Liburan ke pulau, tentunya merupakan destinasi yang sangat pas dan juga menyenangkan untuk dikunjungi terutama di tengah cuaca yang terbilang panas. Nah belum lama ini, saya dan adik saya memutuskan untuk ikutan open trip ke 3 pulau di kecamatan Kepulauan Seribu, yaitu Pulau Kelor, Onrust dan Cipir.
Berhubung kami ikutan open trip, maka pemandu wisata mewajibkan peserta yang ikut agar berkumpul di Dermaga Muara Kamal pukul 07.30 pagi. Maka, saya dan adik saya pun berangkat dari rumah pukul 06.00 pagi dengan naik KRL dari stasiun Jurangmangu. Lalu perjalanan kami lanjutkan ke stasiun akhir, yaitu Stasiun Rawa Buaya karena stasiun tersebut yang paling dekat dari Dermaga Muara Kamal.
Tiba, di Stasiun Rawa Buaya, kami melanjutkan perjalanan lagi dengan menggunakan ojek online. Dan beruntung saat tiba di lokasi, kami tidak ditinggal. Hehehe. Setelah semua peserta rombongan diabsen, kapal nelayan yang kami tumpangi pun mulai berlayar jam 08.00 pagi dan menuju ke pulau pertama, yaitu Pulau Kelor.
Setiba di Pulau Kelor, pemandu wisata membebaskan kami untuk menjelajahi pulau Kelor. Maka, dengan waktu satu jam, saya dan adik saya berkeliling sambil berfoto-foto di spot yang kiranya instagramable. Hehehe.
Pesona Pulau Kelor yang memiliki luas 28 hektar dan pasir putihnya yang indah, ternyata menyimpan nilai sejarah, loh. Terutama benteng besar yang bernama Martello yang dibangun oleh pekerja Indonesia pada tahun 1850.
Dahulu, pulau ini juga pernah dijadikan tempat penguburan, terkhusus bagi para pemberontak kapal Zeven Provincien, karenanya dalam bahasa Belanda disebut juga sebagai Kerkhof Eiland (Pulau Pemakaman). Meskipun, tidak banyak yang dapat dilihat dari benteng ini. Namun, nilai sejarah dapat kita pelajari dan keindahan pasir putihnya dapat dijadikan spot rehat sejenak sambil menikmati hembusan angin yang mendayu-dayu.
Pemandu wisata kami yang bernama Mas Ongki menjelaskan bahwa Onrust memiliki arti "tidak pernah beristirahat". Sebab di zaman kolonial dahulu, VOC menjadikan Pulau Onrust sebagai gudang rempah-rempah dan juga galangan kapal yang tidak pernah berhenti beristirahat, sehingga orang pribumi sering menyebutnya sebagai Pulau Kapal.
Di dalam pulau yang luasnya hampir 7,5 hektar tersebut terdapat banyak bangunan, seperti gudang beras, arak, rumah dokter dan perawat, barak karantina haji, dan lain sebagainya.
Meskipun, bangunan yang ada di Pulau Onrust sudah menjadi puing-puing. Namun, kami masih dapat membaca sejarah melalui papan yang berada di setiap bekas puing-puing bangunan.Â
Contohnya saja di bagian Barak Karantina Haji. Di sana diberitahukan bahwa di jumlah barak Karantina Haji saat itu berjumlah 35 buah, yang masing-masing barak dapat menampung 100 orang jamaah haji. Namun, pada tahun 1933, kegiatan Karantina Haji harus dipindahkan ke Pelabuhan Tanjung Priok.