6. Dalam sebuah kalimat/pernyataan/kesimpulan sering kali hubungan antara kenyataan dan kenyataan lainnya tidak dimunculkan sehingga diperlukan analisa terhadap hubungan tersebut. Di sinilah diperlukan skema untuk menjelaskan hubungan tersebut. Misalnya pada kalimat: Dia mati. Untuk mencapai kesimpulan "Dia mati" ada hubungan antara yang disembunyikan yang bila diskemakan akan berbentuk sebagai berikut:
TB = M (Tidak Bernapas = Mati)
D = TB (Dia = Tidak Bernapas)
D = M (Dia = Mati)
7. Tiga syarat pokok kesimpulan yang benar, yaitu:
a. Titik pangkal/premis harus benar/pasti. Harus dibedakan antara kepastian subjektif (saya merasa pasti) dan kepastian objektif (faktanya memang demikian).
b. Alasan harus kuat/tepat.
c. Jalan pikiran harus lurus/sah.
8. Contoh kesimpulan yang salah:
a. Kesalahan pada titik pangkal.
Semua orang berambut gondrong itu penjahat. (RG = P Â --> Titik pangkal)
Para penjahat harus dihukum. (P = H)
Semua orang berambut gondrong harus dihukum. (RG = H)
b. Alasan tidak kuat/tidak tepat.
Tetangga saya punya mobil oleh karena itu saya harus punya mobil.
T = PM
S = T
S = PM
Dalam hal apa "Saya" sama dengan "Tetangga" ? Apakah cukup alasannya jika kesamaan "Saya" dengan "Tetangga" dihubungkan dengan "kepemilikan mobil" ?
c. Jalan pikiran harus lurus/sah.
Sapi itu binatang. (S = B)
Kuda itu binatang. (K = B)
Jadi sapi itu kuda. (S = K. --> salah kaitan antara alasan/premis dan kesimpulan)
9. Sesuai titik pangkal dalam proses pemikiran, ada dua pola dasar berpikir, yaitu induktif dan deduktif.