Mohon tunggu...
SHANATA NAJWA 41821110010
SHANATA NAJWA 41821110010 Mohon Tunggu... Editor - Mahasiswa S1 Universitas Mercu buana

Kampus Universitas Mercu Buana Meruya, Fakultas Teknik Informatika, Sistem Informasi, Dosen Pengampu : Prof. Dr, Apollo, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

TB - 2 Kebatinan Ki Ageng Suryomentaram pada Upaya Pencegahan Korupsi dan Transformasi Memimpin Diri Sendiri

20 November 2024   19:47 Diperbarui: 21 November 2024   03:35 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
PPT Pribadi Modul Dosen:  Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak

5. Konsep Kawruh Jiwa Tentrem

Pada intinya, semua ajaran Ki Ageng bermuara pada Kawruh Jiwa Tentrem, yaitu pemahaman tentang bagaimana mencapai ketenangan jiwa. Jiwa tentrem dicapai ketika manusia mampu mengelola keinginan, mengenali batas kebutuhannya, dan menjalani kehidupan sesuai dengan nilai-nilai kebenaran. 

Dengan jiwa yang tentrem, seseorang akan mampu menghadapi berbagai tantangan hidup tanpa terombang-ambing oleh emosi negatif seperti marah, iri, atau cemas.

Dalam konteks modern, Kawruh Jiwa Tentrem sangat relevan untuk menghadapi kehidupan yang penuh tekanan dan kompleksitas. Prinsip ini mengajarkan keseimbangan antara batin dan tindakan, sehingga manusia dapat menjalani hidup dengan lebih bijaksana, harmonis, dan bermakna.

6. Prinsip Kecukupan (Nrimo)

Prinsip nrimo dalam ajaran kebatinan Jawa, khususnya yang diajarkan oleh Ki Ageng Suryomentaram, berakar pada kesadaran bahwa kebahagiaan sejati muncul ketika seseorang merasa cukup dengan apa yang dimiliki. Nrimo bukan berarti menyerah atau pasif, melainkan sebuah sikap menerima dengan ikhlas dan memahami batas kebutuhan diri. 

Dengan nrimo, manusia tidak terjebak dalam obsesi untuk terus-menerus mengejar keinginan yang tidak berujung, yang sering kali menjadi sumber penderitaan. Sikap ini membantu individu untuk menghargai apa yang ada di depan mata, mengurangi ketamakan, dan menikmati hidup dengan damai.

Dalam praktiknya, nrimo mengajarkan seseorang untuk membedakan antara kebutuhan (butuh) dan keinginan (nafsu). Dengan memahami kebutuhan sejati, manusia mampu menyeimbangkan kehidupannya tanpa merasa tertekan oleh ekspektasi sosial atau materialisme. 

Prinsip ini juga mendorong rasa syukur sebagai inti dari kedamaian jiwa. Ketika seseorang bersyukur dan nrimo atas takdir yang diterima, ia mampu menjalani hidup dengan lebih ringan, tenang, dan penuh makna.

7. Nafsu Angkara

Nafsu angkara merujuk pada dorongan berlebihan yang bersifat egois dan destruktif, seperti keserakahan, kemarahan, iri hati, dan kebencian. Nafsu ini, dalam pandangan kebatinan Jawa, adalah salah satu penghalang terbesar menuju kedamaian jiwa. N

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun