"Bos akan mendapatkan tugas untuk menciptakan kondisi dan situasi baru itu!" Domokus kembali tertawa terbahak-bahak. "Selamat bertugas!"
Sikap Domokus seperti membuatku semakin dogol saja. Tanpa permisi lagi. langsung aku pergi.
Dalam perjalanan pulang, jidatku seakan-akan di penuhi ulat-ulat yang mengeriyap. Apa keuntunganku dalam semua permainan busuk itu. Aku tak peduli sebetulnya apakah negara ini akan berkeping-keping atau tidak. Toh tak ada hubungannya dengan misi turunnya aku kebumi manusia ini. Ya, aku hanya menginginkan menemukan calon musuh tangguh yang di sodorkan anak-anak cucuku. Selain itu tak ada. Aku harus segera mengalahkannya. Setelah itu, aku mau ambil cuti saja. Menunggu-nunggu kiamat sambil bersantai dan tiduran di satu sudut horizon.
Demolition
Toh, aku pun ini rahasia lo tak menghendaki betul kehancuran manusia dalam arti yang sebenarnya. Karena kehancuran manusia  secara total, justru mengundang datangnya hari kiamat semakin cepat saja. Kan berabe juga bagiku. Kalau bisa datangnya hari Maha Dahsyat itu di undur-undur saja. Caranya, jangan membuat kerusakan dan kehancuran dalam kehidupan manusia secara keterlaluan. Biarkan hidup beberapa manusia yang masih peduli terhadap kehidupan bersih dan mulia, selebihnya bikin saja mereka menjadi setengah binatang setengah manusia. Jadi demitlah mereka, hehehe.
" karya Herly Sauri " ...... To be continued - Part 39 ........
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H