Mohon tunggu...
Sharfina
Sharfina Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Content Writer

Suka jalan-jalan ke tempat baru sambil motret tidak asal jepret 📸

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Keseruan Eksplorasi Alam dan Wisata Sejarah ke 3 Pulau dalam Sehari

29 Desember 2019   00:53 Diperbarui: 3 Januari 2020   15:13 421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hamparan pasir putih di Pulau Kelor yang memanjakan mata (dokumentasi pribadi)

Liburan ke pulau, tentunya merupakan destinasi yang sangat pas dan juga menyenangkan untuk dikunjungi terutama di tengah cuaca yang terbilang panas. Nah belum lama ini, saya dan adik saya memutuskan untuk ikutan open trip ke 3 pulau di kecamatan Kepulauan Seribu, yaitu Pulau Kelor, Onrust dan Cipir.

Berhubung kami ikutan open trip, maka pemandu wisata mewajibkan peserta yang ikut agar berkumpul di Dermaga Muara Kamal pukul 07.30 pagi. Maka, saya dan adik saya pun berangkat dari rumah pukul 06.00 pagi dengan naik KRL dari stasiun Jurangmangu. Lalu perjalanan kami lanjutkan ke stasiun akhir, yaitu Stasiun Rawa Buaya karena stasiun tersebut yang paling dekat dari Dermaga Muara Kamal.

Tiba, di Stasiun Rawa Buaya, kami melanjutkan perjalanan lagi dengan menggunakan ojek online. Dan beruntung saat tiba di lokasi, kami tidak ditinggal. Hehehe. Setelah semua peserta rombongan diabsen, kapal nelayan yang kami tumpangi pun mulai berlayar jam 08.00 pagi dan menuju ke pulau pertama, yaitu Pulau Kelor.

Setiba di Pulau Kelor, pemandu wisata membebaskan kami untuk menjelajahi pulau Kelor. Maka, dengan waktu satu jam, saya dan adik saya berkeliling sambil berfoto-foto di spot yang kiranya instagramable. Hehehe.

Pesona Pulau Kelor yang memiliki luas 28 hektar dan pasir putihnya yang indah, ternyata menyimpan nilai sejarah, loh. Terutama benteng besar yang bernama Martello yang dibangun oleh pekerja Indonesia pada tahun 1850.

Benteng Martello di Pulau Kelor yang sarat akan sejarah (Dokumentasi pribadi)
Benteng Martello di Pulau Kelor yang sarat akan sejarah (Dokumentasi pribadi)
Dibangun dengan bata merah berbentuk bundar dengan diameter luar benteng 14 meter dan tinggi 9 meter dari permukaan laut. Konon, benteng tersebut dibangun sebagai bentuk sistem pertahanan laut Kota Batavia dan juga tempat untuk mengintai.

Dahulu, pulau ini juga pernah dijadikan tempat penguburan, terkhusus bagi para pemberontak kapal Zeven Provincien, karenanya dalam bahasa Belanda disebut juga sebagai Kerkhof Eiland (Pulau Pemakaman). Meskipun, tidak banyak yang dapat dilihat dari benteng ini. Namun, nilai sejarah dapat kita pelajari dan keindahan pasir putihnya dapat dijadikan spot rehat sejenak sambil menikmati hembusan angin yang mendayu-dayu.

Hamparan pasir putih di Pulau Kelor yang memanjakan mata (dokumentasi pribadi)
Hamparan pasir putih di Pulau Kelor yang memanjakan mata (dokumentasi pribadi)
Setelah berkunjung ke Pulau Kelor, pulau selanjutnya yang kami kunjungi adalah Pulau Onrust. Nah, di Pulau Onrust ini nilai sejarahnya juga tak kalah menarik dari Pulau Kelor.

Pemandu wisata kami yang bernama Mas Ongki menjelaskan bahwa Onrust memiliki arti "tidak pernah beristirahat". Sebab di zaman kolonial dahulu, VOC menjadikan Pulau Onrust sebagai gudang rempah-rempah dan juga galangan kapal yang tidak pernah berhenti beristirahat, sehingga orang pribumi sering menyebutnya sebagai Pulau Kapal.

Sempat dijadikan tempat gudang rempah-rempah dan juga galangan kapal pada zaman VOC. Kini, Pulau Onrust hanya menyisakan puing-puing reruntuhan (Dokumentasi pribadi)
Sempat dijadikan tempat gudang rempah-rempah dan juga galangan kapal pada zaman VOC. Kini, Pulau Onrust hanya menyisakan puing-puing reruntuhan (Dokumentasi pribadi)
Selama satu jam di Pulau Onrust, Mas Ongki menjelaskan keadaan pulau Onrust di masa lalu. Diceritakan bahwa pada tahun 1883 pulau Onrust sempat dihantam tsunami Krakatau, lalu di dibangun kembali tahun 1911 oleh Belanda dan beralih fungsi menjadi tempat karantina jamaah haji.

Di dalam pulau yang luasnya hampir 7,5 hektar tersebut terdapat banyak bangunan, seperti gudang beras, arak, rumah dokter dan perawat, barak karantina haji, dan lain sebagainya.

Meskipun, bangunan yang ada di Pulau Onrust sudah menjadi puing-puing. Namun, kami masih dapat membaca sejarah melalui papan yang berada di setiap bekas puing-puing bangunan. 

Contohnya saja di bagian Barak Karantina Haji. Di sana diberitahukan bahwa di jumlah barak Karantina Haji saat itu berjumlah 35 buah, yang masing-masing barak dapat menampung 100 orang jamaah haji. Namun, pada tahun 1933, kegiatan Karantina Haji harus dipindahkan ke Pelabuhan Tanjung Priok.

Reruntuhan Barak Karantina Haji (Dokumentasi pribadi)
Reruntuhan Barak Karantina Haji (Dokumentasi pribadi)
Setelah melihat bekas bangunan Barak Karantina Haji. Kami pun dibawa untuk melihat Tempat Penampungan Air Bersih yang dibangun pada abad ke-17. Di dalamnya terdapat 8 ruang yang terhubung satu dengan yang lain.
Tempat penampungan air bersih yang konon pernah dijadikan tempat penampungan tahanan (Dokumentasi pribadi)
Tempat penampungan air bersih yang konon pernah dijadikan tempat penampungan tahanan (Dokumentasi pribadi)
Di Pulau Onrust, juga terdapat area pemakaman Belanda, yakni makam Maria van de Velde dan makam tua Belanda lainnya. Komplek pemakaman tersebut telah ada sejak zaman VOC tepatnya pada abad 17-18. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun