Mohon tunggu...
sandy lesmana
sandy lesmana Mohon Tunggu... -

je suis etudiant

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sakura

10 Agustus 2014   14:35 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:55 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

AGRRHHH!!! Andai aku bisa berteriak, yakin akan terasa lega hati ini. Iri benar rasanya jiwa yang lemah ini melihat hiruk pikuk kesibukan dunia luar. Senyuman sumringah orang-orang yang saling bercengkrama penuh dengan cinta, sejoli yang saling mengasihi beriringan dengan tangan bergandengan, dan kakek-nenek yang begitu mesranya sedang menggendong cucunya yang memaksa mereka untuk minta dibelikan balon. Begitu menyenangkanya dunia mereka.

Di televisi, ah, banyak sekali acara-acara dan berita-berita aneh. Dari komedi yang membuat perut ini terasa terkocok, sampai drama realiti yang entah memang kenyataan atau hanya bualan sang sutradara yang bisa membuat mantan teman sekamarku dulu menangis tersedu-sedu, seakan tak malu dengan otot-otot di badan tegap dan tato bergambar garpu dan sendoknya itu. Sudah lama sekali rasanya aku tak berhasrat ingin menonton acara-acara di tv, mungkin selama mantan teman sekamarku sudah kembali kerumahnya dan mungkin disibukan kembali dengan dunianya sehingga melupakan mantan teman sekamarnya.

Kegembiraan orang-orang di luar sana dengan hiruk pikuk kehidupan mereka dan juga gemerlap acara-acara di televisi, ternyata tak membuat keheningan ini mencoba untuk pergi menjauh dari hidupku. Hidup yang mungkin tak seorang pun ingin merasakanya. Sendiri, sunyi sepi dan hanya beralaskan akan rasa belas kasihan. Benci benar aku dengan hidup ini. Bodoh! Aku tak boleh berpikiran seperti itu. Aku percaya, Allah mempunyai tujuan lain terhadap diriku yang hina ini. Tapi tak satu jawabanpun ku temui. Aku berpikir sekeras mungkin, mengapa Allah memperlakukan ku seperti ini. Apa tujuan Engkau, Gusti Nu Agung.

Lisan ini rindu sekali ingin bercerita, berkeluh kesah, mengadu pada teman-temanku. Ahh mereka sudah memiliki beribu-ribu kegiatan. Takkan sempat untuk bisa berkunjung ke kamarku yang sangat menjenuhkan ini. Teman-temanku saat ini hanya benda-benda yang ada di sekitarku. Mereka yang akan mendengarkan keluh kesah gundah hati dan pikiran ini. Mereka semua sudah ku namai sesuai dengan keinginanku. Kasur kesayanganku yang ku namai Giant. Sesuai dengan namanya, kuat dan besar, yang kuat sekali menopang tubuh besarku dulu. Sakura, satu-satunya benda hidup yang ada di kamarku ini. Mendengar namanya, pasti berpikiran kalau dia adalah bunga sakura. Semua teman-temanku pun berpikiran seperti itu, tapi Sakura bukanlah bunga sakura yang sebenarnya, melainkan bunga matahari. Mengapa Sakura? entahlah aku sangat menyukai bunga sakura dan ku suka dengan nama itu, aku tidak terlalu suka dengan nama matahari pada sebuah bunga. Hanya matahari yang sebenarnya, yang selalu membangunkan pagi cerahku dengan serpihan sinar hangatnya yang boleh memiliki nama Matahari. Masih banyak lagi teman-teman lainku yang mungkin jika disebutkan akan membuat kalian beranggapan jika aku sudah tak waras. Hidup dengan benda-benda mati. Sudahlah!

Ngomong-ngomong soal teman. Tak selamanya aku berbicara dengan benda-benda mati, atau mungkin Sakura. Sejak aku menempati kamar ini, ku hitung ada sekitar sepuluh atau sebelas orang yang menjadi teman sekamarku, sekaligus teman curhat cerita kehidupanku yang terpengal-pengal, terpotong bagaikan cuplikan film-film yang entah endingnya sampai dan seperti apa. Mereka silih berganti mengisi kekosongan hidup ini. Ada yang menyenangkan, menyebalkan, misterius, bahkan ada juga bisa membuat aku tak bisa berhenti tertawa melihat tingkahnya. Aku merasakan indahnya memiliki teman baru dan pedihnya ditinggalkan lagi oleh teman baruku.

Ada satu dari mereka yang sampai detik ini menjadi penyokong semangat jiwa-batin yang kosong ini. Bang Andre namanya. Dia adalah seorang manager di salah satu perusahaan swasta ternama di daerah Bandung. Selain jadi manager, dia juga memiliki beberapa usaha, seperti butik, rumah makan, dll. Aku salut dengan semangatnya untuk bisa menjadi pegusaha handal di usia mudanya, 28 tahun. Sekitar dua minggu kita berdua satu kamar. Banyak cerita yang mengalir begitu saja di antara kita. Ada satu moment yang menjadi titik puncak kekagumanku terhadapnya. Ya, malam Jumat di pertengahan bulan Desember. Tak sengaja aku bertanya hal pribadi padanya. Aku bertanya mengapa dia belum menikah dan apa tujuan dia dalam hidup ini. Melihat hidupnya sudah tidak ada kurang satu pun, semuanya sudah dimiliki. Namun mengapa dia belum memiliki istri sampai saat ini? Wajahnya berubah diam, tertunduk dan kurasakan, ada tetesan air yang keluar dari kedua bola matanya. Perlahan dia menjawab dengan suara sedikit sendu jika dia ingin sekali beristri dan memiliki keluarga yang seutuhnya, anak yang lucu, dan kehidupan yang diidam-idamkan seluruh laki-laki. Semua itu harus ia pendam dan tunda. Aku semakin bingung dengan jawabanya, apa yang membuat dia harus menunggu untuk menikah? Semua wanita pasti ingin menjadi istrinya? Air matanya semakin deras, dan dia tertunduk agak lama dan hanya ada tiga kata yang keluar dari lisanya, “Ibu, Ibu, dan Ibu”. Seketika bulu kuduk ini berdiri dan entah datang dari mana air mata yang mengalir begitu derasnya. Dia begitu mencintai ibunya, tak ingin dia sekalipun membuat ibunya sedih. Dengan menikah, perhatian kepada ibunya pasti akan berkurang, dia akan fokus memikirkan istri dan anaknya kelak. Sang ibu sebenarnya sudah menyuruhnya untuk segera menikah dan tak usah menghiraukanya. Walaupun dia harus tinggal sendirian di rumah tanpa sang suami yang sudah lama meninggalkanya, dia sudah merelakan anaknya untuk segera menikah dan menempuh kehidupan baru. Namun Bang Andre ingin tetap menemani ibunya sampai mungkin akhir hayatnya dan setelah itu baru dia kan mulai mencari pendamping untuk hidupnya kelak.

Sejak malam itu, aku merasa menjadi anak yang selalu menyusahkan ibuku selama ini, terutama ketika aku harus tinggal di kamar ini. Dia setiap hari datang membawakan makanan kesukaanku, membelikan apa yang aku inginkan dan apa yang aku pinta. Tak satupun permintaan yang tidak dipenuhi oleh ibuku tercinta. Bodohnya diriku! Aku seperti seonggok daging yang tak berguna, hanya bisa diam dalam sunyi dan berdoa. Aku mencintaimu, Bunda.

Ketika akhirnya Bang Andre harus pergi dan meninggalkanku sendiri di kamar yang sunyi ini. Dia hanya menitipkan sebuah janji kepadaku jika kelak aku bisa keluar dari kamar ini, dia akan mengajakku liburan ke tempat yang paling aku impikan, Mekah-Madinah dan Paris-Jepang. Aku ingin bisa pergi haji dan umroh bersama keluarga besarku, dan aku juga ingin ke Paris dan Jepang, melihat indahnya mahakarya arsitektur bangunan yang luar biasa, La Tour Eiffel, dan bisa berada di sekeliling bunga sakura, melihat dan memaknai keindahanya. Bang Andre dia juga berjanji pada Ibu ku, jika dia yang akan membiayayi semua kebutuhanku sampai aku bisa keluar dan berlari dari kamarku ini. Hanya syukur dan syukur yang bisa ku panjatkan kepada Sang Pencipta. Allah akan selalu memberikan jalan kepada hambanya yang berikhtiar di jalanNya.

Kelak aku bisa keluar dari kamar ini, kelak dan semoga aku bisa. Hanya itu harapan yang sudah kutulis dan ku tempel di jendela kamarku. Ya, jendela yang menjadi layar cakrawala dunia yang akan menghubungkan aku dengan dunia luar yang terbatas.

Hari ini, sendiri menyelimutiku. Belum ada teman baru yang akan menemani kekosongan hari-hariku. Sudah hampir satu minggu Jakarta ditutupi dengan awan kelabu yang tak ingin berpijak satu centi pun dari pelatarannya. Hujan tak terkelakkan untuk hadir di ibu kota Indonesia ini. Hawa menjadi semakin dingin yang memaksa instingku dan mungkin orang-orang di luar sana untuk mencari cara menghangatkan diri. Hanya meratap yang bisa ku lakukan sore ini. Mencoba ingin melihat dunia luar di bawah tangisan langit yang sendu. Ya Allah, betapa indahnya dunia luar itu, ingin aku merasakanya. Kuatkah aku dan tubuhku?

Entah apa yang terjadi dengan pikiran dan jiwaku saat ini yang memaksaku untuk flashbackdengan kejadian-kejadian yang menghampiriku sebelum aku datang ke kamar tercintaku ini, kamar 808.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun