Dalam hubungan sosial: bergaul dengan orang lain tanpa merasa harus selalu menyenangkan semua pihak.
Dalam menghadapi masalah: mencari solusi dengan kepala dingin tanpa terburu-buru atau stres berlebihan.
Tujuan Kebatinan
Kebatinan, khususnya dalam ajaran Ki Ageng Suryomentaram, memiliki tujuan utama untuk menciptakan keseimbangan antara kebutuhan fisik, emosi, dan spiritual seseorang. Hal ini dilakukan untuk membantu individu mencapai kehidupan yang lebih bermakna dan harmonis. Berikut adalah tujuan utama dari kebatinan:
Kedamaian Batin
Membantu individu meraih kedamaian melalui introspeksi dan pengendalian diri, sehingga mampu mengelola emosi dan menghindari konflik batin.Kebahagiaan Sejati (Rasa Seneng Sejati)
Mencapai kebahagiaan yang tidak bergantung pada hal-hal eksternal seperti kekayaan, jabatan, atau status sosial, melainkan berasal dari rasa syukur dan kepuasan dalam menjalani hidup.Integritas dan Pengendalian Diri
Menjadikan seseorang mampu mengendalikan hawa nafsu, ambisi berlebihan, dan dorongan yang tidak selaras dengan nilai-nilai moral. Dengan ini, individu menjadi pribadi yang jujur, bertanggung jawab, dan tidak mudah tergoda untuk melakukan tindakan koruptif.Harmoni dalam Kehidupan
Kebatinan bertujuan menciptakan keharmonisan dalam hubungan manusia dengan dirinya sendiri, orang lain, serta alam sekitar, sehingga tercipta kehidupan yang damai dan penuh toleransi.
Konsep Dasar Kebatinan yang Diajarkan Ki Ageng Suryomentaram
Ki Ageng Suryomentaram, seorang pemikir besar dari Jawa, menawarkan pendekatan kebatinan yang bertujuan mencapai ketenangan jiwa (jiwa tentrem). Ajarannya dikenal sebagai Pangawikan Kawruh Jiwa, yang mencakup pemahaman mendalam tentang diri manusia dan bagaimana mengelola kehidupan dengan penuh kesadaran.
 Melalui pemahaman ini, ia mengajarkan bagaimana manusia dapat hidup dalam harmoni dengan diri sendiri, orang lain, dan alam semesta. Konsep ini terdiri dari beberapa elemen utama: Pawongan, Panunggalan, Sambungan, dan Kawruh Jiwa Tentrem.
1. Pangawikan Kawruh Jiwa
Kawruh Jiwa adalah inti ajaran Ki Ageng yang berfokus pada mengenali sifat dasar manusia, terutama kramadangsa (ego atau keakuan). Ego inilah yang sering kali menjadi sumber penderitaan manusia, karena mendorong seseorang untuk mengejar hal-hal yang bersifat duniawi tanpa batas.Â