Mohon tunggu...
Shanti Paramita
Shanti Paramita Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Mahasiswa S3 Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha Bali

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Gen-Z dan Pendidikan Pancasila, Green Flag atau Red Flag?

4 Desember 2024   07:00 Diperbarui: 4 Desember 2024   07:03 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Siswa/i di Salah Satu Sekolah Swasta di Denpasar (Sumber: Dokumentasi Sekolah Maitreyawira Bali)

Pada era globalisasi yang semakin berkembang pesat, generasi Z (Gen Z) menghadapi tantangan yang kompleks dalam menjaga identitas kebangsaan mereka, terutama dalam konteks pendidikan Pancasila. Gen Z, yang mencakup individu yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012, tumbuh di tengah arus informasi yang tak terbatas, baik dari media sosial, internet, maupun berbagai bentuk budaya global.

 Istilah red flag dan green flag mengacu pada tanda yang digunakan untuk melihat suatu hal yang diinginkan atau tidak diinginkan. Red flag mengarah pada suatu tanda-tanda negatif dan green flag adalah kebalikannya.

Pendidikan Pancasila, yang pada dasarnya bertujuan untuk membentuk karakter dan memperkuat rasa kebangsaan, kini dihadapkan pada tantangan besar. Salah satu tantangan utama adalah kemajuan teknologi dan akses informasi yang luas. 

Gen Z dikenal sebagai digital natives yang menghabiskan sebagian besar waktu mereka di dunia maya. Platform online seperti TikTok, Instagram, dan YouTube lebih dominan dalam kehidupan sehari-hari mereka dibandingkan dengan pembelajaran tradisional di sekolah. Dengan demikian, mereka cenderung lebih mudah terpapar pada ideologi yang beragam, yang mungkin bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila.

Lebih jauh lagi, budaya global yang sering kali mengedepankan individualisme dan konsumtivisme dapat menjadi tantangan bagi pendidikan Pancasila yang mengajarkan nilai-nilai kebersamaan, gotong-royong, dan keimanan. Gen Z, yang lebih terbuka terhadap perbedaan dan kebebasan berpendapat, mungkin merasa bahwa ajaran Pancasila terlalu kaku dan membatasi ekspresi diri mereka.

Di sisi lain, meskipun terdapat tantangan besar, pendidikan Pancasila tetap memiliki potensi untuk menjadi "green flag" bagi Gen Z. Pancasila, sebagai dasar negara dan ideologi bangsa, mengajarkan nilai-nilai yang sangat relevan dalam menghadapi berbagai permasalahan sosial dan politik saat ini, seperti intoleransi, radikalisasi, dan polarisasi sosial. 

Pendidikan Pancasila memiliki kekuatan untuk memperkuat identitas nasional dan karakter kebangsaan yang positif. Nilai-nilai Pancasila terutama yang berkaitan dengan persatuan Indonesia (Sila ke-3) dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan (Sila ke-4) dapat membantu Gen Z untuk memahami pentingnya toleransi dan kerjasama antar sesama.

Selain itu, dengan mengajarkan nilai-nilai gotong royong dan keadilan sosial, pendidikan Pancasila dapat membentuk sikap Gen Z yang lebih peduli terhadap sesama, yang penting dalam konteks kehidupan sosial yang semakin heterogen. 

Dalam dunia yang semakin terhubung, pendidikan Pancasila menjadi sangat relevan untuk menumbuhkan rasa cinta tanah air, kebanggaan terhadap budaya lokal, dan rasa solidaritas antar sesama anak bangsa.

Pendidikan Pancasila juga dapat berperan sebagai alat untuk mengarahkan Gen Z agar tidak terjebak dalam sikap cuek terhadap masa depan bangsa. Sebagai generasi yang kritis dan kreatif, mereka membutuhkan landasan yang kuat agar dapat memberikan kontribusi positif bagi masyarakat tanpa kehilangan identitas nasional.

Agar pendidikan Pancasila tidak sekadar menjadi materi yang membosankan bagi Gen Z, perlu ada pendekatan yang lebih kontekstual dan inovatif. Salah satunya adalah dengan memanfaatkan teknologi dalam penyampaian materi. Menggunakan media sosial atau aplikasi pendidikan yang interaktif dapat menjadikan pelajaran Pancasila lebih menarik dan mudah diterima oleh Gen Z. 

Pendekatan yang lebih berbasis proyek, yang memungkinkan siswa untuk mengaplikasikan nilai-nilai Pancasila dalam kegiatan nyata, juga dapat menjadi cara yang efektif untuk menjadikan pendidikan ini lebih relevan. Misalnya, melalui proyek-proyek sosial yang mengajarkan Gen Z tentang gotong royong dalam membantu masyarakat atau penguatan nilai-nilai kebersamaan dalam komunitas mereka.

Pendidikan Pancasila menghadapi tantangan besar di era digital, tetapi bukan berarti ia tidak relevan untuk diterapkan. Dengan pendekatan yang tepat, pendidikan Pancasila bisa menjadi "green flag" yang memberikan arah dan kekuatan bagi Gen Z untuk menghadapi berbagai tantangan zaman. 

Oleh karena itu, penting bagi para pendidik dan pembuat kebijakan untuk terus berinovasi dalam mengajarkan nilai-nilai Pancasila, agar Gen Z tidak hanya memahami, tetapi juga menginternalisasi dan mengamalkan prinsip-prinsip dasar negara ini dalam kehidupan mereka sehari-hari. Dengan demikian, Pancasila dapat tetap menjadi pedoman hidup yang relevan dan kuat, bahkan di tengah kemajuan teknologi dan arus globalisasi yang semakin pesat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun