"kasian banget jomblo"
"seleranya ketingian kali"
"gak punya pacar berarti gak laku"
"strict banget jadi orang"
"pacaran itu normal keles"
"sok jual mahal"
Begitulah stereotype yang muncul ketika seseorang tidak memiliki pacar atau memilih untuk tidak berpacaran, seolah-olah kalo gak punya pacar itu hal yang aneh dan patut dipertanyakan.Â
Yang lebih parahnya lagi ada orang yang bilang kalo gak punya pacar itu berarti "suka dengan sesama jenis," padahal faktanya di zaman sekarang pacaran itu bukan hanya laki-laki dengan perempuan, tapi juga laki-laki dengan laki-laki, ataupun perempuan dengan perempuan.
Ketika seseorang memilih untuk tidak berpacaran bukan berarti mereka tidak laku, lesbian, gay, atau stereotype lain yang muncul ditengah masyarakat.Â
Mungkin itulah cara mereka untuk menjaga kehormatan dirinya agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan misalnya, harapan palsu, married by accident, abortion, bahkan tindakan kriminal seperti pembunuhan, bunuh diri, kekerasan fisik, dsb.
Dalam pandangan islam pacaran itu termasuk perbuatan zina dan haram hukumnya, "loh kok zina? kalo pacaran juga gua gak ngelakuin apa-apa kok."Â
Bisa dibilang bahwa pernyataan tersebut itu bullshit, kenapa bullshit? karena yang namanya pacaran itu udah pasti ngapa-ngapain walaupun cuma lewat chat dan gak pernah ketemu, bilang "sayang" ke laki-laki atau ke perempuan yang bukan mahram-nya aja tidak diperkenankan, apalagi sampe mikirin doi sebelum tidur boro-boro inget sama Allah.Â
Seperti yang kita tau bahwa zina itu ada jenis-jenisnya, contoh: zina mata, zina hati (ngebayangin/halu), zina kaki, zina tangan, zina telinga. Jadi intinya sesuatu itu bisa dikatakan zina bukan berarti harus melakukannya secara langsung seperti berduaan, pegangan tangan, having sex dll. Tetapi yang tidak secara langsung pun bisa dikatakan zina seperti yang berpacaran lewat chat, telfon atau vc.
Seringkali muncul pertanyaan begini, "apa sih tujuan pacaran?" banyak orang yang mengatas namakan komitmen dalam pacaran, padahal the real commitment itu ada didalam pernikahan atau kehidupan rumah tangga, ada juga yang hanya ingin main-main tanpa ada tujuan untuk menikah, atau hanya ingin melampiaskan hawa nafsu semata.Â
Memang tidak bisa dipungkiri lagi bahwa manusia memiliki hawa nafsu, tapi hawa nafsu itu harus dilawan bukannya dituruti. Mengikuti hawa nafsu itu seperti minum air laut yang tidak ada habisnya, kira-kira bakal cape gak sih?Â
Lebih memilih mana mengontrol hawa nafsu atau dikontrol hawa nafsu? semakin kita menuruti hawa nafsu, maka dia (hawa nafsu) semakin ngelunjak. Jadi berhati-hatilah.