Dear Jupi,
Â
ini kali pertama  untukmu menyusuri jalan berbatu yang tak pernah mengenal aspal, kan?
berpuluh kilometer dalam derai hujan dan dingin yang menusuk
menembus cagar alam gunung Tilu, menuju perkebunan teh Dewata
 ini juga pasti kali pertamamu beriringan dengan teman-temanmu dari jenis yang berbeda kan?
ah, kau pasti sempat tak percaya diriÂ
betapa gagahnya mereka dalam balutan aksesorisÂ
dan kau masih sama seperti pertama kali di tahun 2012
Â
mereka tak akan membullymu, percayalah
bahkan beberapa dari mereka menanyaiku, ini kah Jupi yang dulu kubawa menyusuri Sumatera?
tentu aku akan mengangguk, mengiyakan, menjawab semua rasa ingin tahu
Â
aku remuk redam, Jupi
tapi aku tahu itu adalah hadiah dari sebuah keindahan perkebunan teh Dewata
berbukit, hijau sempurna, dan kabut yang menebar
keramahan yang tak dibuat
berbagi senyum dengan siapa pun
keluguan dari yang terbaca
bocah-bocah dan pipi yang memerah
sinyal yang menghilang
membuat aku, kamu, kita semua bicara, seperti seharusnya
bukan dengan gadget seperti biasanya
Â
kepo sekali sih kamu
sebagian dari mereka masih belia, Jupi
sebagian lagi mature, hahaha
beberapa dari mereka persis seperti yang kubaca dari cara mereka berbicara di social media,Â
sebagian lagi aku salah menduga
ada yang pendiam, yang ramai, dan yang sibuk dengan motornya
kami berbincang apa saja, mengomentari apa pun, tertawa bersama
lalu kami tidur dalam tenda-tenda berwarna cerah melengkapi hijau sekitar
Â
pagi menyapa
selamat pagi Dewata,
selamat pagi dunia tanpa sesak
Â
Â
Â
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H