Sisa satu bulan waktuku, di kampus sejuk daerah Setiabudi, Bandung. Akhir Agustus kututup dengan sidang tugas akhir yang dirayakan oleh seluruh kawan yang turut berbahagia atas diriku.
Sisa satu bulan waktuku, mengulang setiap kenangan yang kutinggalkan di kampus ini. Masih kurang waktuku untuk bercerita perihal setiap sudut kampus. Masih banyak harapku yang belum tercapai, masih ada inginku yang tak sampai.
Masih ada kosong dalam benakku, masih ada ganjil, masih ada lubang, masih ada ruang.
Tanpa dicari, tanpa diundang, tanpa diharap, dia datang. Anak laki-laki yang tiap kudengar suaranya, membuatku tersenyum tanpa sengaja. Bagaimana tidak, ia rela diejek oleh kawan-kawannya hanya demi bergemas-gemas padaku. Anak laki-laki yang mungkin saja sebelumnya terbiasa dengan perempuan-perempuan seusianya, bagaimana bisa ia melabuhkan hatinya untuk seorang wanita yang lebih tua dua tahun darinya?
Aku? Aku, ya? Sebetulnya sejak awal, aku tidak menaruh harap, tidak membuka lembar kosong, juga tidak membiarkan ia masuk dalam ceritaku. Di kepalaku, aku hanya takut. Aku takut tidak sesuai dengan apa yang diharapnya: takut tidak berjalan sebagaimana mestinya; takut jarak menjadi perkara; takut tidak sejalan karena berbeda. Bagaimana pun, ada banyak ketakutan yang hinggap di kepala.
Tapi, di luar dugaan. Nyatanya kau lebih tahu bagaimana caranya bersikap sebagai pria, dibanding lelaki yang berusia satu hingga tiga tahun di atasku. Terima kasih, ya.
Maaf ya, kalau manjamu terkadang tidak aku balas dengan hal serupa. Maaf ya, kalau aku sering lupa mengabarimu saat aku ke mana-mana. Maaf ya, kalau terkadang aku terlalu bermain logika sampai tak peka tentang perasaan. Maaf ya, kalau kesannya aku tidak berkomentar apapun pada ceritamu tentang yang lalu-lalu.
Maaf ya, aku hanya takut kecewa.
Sisa satu bulan waktuku untuk memberi warna pada lembaran cerita kampusmu. Akan kubuktikan padamu, kampus yang tidak pernah kau cinta ini menjadi tempat ternyaman untukmu. Maaf, aku datang terlambat, ya? Ha ha ha.
Tak apa, dalam satu bulan, biarkan aku gores cerita baru di kampus kita, ya?
Kau tak usah sebal seperti biasanya- ketika aku datang ke kampus untuk mengurusi administrasi wisuda. Bahkan, kini sudah kurang dari kurun waktu satu bulan. Waktuku di sini hanya terhitung beberapa pekan menuju wisuda.
Tapi itu bukan perkara, kan kulanjutkan goresan cerita pada lembaran baru, bahkan ketika aku hanya mengunjungi kampus untuk sekedar bercengkerama denganmu.
Menonton sunset di rooftop parkiran sambil memakan geprek bajak yang dibeli di Gerlong akan selalu menjadi cerita yang kunantikan. Dan juga.. Ayo belajar cari buku di perpustakaan, sebelum KTM-ku kedaluwarsa! Ha ha ha.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H