ada di Desa Jelekong ini. Dengan dirancangnya acara tahunan tersebut, diharapkan masyarakat Desa Jelekong dapat lebih mencintai dan melestarikan kesenian-kesenian yang sudah menjadi ciri khas Kampung Jelekong, sehingga tetap bisa bertahan seiring perkembangan zaman.

Desa Wisata Jelekong perlu melakukan lebih banyak sosialisasi yang di dalamnya memuat ajakan kepada kalangan pemuda untuk melestarikan kesenian yang sudah hadir sejak dulu di desa mereka. Dilakukannya sosialisasi ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran bagi para generasi muda Desa Jelekong akan pentingnya menjaga kelestarian seni dan budaya yang sudah melekat di desa mereka. Sosialisasi ini diadakan mengingat seiring berkembangnya zaman, semakin banyak generasi muda yang acuh tak acuh terhadap kebudayaannya sendiri. Mereka lebih tertarik untuk mencari pekerjaan yang lebih menjanjikan, dibanding harus terjun menjadi pelukis yang penghasilannya tidak tentu. Hal ini kiranya menjadi tantangan tersendiri bagi penduduk Desa Jelekong dalam melestarikan nilai-nilai seni dan budaya yang dimiliki oleh desa mereka.

Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber, yaitu Bapak Dudi, sebagai warga yang masih aktif sebagai pelukis di Desa Jelekong, mengatakan bahwa konsultasi dan pendampingan yang diberikan kepada masyarakat Desa Jelekong dalam mengoptimalkan potensi yang dimiliki sangat kurang. Hal tersebut dilihat dari kurangnya perhatian dari pemerintah dalam memberdayakan serta mengembangkan masyarakat Desa Jelekong terkait potensi seni yang mereka miliki, utamanya dalam hal program pelatihan dan pendanaan. Penyebab dari tidak bertahan lamanya perkumpulan atau komunitas pemuda yang ingin belajar melukis tidak terlepas dari hal tersebut. Meskipun begitu, mereka merasa cukup terbantu dengan para mahasiswa/i dari salah satu instansi pendidikan di Kota Bandung yang melaksanakan program pemberdayaan pada desa mereka, yang sedikit banyak membuka kesempatan bagi para seniman Jelekong untuk lebih mengembangkan dan mewariskan potensi seninya, baik kepada masyarakat mereka sendiri maupun bagi para wisatawan yang datang ke Kampung Seni dan Budaya Jelekong ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun