Halo, Sharfina comes back nih! Sudah lama tidak nulis di Kompasiana, dan kali ini aku mau bercerita pengalaman liburan ke destinasi wisata hits di Bandung Selatan, tepatnya Pangalengan.
Nah, hal yang menurutku spesial dari trip ke Bandung kali ini, aku akhirnya mencoba jadi solo traveler dadakan dengan ikutan open trip!
Menghabiskan liburan selama 2 hari, yakni Sabtu hingga Minggu menjadi pilihanku. Kapan lagi bisa libur kerja pas weekend, mengingat selama ini aku kerja dengan sistem shifting. Jadi mumpung ada kesempatannya, jadi let's go saja!
Hunting Sunrise di Sunrise Point Cukul
Destinasi pertama yang akan dituju ialah Sunrise Point Cukul. Karena konsepnya hunting sunrise, maka perjalanan dari Jakarta dimulai pukul 23.00 WIB pada hari Sabtu malam dengan naik bus.
Jujur, sepanjang malam merasa dagdigdug karena it was my first time pergi sendirian meski dengan rombongan lain. Terus mau tidur pun juga tidak nyenyak, karena jadi sering terjaga. Tapi lama kelamaan, akhirnya tidur juga. Dan terbangun lagi ketika mendengar suara ibu-ibu yang duduk di kursi paling belakang beristighfar sepanjang perjalanan karena jalanan yang curam menuju Pangalengan.
Pukul 04.00 dini hari, aku dan rombongan tiba di pintu masuk Point Cukul. Tapi, tour leader mengatakan jikalau titik poin sunrise baru akan dibuka jam 04.30 pagi. Alhasil, kami pun menunggu di dalam bus.
Jam 04.30, kami pun berjalan sejauh 150 meter dengan diiringi senter. Pagi itu gelap dan tidak ada penerangan sama sekali. Tapi untungnya, perjalanan tidak sesulit yang dibayangkan, ya meski dingin banget sih.
Tiba di titik poin sunrise akan terbit, kami pun bebas berkegiatan. Di lokasi, tersedia warung makan, tempat salat, dan juga kamar mandi. Cuman fyi aja, kebanyakan warung makan di sana hanya menjual mie rebus atau goreng.
Jam 5 pagi, spektrum langit warna kuning, jingga, dan merah perlahan mulai terlihat. Aku dan rombongan pun mulai membidik keindahan langit hari itu dengan kamera ponsel.
Aku pun tidak mau kehilangan momen tersebut dan menjepret setiap pemandangan yang aku lihat hari itu.
Tour leader pun peka dan dengan berbaik hati mau memotret aku yang berpegian sendiri. Hiks.
Wayang Windu Panenjoan
Untuk menuju Wayang Windu Panenjoan, dibutuhkan waktu kurang lebih 1 jam 30 menit. Karena perjalanan jauh, akhirnya aku lanjut tidur lagi.Jam 08.30 WIB, kami pun tiba di Wayang Windu Panenjoan.Â
Destinasi kedua ini memang favorit banget sih, sebab pengunjung akan diperlihatkan dnegan keindahan hamparan kebun teh yang luas dengan ketinggian 1.800 meter di atas permukaan laut.
Selain itu, tempat wisata ini juga menyediakan wahana hiburan lainnya, seperti mobil ATV, flying fox, hingga gazebo untuk beristirahat yang bisa dibandrol mulai dari Rp 35.000.
Karena capek foto alam sendiri dan selfie, akhirnya aku pun minta tolong orang lain (masih dari rombongan open trip) buat fotoin aku. Eh tak disangka, dari situ akhirnya aku dapat teman baru.
Rumah Pengabdi Setan
Kalau ke Pangalengan, rasanya tidak sopan ya kalau kita tidak berkunjung ke rumah ibu? Jadi yuk deh kita mampir lihat-lihat rumah ibu.
Sejak film Pengabdi Setan tayang tahun 2017, ini kali pertama saya mengunjungi lokasi syuting film tersebut.
Cukup mengeluarkan biaya Rp 10.000, aku dan rombongan lain bisa melihat beberapa barang antik hingga foto ibu dan juga foto-foto hiasan lainnya.
Eh tapi kalau habis berfoto sama mereka, jangan lupa beri tip yaa.
Begitulah petualangan aku menjajal trip ke kawasan Pangalengan, dari hunting sunrise, menikmati keindahan panorama Wayang Windu Panenjoan, Â hingga uji nyali di bekas lokasi syuting Rumah Pengabdi Setan, semuanya seru!
Semoga, Kompasianer yang baca, bisa liburan juga ya.Â
Next, berkunjung ke mana lagi ya? Comment yuk~
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI