Mohon tunggu...
Santini
Santini Mohon Tunggu... Penulis - Freelance Penulis, Ibu Rumah Tangga

Hamba Allah yang senantiasa memperbaiki diri

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Tidak Ada Silent Majority dalam Kemenangan Prabowo-Gibran

25 Februari 2024   16:01 Diperbarui: 25 Februari 2024   16:01 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : www.pixabay.com

Silent majority adalah sebuah istilah yang merujuk pada kelompok masyarakat tanpa gejolak. Dalam penjelasan lain disebut masyarakat yang tidak mengemukakan pendapat di ruang publik. Atau pendeknya adalah masyarakat bisu, masyarakat diam atau masyarakat pasif.

Di pilpres 2024 istilah silent majority  ramai diperbincangkan pasca hasil hitung cepat memenangkan pasangan calon 02 Prabowo-Gibran. Banyak dari para pakar atau bahkan klaim dari timses 02 yang menyebutkan sumbangan silent majority signifikan dalam kemenangan Prabowo-Gibran.

Silent Majority Dalam Peristiwa Pemilu Dunia

Sebuah tulisan panjang dari dosen UGM, Dodi Ambardi, berjudul Menguji Tesis Silent Majority yang tayang di Kumparan pada 12 Oktober 2020 memberikan ulasan tentang silent majority pada pemilu presiden di Amerika Serikat tahun 2016 dan tahun 2020.

Dalam ulasan tersebut, dipaparkan bahwa Trump sebagai calon presiden Amerika tahun 2016 memberikan pidato tentang silent majority yang akan mendukungnya. Hal tersebut awalnya diindikasi sekedar lecutan semangat kepada tim sukses terkait. Mengingat banyak lembaga survei setempat yang mengunggulkan lawan Trump saat itu, Hillary Clinton.

Akan tetapi, ternyata hasil pemilu 2016 benar dimenangkan oleh Trump. Artinya, pernyataan Trump bukan pepesan kosong. Silent majority adalah faktorial menjadi sumbangan elektoral.

Maka, pada tahun 2020 Trump kembali memamerkan optimisme serupa. Sayangnya, Joe Biden penantang Trump di pemilu 2020 mengalahkan Trump baik dalam survei maupun hasil final pemilu.

Silent Majority Dalam Peristiwa Politik Indonesia

Sementara di Indonesia, silent majority juga menjadi salah satu faktor tumbangnya rezim Soeharto setelah 32 tahun berkuasa. Orang-orang yang geram pada berbagai penyelewengan kekuasaan tapi terpaksa diam karena kungkungan tirani yang mendominasi.

Benar, bahwa momentum Poeple Power 98 adalah saat krisis ekonomi. Akan tetapi, hal tersebut sudah didahului dengan krisis ideologi sejak korupsi, kolusi dan nepotisme menjadi nafas pemerintahan orde baru.

Silent majority pada masa itu menularkan pemikiran melalui karya seni, tulisan, film, seminar, dan kanal-kanal lain yang cenderung dijangkau oleh kalangan terpelajar. Sementara pada masyarakat kalangan bawah, pikiran tersebut tersumbat karena lapisan intimidasi atau apatisme dari masyarakat itu sendiri.

Silent Majority di Pilpres 2024

Menyimak catatan di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam sejarah, silent majority secara konsisten tidak berada di bawah kekuasaan. Pada pemilu Amerika 2016, lawan Trump yakni Cillary adalah kandidat yang mendapat dukungan oleh Presiden Amerika saat itu.

Tahun 2020, Trump yang maju sebgai petahana tidak bisa membuktikan sesumbar yang ia gaungkan. Joe Biden yang datang sebagai penantang berhasil keluar sebagai pemenang. Silent majority versi Trump tidak berdampak di sini.

Begitu pun yang terjadi di Indonesia, kelompok yang meniti jalan senyap adalah kelompok yang berseberangan dengan pemerintah. Dengan kata lain, silent majority tidak terjadi begitu saja. Entitas ini  terbentuk oleh suatu keadaan yang membuat mereka harus menyamarkan preferensinya.

Maka, menjadi ganjil jika di alam demokrasi Indonesia saat ini ada klaim kemenangan karena faktor silent majority oleh paslon yang berafiliasi pada kekuasaan itu sendiri. Jika silent majority diartikan sebagai orang-orang yang menghindari perdebatan, maka berarti mereka mengingkari substansi demokrasi.

Kemenangan Paslon 02 Bukan karena Silent Majority

Fakta bahwa paslon 02 adalah representasi dari kekuasaan adalah mutlak tidak bisa dibantah. Fakta bahwa kekuasaan cenderung mendukung paslon 02 juga terang benderang. Lalu keadaan seperti apa yang mengharuskan pemilih 02 menjadi silent majority?

Atau sebenarnya silent majority yang diklaim oleh timses paslon 02 bukan masyarakat yang diam karena menghindari perdebatan, tapi diam karena pilihannya telah ditentukan.

Ditentukan oleh siapa? Oleh kekuasaan yang menyodorkan bantuan sosial? Oleh para politisi yang disandera dengan kesalahan? Oleh saweran posisi dan jabatan? Atau bahkan oleh intimidasi aparat?

Klaim silent majority sengaja diproduksi oleh timses 02 guna mendistraksi citra paslon 02 yang babak belur selama kontestasi pilpres berlangsung. Mulai dari MK, pelanggaran di KPU, politisasi bansos, netralitas presiden dan rangkuman kecurangan dalam dirty vote yang membuat publik tercengang.

Mengapa Harus Mengklaim Istilah Silent Majority?

Hal tersebut karena secara umum perspektif publik terhadap istilah silent majority cenderung positif. Yaitu sebagai gerakan gagasan yang disponsori oleh idealisme dan pemikiran yang mendalam. Silent majority bukan partisan apalagi penjilat kekuasaan.

Berbanding terbalik dengan fakta di lapangan, pada pilpres kali ini ditemukan pengerahan kekuatan kekuasaan besar-besaran yang menguntungkan salah satu pasangan calon. Silent majority yang asli tidak akan berkoalisi dengan gerakan tersebut, maka dibuatkan istilah serupa versi timses 02 sendiri.

Dengan demikian, kemenangan 02 dapat dipastikan bukan karena silent majority dalam persepsi murni. Melainkan silent majority hasil manipulasi. Silent majority juga sering kali memberikan kejutan, membalikkan ramalan karena berupa kekuatan terpendam. Tapi pada faktanya, pilpres 2024 terselenggara sesuai rancangan pemerintah. Terstruktur, masif dan sistematis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun