Mohon tunggu...
Shanti Agustiani
Shanti Agustiani Mohon Tunggu... Guru - Konselor, Penulis

Hobi saya membaca, menulis, traveling dan menyanyi. Just ordinary woman, mencintai seni dan anak-anak, setia pada kejujuran dan keindahan, berusaha selaras dengan alam dan tujuan penciptaan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Payung Merah Mayleen

10 Mei 2023   10:05 Diperbarui: 13 Mei 2023   00:15 489
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: perempuan dengan payung  merahnya. (sumber: pxhere.com)

Semenjak itu Rakai Rajita memang tak pernah lagi menginjakkan kaki ke Dusun Rembulan untuk menemui Mayleen. 

Sontak batin Mayleen muram, cahaya purnama tak lagi cukup menghangatkan jiwanya. Jemarinya kini tak lagi sanggup meliukkan tarian, tubuhnya demam dan kalbunya tertusuk rasa penolakan oleh penghakiman sepihak dari penduduk dusun yang sebenarnya sudah sangat dicintainya juga sebagai keluarga di kampung halaman ke dua.

“Kakak, menarilah lagi!” pinta anak-anak Rembulan

“Ajari langkahku, agar seirama dengan seruling Babah Hong Li.” ujar anak lainnya.

Tetapi Mayleen bergeming dalam kelam malam, tak ada lagi cahaya yang sanggup membuatnya tertawa dan menari. 

Anak-anak Dusun Rembulan mulai mengiba, berurai air mata memohon kebaikan hati Sang Kepala Dusun.

“Apakah kami juga pernah ditolong dukun paraji saat lahir? Kalau begitu ijinkan kami berterima kasih padanya!” rajuk anak-anak Rembulan pada Kepala Dusun.

Maka luluhlah hati tetua adat itu, “Baiklah, jemputlah paraji dan anaknya kemari bersama orang kepercayaanku. Tapi ia harus mampu menyembuhkan putrimu.”

“Kamsia … kamsia …. Terberkatilah Anda dan penduduk dusun ini.”

Babah Hong Li tak henti-hentinya berterima kasih dan mendoakan kepala dusun yang telah menua itu. Bergegaslah ia menjemput Rakai Rajita dan ibunya demi kesembuhan puteri yang sangat dicintainya.

Betapa gembira hati Mayleen mengetahui Rakai Rajita dan ibunya datang ke Dusun Rembulan untuk mengobatinya dengan akar-akar dan dedaunan yang diramu dari bahan alam. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun