"Okey. Aku sudah muak dan mau muntah saja melihat ketengikkanmu itu!"
"Baik, akan kujawab, Bos!"
"Cepat!"
"Tetapi bagaimana aku bisa menjawab, sedang leherku Bos puntir seenaknya!"
Seketika aku lepaskan. Astaga naga, aku lupa tetap memuntir lehernya. Aku betul-betul hilang akal berhadapan dengan makhluk ini. Mengapa sih aku harus di takdirkan mempunyai garis keturunan yang memuakkan ini. Aku saja sudah sedemikian pusing menghadapinya, apalagi makhluk lainnya.
Sebelum menjawab, Domokus mengambil napas panjang. Menormalkan sesak dadanya. Namun aku tahu, sekian banyak akal licik pasti berkelebatan di jidat busuknya itu.
"Berkas-berkas itu telah cukup berbicara bahwa sekarang tengah terjadi krisis kepercayaan!"
"Apa sebab utamanya?" tanyaku dengan berlagak tolol. "Tolong ungkapkan dengan bahasa sederhana, jangan berbelit-belit!"
"Hahahaha.........!"
"Kenapa kau tertawa?"
"Kiranya Bos alergi terhadap high politic.''