Mohon tunggu...
shanty afrilia suharlan
shanty afrilia suharlan Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

saya mahasiswa aktif di salah satu perguruan tinggi swasta di kota Bandung, saya memiliki hobi seperti bernyanyi dan membaca novel

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Egosentris: Tegak dan Hiduplah Meski Banyak Cemas yang Dirasa

17 Oktober 2023   16:22 Diperbarui: 17 Oktober 2023   16:34 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Book. Sumber ilustrasi: Freepik

"Egosentris" merupakan novel karya Syahid Muhammad yang diterbitkan pada tahun 2018. Novel ini mengangkat tema tentang fenomena sosial yang sering terjadi dikalangan remaja, yaitu Mental Illness. Selain itu juga novel ini membahas tentang romansa cinta-cinta yang mendewasakan, isu sosial dan juga keluarga.   

Novel ini tidak hanya menyajikan konflik yang sangat kontekstual dengan kehidupan saat ini, namun juga diperkuat dengan sentuhan prosa yang menarik dan mendewasakan dalam setiap ceritanya.

Egosentris, dalam KBBI dijelaskan artinya bahwa; menjadikan diri sendiri sebagai titik pusat pemikiran (perbuatan); berpusat pada diri sendiri (menilai segalanya dari sudut pandang diri sendiri).

Novel Egosentris menceritakan tentang kehidupan remaja bernama Fatih yang memiliki masa lalu yang menyakitkan.  Tokoh utama pada novel ini adalah mahasiswa jurusan psikologi bernama Fatih, Fana, dan Saka yang terlibat jalinan persahabatan. 

Fatih adalah seseorang dengan segudang pemikiran beratnya yang mana dia selalu memikirkan apa yang tidak seharusnya dipikirkan dan menjadi orang yang berbicara apaadanya tanpa disaring lagi. 

Fana merupakan gadis tunggal yang selalu menuruti apa yang diinginkan keluarganya karena dia meyakini bahwa semua orangtua pasti menginginkan yang terbaik untuk anaknya. 

Kemudian Saka, lelaki yang tidak memikirkan apapun yang tidak bersangkutan terhadap hidupnya, dia hidup dengan santai dan menjalani dengan lepas.

Dengan perbedaan pikiran dan tujuan hidup, 3 orang ini sering sekali bertengkar apalagi Fatih yang seringkali menanyakan hal-hal yang aneh sehingga tidak masuk diakal pikiran. Namun mereka merasa sangat dekat dengan adanya persahaban ini, sehingga pada suatu ketika terbongkar satu persatu rahasia dalam kehidupan Fatih. 

Setelah mengetahui rahasia ini, Fana merasa bahwa mereka tidak tahu apa-apa tentang kehidupan Fatih yang sebenarnya. Persahabatan mereka hanyalah sebatas pandangan aneh terhadap orang-orang.

Fatih memiliki Mental illness (mental disorder), disebut juga dengan gangguan mental atau jiwa, adalah kondisi kesehatan yang memengaruhi pemikiran, perasaan, perilaku, suasana hati, atau kombinasi diantaranya. 

Pada saat ini, gangguan mental sering marak terjadi dikalangan remaja yang mana dalam buku novel ini banyak sekali peristiwa yang membuat Fatih menjadi seseorang yang mudah cemas dan memiliki rasa takut, namun dibalik rasa takut itu Fatih juga memiliki sifat egois yang sangat tinggi sehingga seringkali menggangu orang-orang disekitarnya. 

Rasa takut ini menjadikan dia seseorang yang pendiam dan enggan bercerita terhadap teman terdekatnya. Hal ini yang membuat Fatih takut jika orang-orang disekitarnya tahu dengan kehidupan pribadinya yang buruk atau memalukan. Hingga pada akhirnya Fana dan Saka pun mengetahui sosok Fatih yang sebenarnya. 

Ada banyak rahasia yang tersimpan di dalam dirinya, kerapuhan, kegagalan, dan upaya untuk bangkit sudah dilakukan oleh Fatih untuk terus hidup.  Sifatnya yang sedingin es dan tingkahnya yang aneh pasti ia memiliki luka masa lalu yang nggak mengenakkan. Dan benar saja. Sehingga utuk orang-orang awam akan sangat sulit untuk memahami kondisi Fatih.

Singkat cerita, Fatih memiliki masa kecil yang sangat buruk dimana dia menjadi bahan bullyan atau perundungan dilingkungan pertemanannya hingga memasuki jenjang perkuliahan. Lambat laun sakit batin atau ganguan mental yang dialami Fatih ini semakin menjadi-jadi sehingga dia menjadi sosok yang tidak bisa berkembang di lingkungannya. 

Dalam kecemasan dan ketakutannya, Fatih juga memiliki masalah keluarga yang tidak bisa ia ceritakan kepada siapapun sehingga membuat ia memiliki rasa bersalah yang sangat besar terutama kepada sosok ibu. Ibu Fatih memiliki penyakit depresi yang menjadikan Fatih sosok kesepian dan rapuh tanpa gambaran seorang ibu yang seharusnya. 

Fatih merasa  bersalah dengan keadaan yang menimpa ibunya, rasa egois yang timbul di pikirannya membuat ia melakukan hal yang tidak seharusnya ia lakukan. Rasa penyesalanpun timbul ketika ia merasa tidak bisa memahami apa yang sebenarnya diinginkan oleh ibunya. Namun hal ini terjadi karena Fatih memiliki masa kecil yang mana menjadi tempat pelampiasan amarah kedua orangtuanya yang terkadang tidak terkontrol. 

Peristiwa-peristiwa itu telah terekam di pikiran dan ingatan Fatih hingga ia dewasa. Dan betapa beruntungnya Fatih karena di tengah-tengah keramaian permasalahannya ia mempunyai dua tangan dan juga dua telinga untuk mendengarkan keluh kesahnya kepada dunia. Dengan adanya Saka dan Fana, Fatih bisa menjadi manusia secara utuh tanpa di hakimi apa-apa.

Fatih selalu merasa bahwa dunia dipenuhi orang-orang yang hanya mementingkan diri sendiri, senang mengomentari secara negatif apa yang dilakukan orang lain, orang-orang yang hobi merisak, serta orang-orang yang selalu mencampuri hidup orang lain. 

Pada akhirnya, kita kadang-kadang harus berhenti menjadikan diri kita sebagai pusat semesta. Seakan-akan yang menderita hanya kita. Seakan-akan yang peduli hanya kita. Seakan-akan yang ingin dunia lebih ramah hanya kita. 

Berhenti dan istirahatlah sesekali, lihatlah dunia dari sudut pandang lain. Hidup bukanlah ajang untuk bermegah-megahan,teruslah belajar untuk memahami diri sendiri bukan hanya memahami orang lain. Namun terlalu menjadikan diri sendiri sebagai pusat juga tidak baik, karena akan menjadikan diri ini menjadi sosok yang angkuh dan sombong serta selalu merasa benar.

Dari novel ini dapat kita ambil bahwa gangguan mental yang kita miliki sejak kecil hingga kita beranjak dewasa sangatlah memiliki pengaruh besar terhadap kehidupan kita di masa yang akan datang. Lepaskanlah dan mulai berpikir secara luar tanpa harus memikirkan kata orang lain karena kita berdiri di kaki kita sendiri.  

Novel ini juga membangun tentang seseorang yang kehilangan dirinya sendiri, tentang berharap, tentang kepercayaan, tentang pikiran-pikiran negatif yang akan selalu ada, tentang sudut pandang setiap orang dalam menghadapi masalah, tentang kehilangan, tentang empati, dan tentang seseorang yang ketakutan menghadapi dunia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun