Pembelajaran sosial emosional dan pengembangan karakter merupakan pendekatan yang saling melengkapi untuk memperkuat kemampuan individu dalam memahami, mengelola, dan mengekspresikan aspek sosial dan emosional kehidupan, serta untuk memperkuat kemampuan individu dalam mengatur perilaku dengan cara yang positif dan tepat untuk mencapai tujuan.
Pembelajaran emosional dan sosial dan pengembangan karakter mendukung kemampuan anak untuk berhasil menangani tugas-tugas kehidupan sehari-hari seperti belajar, membangun hubungan, memecahkan masalah sehari-hari, dan beradaptasi dengan kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan yang kompleks. Goleman (dalam Elias, 1997) menjelaskan bahwa kecerdasan emosional terdiri dari :Â
1)Â Self-awareness, yaitu pengetahuan tentang emosi (kognisi).Â
2) Managing emotions/manajemen emosi, yaitu mengelola emosi dengan bantuan emosi yang kuat untuk menghindari kewalahan atau hanyut olehnyaÂ
3)Â Self-motivation, yaitu memotivasi diri sendiri terhadap hasil yang diinginkan,Â
4)Â Empathy and perspective taking , yaitu empati dan kesadaran akan perasaan dan pemahaman terhadap sudut pandang orang lain;Â
5) Social skills/keterampilan sosial, yaitu kemampuan memelihara hubungan dalam lingkungan sosial. Lima domain kecerdasan sosial berfungsi sebagai kompetensi inti yang dapat dikembangkan, diterapkan, dan diperkuat dalam pembelajaran sosial-emosional (Elias, 1997).Â
Hal ini karena pengembangan kelima kompetensi tersebut menghasilkan berbagai sifat positif dan keterampilan sosial lainnya. Keterampilan ini adalah karakter yang sangat baik yang dibutuhkan anak-anak di semua bidang kehidupan untuk  hidup aman dan nyaman dengan orang lain.Â
1. Self Awarenes/Emotional Expressiveness
Manajemen diri dan ekspresi emosional, terutama kesadaran dan pesan positif, merupakan pusat pembelajaran emosional dan sosial. Emosi harus diekspresikan dalam bentuk tujuan, dan tujuan diri sendiri dan orang lain harus diselaraskan dengan konteks sosial. Dengan kata lain, kesadaran diri mencakup komponen pembelajaran sosial dan emosional, termasuk mengalami dan mengekspresikan emosi yang berguna dalam interaksi sehari-hari dan hubungan sosial dari waktu ke waktu.
 2. Self Management
Emosi negatif atau positif perlu dikendalikan ketika emosi berlebihan atau membutuhkan penguatan. Menurut Lewis et al., di CASEL prasekolah, kemampuan kognitif, perhatian, dan regulasi emosi mulai meningkat. Anak prasekolah menjadi lebih mandiri dalam mengatur emosinya.Â
3. Social Awareness
Kesadaran sosial memberdayakan anak dengan kemampuan berempati dengan orang lain, tekun mengatasi berbagai tantangan kehidupan sehari-hari, mengenali dan menghargai perbedaan dan persamaan antara orang-orang, dan mengakui bahwa keluarga, sekolah, dan masyarakat adalah sumber segalanya.Â
4. Responsible Decision MakingÂ
Karena pikiran dan emosi bekerja bersama dalam kehidupan, penting bagi semua anak untuk mengembangkan keterampilan  berpikir tentang hubungan antarpribadi selain pengalaman emosional, pengetahuan, regulasi, dan ekspresi. Anak-anak harus belajar  menganalisis situasi sosial, menetapkan tujuan sosial, dan mengidentifikasi cara  efektif untuk menyelesaikan perbedaan  antara mereka dan teman sebayanya.Â
Apa yang dapat Anda lakukan ketika ada ketidak sepakatan atau masalah (pengembangan solusi alternatif)? Apa solusi yang efektif (berpikir konsisten) untuk menganalisis masalah? Anak-anak prasekolah sudah mulai memperoleh keterampilan berpikir yang mendukung interaksi sosial  yang semakin kompleks.Â
 5. Keterampilan Manajemen HubunganÂ
Ini juga merupakan faktor penting  dalam perkembangan sosial dan emosional anak-anak. Contohnya termasuk saran positif  untuk bermain dengan orang lain, memulai dan mempertahankan percakapan saat bermain bersama, mendengarkan secara aktif, berkolaborasi, berbagi, berubah, bernegosiasi, menolak, atau meminta bantuan saat dibutuhkan. Anak-anak dapat menggunakan banyak keterampilan khusus, seperti menghabiskan waktu bersama teman bermain.Â
Prinsip-Prinsip Pengembangan Kepribadian dalam Pembelajaran Sosial EmosionalÂ
Menurut Stein (2000:56), penanaman karakter pada anak kita membutuhkan keterlibatan pemangku kepentingan, orang tua dan masyarakat lainnya, untuk mendukung prinsip-prinsip pembentukan karakter sehingga komunitas sekolah yang aman, disiplin, tenang dan ramah. tempat lakukan Belajar dan bekerja.Â
Stein menekankan bahwa ada empat prinsip pedoman yang harus diterapkan dalam pendidikan dan sekolah untuk mencapai tujuan tersebut di atas. Keempat prinsip itu disingkat dengan kata "rice" (respect, impulse control, compassion, equity). Keempat prinsip ini cocok untuk mempraktekkan pendidikan sosial-emosional anak untuk menanamkan pendidikan karakter pada pendidikan anak usia dini.Â
Respect, Menghargai diri sendiri dan orang lain. Jangan ganggu diri sendiri apalagi orang lain, dan patuhi batasan dan norma tertentu. Kata-kata yang digunakan adalah tindakan/tindakan yang Anda pilih untuk menggambarkan diri Anda. Dan cara Anda memperlakukan orang lain, hewan, dan benda lain menunjukkan rasa hormat terhadap diri Anda sendiri.Â
Impulsecontrol, Melakukan hal yang benar untuk alasan yang baik dan melakukan segala sesuatu secara imajinatif. Kami yakin ada dua cara. dalam atau luar.Â
Compassion, Kami mencoba menemukan kesamaan dengan orang lain, meskipun mereka mungkin terlihat berbeda. Ini akan mengembangkan empati dan mengingatkan semua orang bahwa setiap orang berhak dihormati dan diperhatikan.Â
Equity, Kami mengizinkan setiap orang untuk mencapai apa yang mereka inginkan. Setiap orang memahami bahwa ada perbedaan dan persamaan yang saling melengkapi dalam mencapai kesuksesan. Perlakukan orang dengan adil dan adil.
Semoga bermanfaat sobat kompas. Jangan lupa share yaaah, see you dipembahasan selanjutya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H