Ai Nin menatap punggung lelaki itu dengan sisa-sisa air mata. Ia bertekad mengurangi biaya listrik dan makan siangnya agar bisa mengembalikan uang Oscar. Rumah bersama juga akan dijual dan uangnya dibagi dua. Tak ada lagi sisa-sisa cinta yang bisa dikais untuk merekatkan dua jiwa.
Â
***
Sementara di ujung sana ada status whatsapp yang tak bisa tampak oleh Ai Nin karena pembatasan privasi, yakni foto Katrina yang sedang mengendarai nissan keluaran terbaru, make up-nya merona, kacamatanya hitam mengkilap dan kakinya masih dua jenjang, tak buntung walau seujung kuku pun. Di sebelahnya ada lelaki berkumis tebal dan tampaknya juga berkantung tebal.Â
Katrina melupakan utangnya, ia juga lupa penyakitnya. Terlebih ia melupakan sahabatnya, Ai Nin yang telah menyediakan diri menjadi payung di masa hujan badai, sedangkan tubuh ringkihnya sendiri telah puas oleh basah dan sakit.
Ai Nin akhirnya berusaha melupakan Katrina dan Oscar di tahun berikutnya. Ia masih bersabar menunggu giliran rejeki dan kesukaan dunia. Â Ketika Katrina di ujung telepon berteriak tentang kebakaran di rumahnya, Ai Nin masih mendulang air mata untuk sahabatnya itu.
"Tapi maaf Katrina, aku sudah tak memiliki apa-apa. Payungku sudah bocor di sana-sini."
"Kali ini aku hanya pinjam satu juta. Masa tidak ada, Dear? Novel kamu akan aku pajang di pameran."
Ai Nin meletakkan teleponnya tanpa jawaban. Hening itu kini dibutuhkannya.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H