Mohon tunggu...
Sheffa Yanuar
Sheffa Yanuar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Perkenalkan nama saya Sheffa Yanuar Ardiyanto, tinggal di Gunung Putri Kabupaten Bogor. Saya lahir pada 23 Januari 2001.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Abu bakar Ashiddiq Sebagai Khalifah dalam Lintasan Sejarah Umat Islam

3 November 2023   07:00 Diperbarui: 3 November 2023   07:24 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

A. Terpilihnya Abu Bakar sebagai Khalifah

Rasulullah wafat tidak menentukan penggantinya, ini menyebabkan munculnya perselisihan di kalangan umat muslim untuk menentukan pengganti beliau. Oleh karena itu, musyawarah dalam menentukan pengganti Rasul di saqifah bani Sa'idah. Muhajirin dan anshar yang pada awalnya merupakan varian dalam proses pembentukan masyarakat madinah berubah menjadi faksi politik dalam rangka menentukan pengganti Nabi.

Muhajirin dan Anshar yang dipersatukan oleh Rasul dalam ikatan keyakinan agama, dihadapkan pada situsi krisis dan cenderung kembali pada situasi sebelum mereka dipersatukan, yaitu bertikai dan saling bermusuhan.

Sahabat nabi terpencar-pencar; pertama, kalanagn Anshar bergabung dengan Sa'ad Ibn Ubadah di pertemuan saqifah bani Sa'idah. Kedua, kalanagan Muhajirin, Ali Ibn Abi Thalib, Zubair Ibn Al Awam, dan Talhah Ibn 'Ubaidillah tinggal di rumah Fatimah ra; dan  ketiga, kalangan muhajirin selain ketiga tokoh tersebut bergabung dngan abu bakar.

Kalanagn Anshar telah berkumpul untuk mengangkat pemimpim politik yaitu Sa'ad Ibn Ubaidah tanpa dihadiri kalangan muhajirin, padahal jenazah Rasulullah belum dimakamkan.

Abu bakar dan umar akhirnya datang ke Saqifah Bani Sa'idah dan memberi tawaran berupa pembagian wewenang, agar umat islam tidak terpecah. Setelah keadaan mulai mereda, Abu Bakar menawarkan Umar dan Abu Ubaidah (keduanya muhajirin) dan mempersilahkan para sahabat dari kalangan Anshar untuk membai'at salah satu dari mereka. Akan tetapi keduanya menolak dan berkata "Engkau (Abu Bakar) adalah muhajirin yang paling utama, Engkaulah yang menyertai Nabi selama di gua Tsur, dan menggantikan Nabi sebagai Imam shalat ketika beliau berhalangan". Akirnya Abu Bakar diangkat sebagai khalifah pertama melaluimusyawarah di Saqifah Bani Sa'idah.[1]

B. Ekspansi ke Syiria

Sebelum wafatnya Rasulullah, beliau mengirimkan ekspedisi ke Syiria di bawah pimpinan Usamah bin Zaid, putera dari Zaid bin Harits. Namun Usamah mengurungkannya ketika dalam perjalanan mendengar berita wafatnya Nabi. Maka melanjutkan ekspedisi ke Syiria merupakan prioritas utama kebijakan Abu Bakar, keputusan tersebut ditempuh oleh beliau justru ketika situasi dalam negeri sedang dilanda krisis stabilitas, sehingga pengiriman ekspedisi ini sempat diusulkan para sahabat untuk ditarik kembali ke Madinah untuk membantu mengatasi masalah dalam negeri seperti memerangi orang-orang murtad, orang yang enggan membayar zakat serta pemberontakan lainnya. Namun usulan itu ditolak oleh Abu Bakar karena pengiriman tersebut merupakan amanah Rasulullah. Setelah 40 hari berperang melawan orang-orang Romawi di Syiria, akhirnya ekspedisi Usamah meraih kemenangan, keberhasilan ini menimbulkan opini positif bahwa Islam tetap jaya, tidak akan hilang seiring dengan wafatnya Rasulullah[2]

C. Pemberantasan Nabi Palsu dan Penolak Zakat

Orang yang mengaku dirinya nabi tersebut mempunyai keinginan agar di belakangnya berdiri pula manusia seperti yang berdiri di belakang Nabi Muhammad SAW. Keinginan semacam ini mulai lahir dikala hari-hari terakhir Rasulullah. Keinginan ini semakin bertambah kuat sesudah wafatnya Nabi, dan di waktu kerusuhan-kerusuhan telah menjalar di seluruh tanah arab.

Di antara orang-orang yang mengaku dirinya nabi yang paling berbahaya ialah Musailimatul Kazzab dari bani hanifah di al yamamah. Dia pernah menulis surat kepada Rasulullah, di dalamnya disebutkan, "Dari Musailimah Rasulullah kepada Muhammad Rasulullah. Kemudian dari pada itu, separuh dari bumi ini, dan separuh buat Quraisy" surat itu dibalas oleh nabi yang berisi, "Bismillahir Rahmanir Rahim. Dari Muhammad Rasulullah kepada Musailimah Kazzab, kemudian daripada itu, bumi adalah kepunyaan Tuhan, yang dipusakakan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-Nya"[3] Nabi palsu yang lain yaitu Al-Aswad al 'Ansi di Yaman dan Thulaihah Ibn Khuwailid dari Bani Asad.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun