Orang tua yang bertindak layaknya diktator menggunakan komunikasi sepihak, menetapkan aturan tanpa penjelasan, dan mengharapkan anak-anak mereka untuk patuh tanpa keluhan maupun pertanyaan. Mengakibatkan, beberapa anak belajar bahwa kekuasaan selalu benar. Mereka perlu mematuhi dan tidak mempertanyakan otoritas ketika mereka seharusnya. Anak-anak ini menginternalisasi kebutuhan untuk "mengikuti aturan dengan cara apa pun." Keyakinan ini dapat mengatur mereka dalam situasi berbahaya di mana mereka dapat dimanfaatkan oleh figur otoritas yang menyalahgunakan kekuasaan mereka.
Masih ada banyak lagi dampak negatif dari strict parents. So, how to deal with strict parents (otoriter)?
Yang pertama adalah, Decide what you want. Jangan pernah takut untuk speak up tentang apa yang ingin dan apa yang tidak ingin kita lakukan, apa yang kita suka dan apa yang tidak suka, tapi harus tetap dengan bahasa yang sopan. Speak up memang perlu tapi dengan cara yang baik, dengan begitu maka orang tua atau keluarga kita juga dapat lebih mudah mengerti dan memahami.
Yang kedua adalah, Learn when to say 'NO'. berhubungan dengan yang sebelumnya, belajarlah untuk mampu mengatakan 'tidak' terhadap apa yang tidak ingin dilakukan. Apabila orang tua menuntut mengenai sesuatu yang kita tidak inginkan, cobalah berkata 'tidak' dan berikan pemahaman.
Dan yang ketiga sekaligus yang terakhir yaitu, Don't try to change anyone. Berhubungan dengan dua cara di atas pula, cobalah untuk mengajak orang tua atau keluarga untuk berdiskusi. Bukan hanya sekedar bicara dan menolak, tapi juga bersama-sama menentukan kesepakatan bersama. Karena bagaimanapun, baik orang tua maupun keluarga menginginkan yang terbaik untuk anaknya.
Source:
https://www.parentingforbrain.com/strict-parents/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H