Mohon tunggu...
Wavicka Nourma Kamila
Wavicka Nourma Kamila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Educational Technology Enthusiast

An Educational technology student from Universitas Negeri Malang who has broad interest in education campaign, science, technology, culture, and human development. Has some experiences in organization and volunteer. In addition to that, interested to learn more and gain more experience

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Strict Parents? Apa Sih Itu? Baik atau Buruk?

16 April 2022   20:03 Diperbarui: 16 April 2022   20:06 1138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

So guys, dulu banget aku pernah membuat sebuah QnA di akun Instagram aku @wavv__ (masih ada di highlight) dengan pertanyannya seperti ini "Bagaimana sih strict parents atau toxic family menurut kalian?"

 

Dan disitu aku dapat berbagai jawaban dari opini-opini teman-teman aku di Instagram, ada yang belum tau sama sekali, ada yang jawab "let their children to bear with lack of experiences to explore their will", ada yang jawab "selalu meminta anaknya untuk seperti yang mereka harapkan meskipun anaknya tidak menyukainya", ada pula yang jawab kalau itu tidak baik, dan masih banyak lagi.

Dokpri
Dokpri

Nahhh, mari kita bahas bersama mengenai Strict Parents!!!

Dalam psikologi, Strict parents yaitu menempatkan standar dan tuntutan tinggi pada anaknya. Strict parents ini bisa termasuk dalam dua gaya asuhan yaitu otoritatif dan otoriter, tergantung pada gaya kedisiplinan yang diterapkan oleh orang tua.

Otoritatif adalah sebuah pola asuh dengan orang tua yang mengasuh, mendukung, dan responsif terhadap anak. Namun tetap memberikan batasan tegas. Sedangkan otoriter adalah pola asuh yang membatasi dan menuntut anak untuk mengikuti keinginan orang tua. Kalau kamu tim mana nih?

Lalu, apakah strict parents ini baik? atau buruk? Sementara gaya pengasuhan yang ketat dan responsif (otoritatif) menghasilkan hasil terbaik pada anak-anak, gaya pengasuhan yang ketat dan tidak responsif (otoriter) menghasilkan hasil yang merugikan termasuk masalah perilaku, harga diri rendah, masalah pengendalian diri, dan masalah kesehatan mental. Ketika orang berbicara tentang pengasuhan yang ketat, mereka umumnya mengacu pada tipe otoriter.

Strict parents ini memiliki dampak buruk bagi anak loh, apa saja sih?

  1. Strict Parents turn their kids into sneaky actors and liars
    Ketika seorang anak berada di lingkungan yang negatif dan cenderung dibatasi, maka anak berpotensi untuk berbohong dan menyembunyikan kesalahan mereka hanya agar ia tidak mengecewakan orang tuanya dan tidak dimarahi.

  2. Strict Parents provoke rebellion and curtail motivation in their kids
    Bagaimanapun, otonomi adalah keinginan bawaan setiap manusia. Orang tua yang terlalu tegas hingga mencabut otonomi anak akan membentuk anak tersebut menjadi pemberontak. Menurut penelitian, pemberian ancaman hukuman pada anak dapat menciptakan motivasi ekstrinsik dan menurunkan motivasi intrinsik. Anak yang dibesarkan dengan kejam tidak hanya dapat menjadi seorang pemberontak tapi juga menunjukkan inisiatif yang rendah.

  3. Children raised with strict rules lack self-esteem and confidence to make decisions
    Sebuah penelitian menunjukkan bahwa remaja dengan orang tua otoriter kurang mampu mengambil keputusan ketika diberi kesempatan. Anak-anak ini terbiasa diberitahu mengenai apa yang harus mereka lakukan sehingga mereka kurang percaya diri untuk memutuskan dan khawatir membuat pilihan yang salah.

  4. Kids Raised by Controlling Parents have twisted belief of authority
    Orang tua yang bertindak layaknya diktator menggunakan komunikasi sepihak, menetapkan aturan tanpa penjelasan, dan mengharapkan anak-anak mereka untuk patuh tanpa keluhan maupun pertanyaan. Mengakibatkan, beberapa anak belajar bahwa kekuasaan selalu benar. Mereka perlu mematuhi dan tidak mempertanyakan otoritas ketika mereka seharusnya. Anak-anak ini menginternalisasi kebutuhan untuk "mengikuti aturan dengan cara apa pun." Keyakinan ini dapat mengatur mereka dalam situasi berbahaya di mana mereka dapat dimanfaatkan oleh figur otoritas yang menyalahgunakan kekuasaan mereka.

Masih ada banyak lagi dampak negatif dari strict parents. So, how to deal with strict parents (otoriter)?

Yang pertama adalah, Decide what you want. Jangan pernah takut untuk speak up tentang apa yang ingin dan apa yang tidak ingin kita lakukan, apa yang kita suka dan apa yang tidak suka, tapi harus tetap dengan bahasa yang sopan. Speak up memang perlu tapi dengan cara yang baik, dengan begitu maka orang tua atau keluarga kita juga dapat lebih mudah mengerti dan memahami.

Yang kedua adalah, Learn when to say 'NO'. berhubungan dengan yang sebelumnya, belajarlah untuk mampu mengatakan 'tidak' terhadap apa yang tidak ingin dilakukan. Apabila orang tua menuntut mengenai sesuatu yang kita tidak inginkan, cobalah berkata 'tidak' dan berikan pemahaman.

Dan yang ketiga sekaligus yang terakhir yaitu, Don't try to change anyone. Berhubungan dengan dua cara di atas pula, cobalah untuk mengajak orang tua atau keluarga untuk berdiskusi. Bukan hanya sekedar bicara dan menolak, tapi juga bersama-sama menentukan kesepakatan bersama. Karena bagaimanapun, baik orang tua maupun keluarga menginginkan yang terbaik untuk anaknya.

Source:

https://www.parentingforbrain.com/strict-parents/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun