Pria memang diciptakan sebagai imam dan pemimpin bagi keluarga. Pun R.A. Kartini tahu betul, beliau tidak pernah menentang maupun melawan ayahnya dan suaminya. Tetapi Kartini, sebagai wanita, memiliki hak untuk bersuara dan menyampaikan gagasannya. Ia berhak menyuarakan isi hati dan pikirannya, keinginan dan harapannya kepada pemimpin keluarga. Suara hati dan pikirannyalah pada akhirnya yang membuka hati ayahnya pula.Â
R.A. Kartini mengajarkan kita, para Kartini masa depan, akan pentingnya memiliki kepekaan terhadap lingkungan sosial. Akan pentingnya mengambil tindakan akan suatu hal, seperti halnya Kartini yang menulis surat berisi pemikirannya kepada temannya, yang akhirnya menjadi awal dari dimulainya gerakan emansipasi wanita. Sebuah tindakan kecil dan sederhana, tetapi dapat merubah seluruh bangsa Indonesia.Â
Kalau kita lihat, apakah perjuangan Kartini telah selesai? Jawabannya tentu belum. Tapi masih banyak, Kartini - Kartini masa depan yang akan gigih memperjuangkan hak dan derajat wanita, agar dipandang dan diperlakukan layak sebagaimana laki - laki.Â
55 tahun setelah hari Kartini ditetapkan, kini banyak Kartini - Kartini baru yang bermunculan dari bumi pertiwi ini. Para Kartini yang memiliki pemikiran maju, serta harapan yang membumbung tinggi dalam benak mereka. Para puan, yang menunjukkan bahwa wanita tak hanya bisa duduk dirumah dan mengurus anak suaminya, tetapi puan yang dapat melakukan, baik mengurus suami dan anak, serta berkarier sekaligus. Para wanita hebat yang dapat bersinar di bidang - bidang yang diinginkannya.Â
Kini, tak hanya Kartini. Banyak tokoh - tokoh wanita hebat bermunculan, 55 tahun selepas hari Kartini ditetapkan. Ada Megawati, Presiden Wanita Pertama di Indonesia. Ada Sri Mulyani, Menteri Keuangan RI yang pernah menjabat sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia selama 6 tahun. Ada juga Najwa Shihab, sosok Jurnalis dan Presenter yang berpikiran tajam dalam mewawancarai para pejabat negara, serta berani menyampaikan kritik pedas untuk pemerintah. Selain mereka, masih banyak lagi para kartini yang bersinar di bidang mereka masing - masing, baik musik, politik, pendidikan dan lain sebagainya.
Meskipun perjalanan kita, para Kartini muda Indonesia, masih cukup jauh untuk mencapai kesetaraan perlakuan dengan para pria, dan masih cukup jauh juga untuk mendapatkan penghargaan tanpa embel - embel 'Ya nggak heran, dia cewek', atau yang lainnya. Dengan banyaknya kartini - kartini muda yang kini semakin bersinar di bidangnya, dan gigih menyuarakan bahwa laki - laki dan perempuan dapat setara dalam berbagai hal, sepertinya cita - cita Kartini perlahan akan dapat terwujudkan. Apalagi bila sebagai sesama wanita, kita dapat saling mensupport tanpa menjatuhkan, maka tujuan kita akan cepat tercapai pastinya. Karena menuju dunia yang adil baik bagi wanita dan pria, bukan tanggung jawab satu dua orang saja, tetapi kita semua juga.Â
Yang terpenting, jangan takut untuk berharap dan mencoba. Karena, perjuangan awal Kartini juga berasal dari harapannya akan wanita yang dapat berperan dalam dunia modern, dan langkahnya dalam menulis surat yang menyuarakan isi hatinya, hingga terbitlah 'Habis Gelap terbitlah Terang'.Â
Jadi, langkah apa yang sudah kamu ambil untuk menggapai apa yang kamu inginkan? Atau, sudahkah kamu berpikir, mau jadi apa kamu untuk bangsamu?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H