Mohon tunggu...
Shanti Anggraeni Rachman
Shanti Anggraeni Rachman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia

Anak sastra yang peminatannya linguistik, senang menulis, kadang-kadang senang membaca juga.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Satu Bulan

27 September 2024   23:57 Diperbarui: 28 September 2024   02:27 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sisa satu bulan waktuku, di kampus sejuk daerah Setiabudi, Bandung. Akhir Agustus kututup dengan sidang tugas akhir yang dirayakan oleh seluruh kawan yang turut berbahagia atas diriku.

Sisa satu bulan waktuku, mengulang setiap kenangan yang kutinggalkan di kampus ini. Masih kurang waktuku untuk bercerita perihal setiap sudut kampus. Masih banyak harapku yang belum tercapai, masih ada inginku yang tak sampai.

Masih ada kosong dalam benakku, masih ada ganjil, masih ada lubang, masih ada ruang.

Tanpa dicari, tanpa diundang, tanpa diharap, dia datang. Anak laki-laki yang tiap kudengar suaranya, membuatku tersenyum tanpa sengaja. Bagaimana tidak, ia rela diejek oleh kawan-kawannya hanya demi bergemas-gemas padaku. Anak laki-laki yang mungkin saja sebelumnya terbiasa dengan perempuan-perempuan seusianya, bagaimana bisa ia melabuhkan hatinya untuk seorang wanita yang lebih tua dua tahun darinya?

Aku? Aku, ya? Sebetulnya sejak awal, aku tidak menaruh harap, tidak membuka lembar kosong, juga tidak membiarkan ia masuk dalam ceritaku. Di kepalaku, aku hanya takut. Aku takut tidak sesuai dengan apa yang diharapnya: takut tidak berjalan sebagaimana mestinya; takut jarak menjadi perkara; takut tidak sejalan karena berbeda. Bagaimana pun, ada banyak ketakutan yang hinggap di kepala.

Tapi, di luar dugaan. Nyatanya kau lebih tahu bagaimana caranya bersikap sebagai pria, dibanding lelaki yang berusia satu hingga tiga tahun di atasku. Terima kasih, ya.

Maaf ya, kalau manjamu terkadang tidak aku balas dengan hal serupa. Maaf ya, kalau aku sering lupa mengabarimu saat aku ke mana-mana. Maaf ya, kalau terkadang aku terlalu bermain logika sampai tak peka tentang perasaan. Maaf ya, kalau kesannya aku tidak berkomentar apapun pada ceritamu tentang yang lalu-lalu.

Maaf ya, aku hanya takut kecewa.

Sisa satu bulan waktuku untuk memberi warna pada lembaran cerita kampusmu. Akan kubuktikan padamu, kampus yang tidak pernah kau cinta ini menjadi tempat ternyaman untukmu. Maaf, aku datang terlambat, ya? Ha ha ha.

Tak apa, dalam satu bulan, biarkan aku gores cerita baru di kampus kita, ya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun