Apakah wacana untuk menjadikan nilai UN sebagai syarat masuk PTN dan menghapus pelajaran dasar & kemampuan IPA/IPS harus kembali “dipaksakan” untuk diterapkan tanpa observasi terlebih dahulu?
Apakah raungan media yang menjabarkan kecurangan dalam UN kurang keras untuk menyadarkan pihak Diknas dan BNSP?
Apakah mutu dari soal UN yang sebatas untuk menentukan lulus atau tidak lulus SMA pantas dipakai untuk memasuki rimba PTN?
Apakah PANTAS dalam menjaring mahasiswa baru hanya mengandalkan 75 nomor yang berisikan sinonim, antonim, urutan duduk, deret angka, kemampuan numerik dasar, memilih gambar dengan dalih PRAKTIS dan MURAH dengan hanya membayar 25.000 saja?
Bagaimana dengan kami yang sudah belajar mati-matian, ikut bimbel, pulang malam bahkan mungkin lebih malam dari Bapak-Ibu sekalian yang dengan enaknya membuat kebijakan tanpa pikir panjang?
Ya, saya menulis ini memang dengan emosi. Namun, saya masih memiliki akal sehat dimana saya dan teman-teman saya yang berusaha keras kesannya tidak dianggap (terutama mengoreksi sistem Undangan tahun ini, yang sudah diinfokan melalui guru BK saya. Kurang lebih sama hanya kuota dikurangkan. Yang masalah akreditasi tetap sama) serta kesal karena kesannya pemerintah menganggap remeh kami yang mungkin di mata kalian hanya remaja-remaja ingusan?
Kalau ada yang berpikiran berarti kami belajar hanya untuk mengejar nilai, tidak belajar maaf. Karena keadaan menuntut kami untuk demikian. Saya rasa sangat munafik kalau saya bilang belajar untuk sekedar agar paham. Ya, saya ingin agar memahami pelajaran tersebut… Dengan maksud agar bisa lulus UN dan masuk PTN dan meraih cita-cita. Saya rasa itu yang ada di pikiran anak-anak kelas 12 sekarang.
Tolong, janganlah permainkan kami, wahai orang dewasa. Kami bukanlah kelinci percobaan. Kebijakan yang kalian susun merupakan langkah bagi kami. Pikirkanlah secara matang-matang apabila hendak membuat suatu sistem, karena sesungguhnya apapun yang Bapak dan Ibu sekalian canangkan, kamilah yang merasakan dampaknya. Saat ini, kami hanya bisa belajar dan berdoa agar sistem pendidikan di Indonesia menjadi jauh lebih baik dari sekarang.
Saya cukup mengerti, mungkin tulisan ini cukup radikal dan bakalan berakhir jadi unek-unek saya. Ujung-ujungnya saya tetap belajar kan apapun keputusannya? Tetapi setidaknya, apapun yang saya tulis disini saya harap dapat membuka mata orang yang membaca post ini: Masih banyak siswa yang merasakan ketidakadilan.
Namun, Insya Allah, setembok apapun halangan yang kalian buat, dengan Bismillah kami, dengan peluh keringat kami, kami akan menembusnya. Apapun kebijakannya, kami akan belajar giat, menembus halangan tersebut dan diterima di Universitas serta jurusan yang kami idam-idamkan. Amin.
Tertanda,
Pelajar yang akan terus berusaha meraih cita-citanya