Mohon tunggu...
Sharfina
Sharfina Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Content Writer

Suka jalan-jalan ke tempat baru sambil motret tidak asal jepret 📸

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Pengalaman Merasakan Dunia Seni Korakrit Arunanondchai dan Natasha Tontey di Museum Macan

23 Desember 2024   11:26 Diperbarui: 23 Desember 2024   11:26 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Halo Kompasiner, sebentar lagi libur Natal dan Tahun Baru 2025, bagaimana nih rencana liburan kamu?

Kalau kamu masih bingung mau ke mana liburan Nataru, aku saranin kamu pergi ke Museum Macan.

Pasalnya dari 30 November 2024 hingga 6 April 2025, kamu bisa melihat pameran seni "Sing Dance Cry Breathe I as their world collides on to the screen" karya perupa Thailand bernama Korakrit Arunanondchai dan juga "Primate Visions: Macaque Macabre" karya asal Minahasa bernama Natasha Tontey.

Nah belum lama ini, aku berkesempatan ke Museum Macan untuk melihat karya mereka berdua. Untuk harga tiketnya sendiri Rp 70.000 jika hari biasa, dan jika weekend kamu harus merogoh kocek sebesar Rp 90.000.

Menyelami persimpangan kehidupan kontemporer dan kepercayaan lewat Karya Korakrit Arunanondchai 

Nah berhubung belum lama ini aku baru saja mengunjungi Museum Macan, aku akan menceritakan bagaimana pengalaman melihat pameran tunggal perdana Korakrit Arunanondchai di Indonesia bertema "Sing, Dance, Cry, and Breathe as their world collides on to the screen". 

Sebelum memasuki ruang utama, aku menjumpai instalasi yang terbuat dari tanah yang dibentuk menjadi hamparan tanah retak bewarna cokelat dan di atasnya terdapat sebuah tulisan timbul yang terbuat dari campuran abu, tanah, dan cat rumah.

Stage Excerpts (Dokumentasi pribadi)
Stage Excerpts (Dokumentasi pribadi)

Selama melihat karya Korakrit Arunanondchai, terdapat dua symbol yang sering saya lihat, yaitu burung dan ular. Dari petunjuk teks yang saya baca, kedua simbol ini senantiasa muncul dalam berbagai mitos yang menceritakan tentang asal-usul manusia.

Selain burung dan ular, unsur api yang menjadi motif berulang dalam karyanya sebagai cerminan dari proses penciptaan dan kehancuran.

Memasuki ruang utama yang nampak temaram, terdapat patung tangan tanpa tubuh yang sedang memainkan keyboard. Kedua tangan tersebut menggambarkan sang kakek perupa yang dahulu biasa memainkan lagu favoritnya semasa hidup.

Lalu terdapat instalasi imersif berjudul "No history in a room filled with people funny names 5" yang sayangnya tidak dapat difoto. Di ruangan tersebut terdapat tiga kanal video yang menggabungkan berbagai kisah yang berbeda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun