Mohon tunggu...
sandy lesmana
sandy lesmana Mohon Tunggu... -

je suis etudiant

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sakura

10 Agustus 2014   14:35 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:55 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku buka laptopku, ku cari informasi mengenai Leukimia. Benci rasanya aku menyebutnya. Aku mencari sebuah harapan yang kenyataanya ku tahu benar sulit dan tak mungkin, hanya keajaiban yang dapat merubah semua ini. Ku baca semua artikel mengenai Leukimia, ku cari obat yang dapat menyembuhkan penyakitku ini. Ratusan, ya ratusan artikel ku baca di hari itu hanya untuk mencari secercah cahaya kehidupan. Namun ku tak temukan satu jawaban pun. Hanya ada satu jalan yang dapat ku tempuh, itu pun tak akan dapat menyembuhkanku dari penyakit sialan ini. Tertulis di semua artikel jika pengidap penyakit ini harus melakukan Kemoterapi.

Tak begitu asing dengan kata kemoterapi. Aku sering menonton film-film yang bertemakan sebuah penyakit. Leukimia salah satunya. Sedikit yang ku tau mengenai kemoterapi. Pengidap penyakit ini harus melakukanya hanya untuk meringankan sakit yang dideritnya. Bukan menyembuhkanya. Satu lagi yang ku tau mengenai kemoterapi. Semakin sering aku melakukannya, semakin rontok rambut ini sampai akhirnya tak tersisa satu helai pun. Aku akan botak? Aku takan bisa membanggakan rambut ini kepada teman-teman ku? Gila!

Diam dalam keheningan. Itu yang bisa ku lakukan saat itu. Aku bingung tak tau apa yang bisa dan harus ku lakukan. Menceritakan keadaan ini kepada orang tuaku? perbuatan konyol yang akan membuat orang tuaku tambah menderita dan bahkan mungkin akan lebih mempercepat umur mereka untuk menemui ajalnya. Tegakah seorang anak melihat orang tuanya? TIDAK!!

Tak sengaja, di sudut mataku, tampak jelas satu benda yang mungkin sudah sekian lama aku tinggalkan, tak ku jamah barang semenit atau bahkan satu detik pun. Aku biarkan tergoler sembarang di lemari kayu usangku. Kelabu dengan debu-debu usang membuat tampak seperti benda tak berguna. Rasa rindu untuk memegangnya, membukanya, membaca dan menelaah isi kandungan darinya. Aku sangat rindu, lisan dan mulutku ini membaca dan melafazkan ayat-ayat yang ada di dalamnya, Al-Qur’an.

Tanganku gemetar meraihnya. Ku seka semua debu yang menutupi buku dari segala buku, kitab dari segala kitab, dan panduan dari segala panduan. Takkan ada satu pun buku panduan kehidupan yang menjelaskan tentang kehidupan sebelumnya, sekarang dan masa depan. Semuanya sudah tertulis dan terjelaskan dengan rinci di dalamnya. Ku buka perlahan dengan hati gemetar. Emosi hati ini seakan tak kerkontrol, meluap-luap bagaikan ombak di lautan yang memaksa air mataku untuk keluar dari maribaannya. Lembar pertama ku buka perlahan, entah apa yang terjadi dengan diriku, guncangan apa ini? Air mataku semakin menjadi-jadi, nafasku seakan ingin membludak keluar bersamaan, ingin meledak rasanya paru-paru ini. Surat Al-Fatihah, ibu dari segala surat yang ada dalam kitab suci ini. Aku baca dengan terbata-bata dengan emosi memuncakku. Ayat demi ayat ku baca perlahan. Walaupun surat Al-Fatihah selalu ku ulang-ulang sebanyak 17 kali setiap hariku. Entah mengapa menjadi begitu sulit lidah ini untuk membacanya.

Tubuh ini seketika menjadi hangat. Perasaan ini persis seperti ketika aku berada dalam pelukan Ibuku tercinta. Penuh dengan kehangatan dalam buaian seorang Ibu. Bulu kuduk ini berirama berdiri dari kaki menuju ke kepala. Sempat menuju ke telingaku, seketika menghilang berganti dengan sebuah bisikan halus, bisikan dari suara yang ku kenal dalam. Ya, suara ibuku. “Bertaubatlah, Nak”. Jantung ini seakan berhenti seketika. Bertaubat, aku harus melakukanya. Aku tak ingin di penghujung hidupku, diriku ini belum mendapatkan ampunan dari Sang Ilahi.

Kriinggg!!! Suara Handphone-ku mengagetkan dan membuyarkan semua keheninganku. Ada sebuah pesan dari Ibuku. Mengapa begitu sangat kebetulan, entahlah. Pesan dari Ibuku hanya pertanyaan mengenai kabar anaknya. Bukan, bukan hanya sekedar kabar. Ada pesan lain yang di sampaikan. “At-Tahrim (66) : 8”. Penasaran aku dibuatnya. Ku buka lagi Al-Qur’an kecilku. Kucari surat dan ayat yang di pesankan oleh Ibuku. Ku baca perlahan dan ku coba untuk memaknai artinya. Astagfirullah, kuasa Allah begitu besar. Semua ini seperti rangkaian yang sudah dibuat oleh Nya. Rangkaian indah yang menggiringku semakin dekat kepada-Mu, ya Allah.

At-Tahrim (66) : 8

“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukan muka dalam jannah yang mengalir di bawahnya, sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan; “Ya Rabb kami, sempurnakalah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu”

Saat itu hatiku rasanya begitu sejuk. Tak pernah ku merasakan keadaan sedamai dan setenang itu. Ya Allah, indah sekali kuasa-Mu. Yang terlintas di pikiranku saat itu adalah aku harus shalat taubat nasuhaa. Jika seandainya ada malaikat di sekelilingku saat itu yang pasti menertawaiku dan mencibirku tentang tingkah lakuku. Aku tak akan menghiraukan mereka. Biarlah mereka menertawai, memaki, dan mencibirku. Aku yakin Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Apakah taubat nasuhaaku akan diterima oleh Nya? entahlah. Aku hanya bisa berdoa, berharap dan percaya jika Allah memiliki pesan tersembunyi di balik semua ini. Allah memiliki kuasanya untuk mengingatkan dan mengembalikan hamba Nya ke jalan yang sebenarnya, jalan yang lurus.

Semua itu hanya masa laluku. Masa lalu yang kelam, kejam, namun sangat membahagiakan. Dimana aku terpuruk dan aku juga merasa dibangkitkan kembali oleh Sang Empunya alam ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun