Mohon tunggu...
shandes
shandes Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Korelasi Makna Instalasi Tikus dalam Karya Festival Equator

17 Desember 2015   14:56 Diperbarui: 17 Desember 2015   15:12 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

SELAYANG PANDANG

Festival Equator bertajuk "lemahku kekuatanku" merupakan sebuah kolaborasi dari beberapa seniman jogja yang membentuk sebuah instalasi pameran di biannale jogjakarta ,beberapa instalasi di tempatkan di JNM namun mereka sendiri memiliki even sendiri yang akan diadakan di dusun dobangsangan Giripeni, Wates, Kulon Progo. Dalam pameran karya kolektif mempertemukan pelaku seni rupa kontemporer dengan komunitas tani. Kelompok kesini@an dan kelompok tani martani secara kolektif bekerja secara gotong dan royong menyasar persoalan kontekstual dalam masyalah perihal tanah melalui model kerja estetik yang dipahami warga. Kelompok Kesini@an sendiri dikelola perupa di bawah pimpinan Teguh Paino dan beranggotakan anggota kelompok tani

Isu tanah, pemberdayaan desa, dan kemandirian petani menjadi isu sentral yang coba dikelola pemerintahan terkini dengan sangat serius. Bukan saja ini tampak dari kucuran finansial yang langsung masuk ke kas desa, tapi juga nyaris seluruh program kerja diarahkan untuk menjadikan desa sebagai basis kekuatan baru pertahanan negara.Bersamaan dengan semangat perubahan itu, desa juga menyimpan enigma konflik yang laten. Masuknya kultur baru, pemodal besar dari luar, kemiskinan struktural petani, dan rentannya budaya setempat adalah sekam yang terus berapi di arus bawah.Festival kebudayaan dipandang menjadi cara wicara yang lain untuk membaca dan mengurai sekam itu agar tidak menjadi bara dan magma dengan daya ledak mematikan potensi desa itu sendiri. Dalam festival, khususnya festival desa atau wiwitan, suara-suara yang tertekan diberi tempat, kelompok-kelompok marjinal diajeni, dan warga diberi kesempatan partisipasi yang luas.Desa Giripeni, Wates, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta menjadi percobaan festival kesekian untuk melihat desa bukan sebagai ancaman, tapi potensi pertahanan negara yang kuat. Khususnya pertanahan budaya dan ekonomi kecil/menengah.

DESKRIPSI

Dalam instalasi dari karya kolektif bertajuk festival equator "lemahku Kekuatanku" di biennale jogjakarta tedapat salah satu instalasi yang di tempatkan di JNM (Jogja Nasional Museum) tempat dimana biannale berlangsung yang berbentuk tikus dengan ukuran  kurang lebih tinggi 180 cm lebar 100 cm dan  80 cm ,dari badan terbuat dari jerami kering berwarna coklat muda pergelangan tangan dan kaki terbuat dari kayu dan berwarna coklat muda, memakai kacamata yang terbuat dari sponati serta memakai dasi berwarna hitam bermotif segitiga bulat kotak dan berwarna cmyk. posisi tikus duduk di atas sebuah kursi kayu dengan pose kaki kanan dilipat dan ditopang diatas kaki kiri yang posisi selonjoran dan mengarah sedikit ke kanan ,posisi badan sedikit bersandar ke sandaran kursi dengan kepala melihat ke atas dan tangan kanan memegang gigi serta tangan kiri posisi setengah terangkat dan di antara jari jempol dan telunjuk terdapat ekor yang menyembul ke arah depan yang terbuat dari kayu pada jari kelingking tersisip cincin yang terbuat dari kayu

MAKNA

tikus tanah merupakan binatang pengerat yang mayorutas masyarakat di dunia membencinya ,dilihat dari cara mereka memakan padi ,tikus melobang tanah lalu memakan padi dari akarnya ,hal ini bisa di korelasikan dgn sosok koruptor yang memakan uang rakyat langsung dari akarnya tanpa sepengatuan orang lain ,dan tanpa disadari uang mereka telah di korupsi oleh "tikus".Dari keseluruhan bentuk dari instalasi yang berbentuk tikus berdasi sedang duduk bisa di tafsirkan sebagai sosok koruptor, koruptor di simbolkan tikus karena koruptor susah di tangkap sperti layaknya tikus ,tikus sembunyi di gorong gorong sedangkan koruptor sembunyi ke luar negri dengan uang korupsi .Koruptor juga rakus memakan uang rakyat seperti layaknya tikus memakan makanan yang di dapat dengan rakusnya ,koruptor seperti tikus yang bersifat hama dan harus mati diberantas ,Dasi melambangkan kekayaan mereka dan kedudukan mereka sebagai pejabat maupun orang yang memiliki finansial bagus, dan dari itu semua dapat kita interpretasikan bahwa koruptor dibenci masyarakat layaknya tikus kotor. Kepala menadah ke atas memperlihatkan bahwa koruptor itu angkuh dan tidak mau tau dengan keadaan sekelilingnya yang ia tahu hanya bagaimana cara mendapatkaun hal yang lebih dar sebelumnya ,tangan kanan memegang gigi memperlihatkan kekagumanya akan harta yang ia korupsi, kekaguman akan bagaimana cara ia memakan harta orang lain karena gigi merupakan alat kunyah bagi semua makhluk hidup di dunia.

Badan sedikit bersandar dengan posisi rilex dengan kaki kiri selonjoran dan kaki kanan menghimpit kaki kiri dari gesture ini bisa di interpretasikan bahwa para pelaku koruptor berasa aman rilex dan santai dalam menjalankan aksinya ,mereka bebas untuk memakan harta rakyat dengan cara mereka sendiri tanpa adanya rintangan yang berarti ,kaki dari instalasi tikus ini memakai proporsi kaki manusia karena mereka sebenarnya manusia yang seolah olah berperilaku sebagai seekor tikus .Kaca mata hitam yang di gunakan oleh objek instalasi ini bermaksud bahwa para koruptor tak memandang siapapun demi tujuan yang ia inginkan ,mereka tidak buta akan hukum negara malah mereka sadar akan setiap aturanya namun di setiap aturan pasti ada celah yang bisa di masuki dengan celah ini lah mereka bermain memutar uang rakyat demi keuntungan pribadinya serta kaca mata hitam juga menutup arah pandangan mata hal ini bermakna bahwa para koruptor tidak diketahui siapa target yang akan di makanya.

Dasi yang di pakai merupakan pencitraan kedudukan yang ia tempati ,tempat yang ia kuasai dan juga mencitrakan pendidikan yang ia dapati ,dasi bermotif segitiga kotak dan bundar berwarna CMWK secara acak, dan background berwarna hitam  dari segi warna dapat dilihat bahwa ia menguasai dari berbagai aspek untuk di korupsi demi keuntungan pribadi dan background berwarna hitam mencitrakan ,kekuasaan yang ia miliki merupakan kekuasaan yang buruk dan gelap

Sesuai dengan tujuan dari festival equator "lemahku Kekuatanku " yang mengangkat permasalahan dari golongan tani ,pemilihan bahan instalasi memakai bahan jerami kering berwarna coklat yang mencitrakan bahwa objeck instalasi ini merupakan tikus tanah yang menjadi hama para petani yang dapat kita simpulkan koruptor yang dicitrakan adalah koruptor yang mengkorupsi hal yang berhubungan dengan pertanian entah itu tanah, pupuk, bibit, maupun keungan dalam koperasi tani .jerami juga dipilih karena jerami merupakan ampas dari padi yang telah di panen, serta jerami merupakan pangkal dari tumbuhan padi yang notabene adalah penyangga setelah akar agar padi bisa tumbuh kembang hal ini bisa di korelasikan maknanya bahwa koruptor memakan uang rakyat dari hilir ke hulu, yakninya dari dalam baru keluar dan mereka menikmati pangkal atas kehidupan rakyat yang mereka ambil haknya, selain itu pemilihan jerami sebagai bahan utama dari objek instalasi sebagai salah satu pencitraan dunia tani yang berpengaruh bagi dunia apalagi padi adalah makanan pokok mayoritas di indonesia, ekor tikus yang melengkung dan mengarah ke depan dan terselip di antara jari jempol dan jari telunjuk tangan kiri  dan tangan kirinya sendiri berposisi seolah ingin meminta penghormatan melalui salam namun dibalik itu tersisip hinaan yang tersirat di ekor yang tesisip rapi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun