Malam hari ketika aku tiba di rumah, aku langsung masuk ke kamar. Tanganku meraih handphone dan seketika jantungku berdengup kencang , sebuah pesan whatsapp dengan nama "Adi" menyapaku. Aku senang bukan main, obrolan kita semakin berlajut hingga akhirnya kita sering memutuskan untuk bertemu dan pada akhirnya kita memiliki status hubungan menjadi "pacaran".
Dua tahun, aku dan Adi berpacaran, dia lelaki yang sangat humoris, aku selalu tertawa karena tingkahnya. Selama pacaran kami sangat jarang menghabiskan waktu di mal maupun bisoskop, Adi selalu mengajakku ke sebuah pameran lukisan atau teater.
Namun sayang hubungan kami harus berakhir pada akhirnya. Kesibukan yang membuat kita jarang berkomunikasi membuat kita putus. Dulu aku berpikir kuliah di jurusan komunikasi tidak terlalu penting, namun kini diriku sadar, komunikasi juga perlu dalam sebuah hubungan.
Pada hari minggu, di bulan November, aku memutuskan untuk pergi ke museum tersebut. Seperti biasa aku pergi dengan kereta.
Tiba di stasiun, aku pun duduk di bangku itu, enggan ke mana-mana dulu, hanya ingin duduk. Â Pohon itu menggurkan daun-daunnya. Di peron I, kereta pun datang dan saat pintu kereta tebruka, aku melihat dua sejoli keluar sambil berpegangan tangan.
Seketika aku cemburu mengingat moment itu.Â
Tulisan ini ditulis untuk mengikuti Event Fiksi Cemburu di Bulan November...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H