Bagi para pecinta film, tentu nama Joko Anwar sudah tidak asing lagi di pendengaran kalian.
Sutradara yang dapat dikatakan sebagai seorang auteur tersebut lahir pada tanggal 3 Januari  1976, ia telah berhasil menciptakan banyak film dan meraih segudang prestasi dalam industri perfilman.
Namun tahukah kalian, ternyata film-film karya Joko Anwar tidak hanya mengisahkan cerita biasa tetapi juga mengangkat mengenai isu-isu penting yang sering terjadi dalam kehidupan masyarakat di Indonesia, salah satunya yaitu isu patriarki.
Isu Patriarki dalam Film-film Joko Anwar
Pengabdi Setan (2017), Ratu Ilmu Hitam (2019), Perempuan Tanah Jahanam (2019) bahkan Gundala (2019) merupakan beberapa film karya Joko Anwar yang mengangkat mengenai isu patriarki.
Film Pengabdi Setan (2017) mengangkat mengenai isu dalam masyarakat dimana wanita seringkali baru akan dianggap sempurna ketika ia memiliki anak.
Film tersebut mengisahkan mengenai seorang wanita yang tidak dapat memiliki anak, hingga ia merasa tertekan dan akhirnya memilih untuk bergabung dengan sekte pemuja setan.
Pada film Ratu Ilmu Hitam (2019) dan Perempuan Tanah Jahanam (2019) isu yang diangkat adalah isu mengenai penyiksaan, pelecehan seksual bahkan pemerkosaan yang terjadi pada wanita.
Sedangkan pada Film Gundala (2019) Joko Anwar mencoba untuk melawan standarisasi yang ada pada masyarakat dimana wanita selalu dipandang sebagai orang yang lemah.
Joko Anwar Sebagai Seorang Auteur
Sarris (dalam Stam, 2000, h.89) menawarkan 3 kriteria yang dapat digunakan untuk mengenali seorang auteur, yaitu: (1) keterampilan teknis, (2) kepribadian yang berbeda; dan (3) makna batin yang tumbuh karena adanya ketegangan antara kepribadian dan materi.Â
Yang pertama, mengenai keterampilan teknis tentu tidak perlu diragukan lagi. Kita dapat melihat hal tersebut melalui banyaknya film yang telah dibuat dan prestasi yang telah diraih oleh Joko Anwar dalam industri perfilman.
Ia bahkan memenangkan Piala Citra untuk kategori Sutradara Terbaik pada tahun 2015 dan 2020.
Yang kedua, mengenai kepribadian yang berbeda. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya isu dalam kehidupan masyarakat yang diangkat oleh Joko Anwar melalui film-filmnya.
Isu tersebut menjadi suatu suatu ciri khas atau gaya tersendiri yang menggambarkan kepribadian Joko Anwar.
Adanya gaya tersebut membuat film-film yang dibuatnya selalu menampilkan hal baru yang berbeda dengan karya-karya orang lain.
Yang terakhir yaitu mengenai makna batin yang tumbuh karena adanya ketegangan antara kepribadian dan materi.
Dalam wawancaranya bersama Tim Ceritalah (Raslan, 2020), Joko mengatakan bahwa ia menolak apabila film-filmnya dimaksudkan untuk menghibur terlebih dahulu.
Hal ini dikarenakan Joko memiliki  pandangan bahwa melalui film-filmnya ia mempunyai tanggung jawab untuk membantu meningkatkan kesadaran kolektif masyarakat Indonesia mengenai isu-isu penting yang terjadi dalam masyarakat.
Dengan penjelasan-penjelasan diatas tentu kita melihat bahwa Joko Anwar telah memenuhi kriteria-kriteria yang ditawarkan oleh Sarris untuk dapat dikatakan sebagai seorang Auteur. Ia memiliki gaya dan kontrol artistik atas produksinya sendiri.
Penjelasan-penjelasan diatas juga sesuai dengan hal yang diungkapkan oleh Truffaut dan Sarris dalam buku Film Theory: An Introduction. Truffaut (dalam Stam, 2000, h.84) mengatakan bahwa film baru akan menyerupai pembuatnya, tidak terlalu banyak melalui konten otobiografi tetapi melalui gaya kepribadian sutradaranya yang memenuhi film.
Sedangkan Sarris (dalam Stam, 2000, h.89) mengambil penekanan kritikus Prancis pada gaya sebagai ekspresi kreatif, ia mengungkapkan bahwa  "Cara sebuah film terlihat dan bergerak seharusnya memiliki  beberapa hubungan dengan cara seorang sutradara berpikir dan merasa."Â
Menurutnya, gaya yang bermakna menyatukan antara "apa" (cerita, tema) dan "bagaimana" (gaya, teknik) menjadi "suatu pernyataan pribadi", sehingga melalui film-filmnya sutradara mengambil resiko dan berjuang melawan standarisasi.
Dalam film karya Joko Anwar, salah satu bentuk perlawanan standarisasi tersebut dapat kita lihat melalui sosok superhero wanita dalam film Gundala (2019) yang menyelamatkan seorang pria.
DAFTAR PUSTAKA
Raslan, K. (2020, 6 Januari). OPINION: The Indonesian film director that does it all. news.abs-cbn.com. Diakses dari https://news.abs-cbn.com/blogs/opinions/01/06/20/opinion-the-indonesian-film-director-that-does-it-all
Stam, R. 2000. Film Theory: An Introduction. Massachusetts: Blackwell Publishers.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H