Mohon tunggu...
Shari Cinintya Lestari
Shari Cinintya Lestari Mohon Tunggu... Guru - Guru yang sedang menjalani program kuliah PPG

Saya adalah seorang guru Bahasa Indonesia yang saat ini sedang menjalani program kuliah beasiswa PPG prajabatan Kemendikbud. Prestasi kepenulisan dan kebahasaan yang saya miliki ialah tulisan saya berhasil menjadi Artikel Terpilih Nasional pada acara Brainteaser Writing Competition Ruangguru 2022, Artikel Terpilih Nasional pada acara Festival Pulih Popbela.com 2021, Juara 1 Lomba Artikel Nasional pada acara Malam Penganugerahan Lembaga Sensor Film Republik Indonesia 2018 yang disiarkan langsung di Kompas TV, Finalis Duta Bahasa Tingkat Provinsi DKI Jakarta pada acara Duta Bahasa Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaaan 2015, dan Juara 3 Lomba Cipta Puisi Pekan Seni Mahasiswa Daerah Ajang Kreativitas Mahasiswa Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta 2013.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pegelaran Bahasa sebagai Praktik Baik Semarak Merdeka Belajar

21 Mei 2023   17:27 Diperbarui: 21 Mei 2023   17:30 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Pixabay

"Begitu kamu belajar membaca, kamu akan selamanya bebas," ucap salah satu tokoh penting dunia, Frederick Douglass. Jika kita dapat memaknai kalimat tersebut secara mendalam, kita akan tahu manfaat besar yang didapatkan dari kegiatan membaca. Membaca membuat kita menjadi orang yang merdeka. Namun, sayangnya banyak dari kita tak acuh pada kegiatan membaca tersebut. Membaca dianggap sebagai aktivitas membosankan, kuno, dan tidak penting. 

Berdasarkan data yang telah dirangkum oleh laman Kominfo, UNESCO menetapkan Indonesia di urutan kedua dari bawah perihal literasi dunia, artinya minat baca masih sangat rendah. Menurut data UNESCO tersebut, minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan, hanya 0,001%. Berarti dari 1,000 orang Indonesia, hanya 1 orang yang rajin membaca. 

Hal ini pun dapat dilihat langsung di lingkup pendidikan formal, yakni di lingkungan sekolah. Banyak peserta didik di lingkungan sekolah tidak menyukai kegiatan membaca. Minat baca peserta didik dinilai masih sangat rendah. Mereka lebih memilih aktivitas lain yang dirasa lebih menyenangkan daripada aktivitas membaca. 

 Minat baca yang tergolong rendah ini disebabkan oleh banyak faktor. Ada peserta didik yang menganggap membaca itu hal yang membosankan dan melelahkan. Mereka tidak menikmati kegiatan duduk berjam-jam di depan buku, membuka halaman per halamannya, memahami dan mengonstruksi isi yang dipaparkan pada tiap paragrafnya. Menurut mereka, kegiatan tersebut membosankan dan melelahkan. 

Lalu, ada juga peserta didik yang berpendapat bahwa membaca merupakan hal yang tidak penting. Pendapat ini menggaung cukup keras terutama pada generasi Z. Generasi serba instan ini menganggap membaca hanya membuang-buang waktu. Jika mereka membutuhkan suatu informasi atau ilmu, mereka memilih untuk melihat review buku yang sudah ada di internet daripada membaca bukunya sendiri. 

Mereka merasa dengan hal tersebut, mereka akan mendapatkan hal yang mereka mau dengan waktu yang relatif singkat. Padahal jika kita bernalar kritis, membaca buku sendiri tidaklah sama manfaatnya dengan melihat review buku yang orang lain buat. 

Dengan kita membaca buku sendiri, kita akan memiliki pandangan yang kemungkinan berbeda dengan pandangan review buku yang telah ada di internet. Lalu, dengan kita membaca buku sendiri, kita akan memahami secara holistik informasi yang diberikan oleh buku tersebut.

Selain itu, terdapat juga faktor lain yang mempengaruhi rendahnya minat baca peserta didik di Indonesia, yakni faktor kebiasaan di lingkungannya. Lingkungan keluarga, lingkungan tempat tinggal, lingkungan sekolah berperan penting dalam terbentuknya budaya membaca. Jika lingkungan membiasakan anak untuk membaca, maka anak tersebut juga akan terbiasa untuk membaca. Namun. jika tidak, maka yang terjadi adalah sebaliknya.

Rendahnya minat baca khususnya pada peserta didik di sekolah menjadi masalah yang cukup krusial. Akibat dari rendahnya minat baca ini adalah wawasan menjadi sempit, sudut pandang yang terbatas, minim akan ilmu dan informasi penting, kurang dapatnya mengaktualisasikan diri, kreativitas tidak berkembang. Bahkan di tingkat tertentu, minat baca yang rendah mengakibatkan negara menjadi sulit untuk maju karena kualitas SDM-nya yang rendah. Tentu ini merupakan hal yang tidak kita inginkan untuk terjadi.

Salah satu solusi untuk mengurai masalah ini ialah dengan diterapkannya Pagelaran Bahasa. Pegelaran bahasa merupakan acara bermuatan literasi yang dikemas dengan menarik dan diadakan di lingkungan sekolah setiap satu bulan sekali. Sebelum acara dimulai, penampil akan melakukan persiapan dengan membaca suatu buku. 

Buku tersebut nantinya akan dikupas secara tuntas saat acara Pegelaran Bahasa berlangsung. Penampil akan mempresentasikan buku yang telah ia baca dengan cara yang mereka sukai. Misalnya peserta didik dengan gaya belajar audio visual, dapat mempresentasikan isi buku yang ia baca melalui video singkat, animasi, dll.  

Buku yang dapat dibaca oleh peserta didik pun tidak dibatasi asalkan isinya positif dan sesuai dengan umurnya. Misalnya peserta didik yang menyukai kebudayaan dapat mengangkat buku mengenai cerita rakyat. Bahkan cerita rakyat ini dapat dipresentasikan dengan bentuk teatrikal atau drama agar lebih menarik dan lebih mudah dipahami oleh para hadirin yang ada.

Banyak manfaat yang didapatkan dari diterapkannya Pegelaran Bahasa. Peserta didik akan menjadi luas wawasannya karena ia akan terbiasa membaca buku. Literasi peserta didik pun semakin meningkat karena melihat pemaparan menarik mengenai buku yang sedang dibedah oleh peserta didik lain.

Lalu, sudut pandang peserta didik terhadap suatu masalah atau peristiwa pun akan semakin terbuka. Peserta didik juga akan menjadi kaya akan ilmu dan informasi-informasi penting. Kreativitas peserta didik pun semakin berkembang. Mereka juga akan semakin dapat mengaktualisasi diri. Melalui acara ini pula, akan lahir SDM-SDM berkualitas yang dapat membangun bangsa dan negara ke arah lebih baik.

Pegelaran Bahasa ini merupakan bentuk praktik baik yang dilakukan di sekolah sekaligus bentuk dari penerapan merdeka belajar dan merdeka berbudaya. Peserta didik diberi kebebasan dalam memilih buku dan bentuk presentasi yang ia sukai. Pegelaran Bahasa ini juga secara langsung menampilkan aspek budaya. 

Hal-hal ini sangatlah sejalan dengan kurikulum yang dicanangkan di Indonesia saat ini, yakni Kurikulum Merdeka. Kurikulum ini sangat menekankan pada pembelajaran literasi dan budaya. Dengan demikian, penerapan Pegelaran Bahasa ini juga telah ikut mendukung program yang dijalankan oleh pemerintah, Semarak Merdeka Belajar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun