Mohon tunggu...
Beautiful Girl
Beautiful Girl Mohon Tunggu... -

Aku Tak Ingin Menjadi Orang Yg Merugi....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pelangi Cinta

11 Februari 2012   08:45 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:47 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“ Yaudah deh, aku ikut. Tapi hujan nih.” Aku terpaksa menyetujui ajakannya.

“ Terus ???.”Jawabnya cuek.

“ Ya masak mau ujan-ujanan sih.” Aku mulai kesal dengan sifat cueknya.

“ Ini pake jaket aku biar kamu gak kehujanan.” Katanya sambil memberikan jaketnya kapadaku.

“ Terus kamu gimana ?.” Tanyaku merasa tidak enak.

“Udah, gampang. Ayo..” Dia pun menyalakan motornya dan aku pun segera memboceng.Ternyata dia baik juga. Batinku dalam hati sambil tersenyum sendiri.

Sepanjang jalan tak ada satu kata yang terucap. Kami hanya diam dan hanyut di tengah hujan yang semakin deras. Akhirnya, Indra memutuskan untuk berteduh di sebuah rumah makan. Kebetulan sekali karena perutku sudah begitu keroncongan. Rumah makan itu begitu unik karena di kelilingi oleh hamparan sawah. Suasananya pun begitu nyaman dan tidak terlalu ramai. Heran kenapa Indra bisa menemukan tempat sebagus ini. Kami duduk di lesehan karena dari situ bisa melihat pemandangan yang begitu indah.

“Kamu pasti belum makan siang kan ?.” Tanya Indra. Aku heran kenapa dia bisa tahu. Apa dia mendengar perutku keroncongan ya.Aduh, jadi malu nih.

“Kita makan dulu sekalian nunggu hujannya reda, habis itu baru kita cari materi buat makalah.” Jelasnya panjang lebar. Aku hanya mengangguk mendengar penjelasan darinya itu. Kemudian dia mulai memesan makan dan aku pun tak mau ketinggalan. Tak berapa lama setelah kami memesan, akhirnya hidangan pun sudah siap. Tanpa basa-basi aku lansung menyantap nasi dan ayam goreng yang tadi aku pesan itu dengan lahap. Tanpa aku sadari Indra melirik ke arahku dan tersenyum sendiri. Aku gak pernah membayangkan bakalan makan berdua bersama dia. Meskipun kita satu kelas tapi kita berdua tidak pernah bicara ataupun menyapa satu sama lain. Aku yang cenderung cerewet dan dia yang hanya berbicara jika itu perlu. Sebenarnya meskipun aku tidak pernah berbicara dengannya, diam-diam aku selalu memperhatikannya. Ketika dia menuliskan rumus-rumus di papan tulis untuk setiap jawaban dari pertanyaan Pak Yuli atau ketika dia sedang mengajari seorang teman yang belum paham dengan pelajaran tertentu. Pantas jika dia selalu mendapatkan juara kelas.

“ Makannya biasa aja kali.. Gak usah buru-buru gitu.” Dia menegurku. Aku begitu kaget sehingga aku pun tersedak dan batuk-batuk. Dia pun segera menyodorkan air minum kepadaku.

“ Makanya kalau di bilangin itu jangan ngeyel.” Dia menertawakanku.Hufft.. Menyebalkan.Aku begitu malu untuk menatapnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun