Mohon tunggu...
Shalwa Audhya
Shalwa Audhya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Halo, ini untuk pemenuhan tugas ya :)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Desa Gintangan Menjadi Ikon Ekonomi Berbasis Tempat di Banyuwangi

15 November 2024   08:00 Diperbarui: 15 November 2024   08:06 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Desa Gintangan di Banyuwangi, Jawa Timur, berhasil menjadi sorotan sebagai desa yang memanfaatkan potensi lokal untuk mengembangkan ekonomi kreatif berbasis tempat, atau istilah lainnya place based creative economy. Melalui pemanfaatan bambu sebagai bahan utama kerajinan tangan, desa ini tidak hanya membangun identitas yang kuat, tetapi juga memberikan dampak signifikan pada perekonomian masyarakat.

Kerajinan bambu di Gintangan memiliki sejarah panjang sebagai bagian dari kearifan lokal desa ini. Ketekunan masyarakat dalam mengolah bambu menjadi produk-produk yang berguna untuk kehidupan sehari-hari, seperti perabot rumah tangga dan aksesoris, telah diwariskan dari generasi ke generasi. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, desa ini telah mengalami perkembangan yang signifikan dalam pengembangan kerajinan bambunya, seiring dengan meningkatnya dukungan dari berbagai pihak dan perubahan kebutuhan pasar.

Perkembangan pesat yang terjadi tidak hanya berupa pelestarian teknik tradisional, tetapi juga upaya modernisasi yang dilakukan untuk memenuhi permintaan pasar yang semakin luas. Kini, berbagai produk kerajinan bambu dari Gintangan tidak hanya dikenal di pasar lokal, tetapi telah menarik perhatian dari berbagai kota besar di Indonesia. Produk-produk ini bahkan telah merambah pasar internasional, menandai desa Gintangan sebagai salah satu pusat pengrajin bambu yang diakui.

Dengan itu Pemerintah Banyuwangi melihat potensi besar yang dimiliki oleh Desa Gintangan dalam industri kerajinan bambu. Sebagai bentuk dukungan, pemerintah Banyuwangi menyediakan berbagai pelatihan keterampilan bagi para pengrajin, bantuan alat produksi, serta pendampingan dalam hal pemasaran. Pemerintah Banyuwangi  juga aktif mempromosikan produk-produk bambu dari desa ini di berbagai ajang nasional dan internasional, seperti pameran kerajinan dan menyelenggarakan festival Bamboo Gintangan yang secara tidak langsung  menarik pengunjung dari dalam negeri maupun luar negeri. Dengan program ini, para pengrajin di desa Gintangan mendapatkan pengetahuan untuk memastikan kualitas produk serta keberlanjutan usaha mereka.

Inovasi penting lainnya yang muncul adalah adanya kolaborasi antara para pengrajin bambu dengan desainer yang berasal dari kota Banyuwangi sendiri. Dalam kerja sama ini, para desainer ikut berperan dalam mengembangkan produk berbahan bambu yang tidak hanya mempertahankan nilai tradisionalnya tetapi juga tampil lebih modern dan menarik bagi pasar yang lebih luas. Contohnya adalah produk fashion berbahan dasar bambu, seperti tas, topi, dan aksesoris lain yang tidak hanya diminati di pasar domestik tetapi juga berpotensi bersaing di pasar internasional.

Upaya ini menunjukkan bahwa bambu, dengan karakter unik dan daya tahannya, memiliki peluang besar untuk dikembangkan menjadi produk kontemporer yang diminati oleh konsumen global. Tidak lagi di cap sebagai bahan baku tradisional, bambu kini berhasil diangkat sebagai bahan baku untuk produk-produk yang trendi dan modern, dengan desain yang menarik bagi kalangan konsumen muda.

Ekonomi kreatif berbasis kerajinan bambu di Desa Gintangan tidak hanya meningkatkan taraf hidup pengrajin dan desainer yang ada, tetapi juga membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat, khususnya perempuan. Banyak perempuan yang sebelumnya menganggur kini terlibat dalam pembuatan kerajinan bambu, seperti proses pemilahan, perakitan, hingga pengepakan produk. Melalui keterlibatan ini, mereka dapat berkontribusi secara ekonomi dalam keluarga sekaligus mengembangkan keterampilan baru.

Kepala Desa Gintangan menjelaskan, banyak ibu rumah tangga di desa ini yang dulu tidak bekerja, tetapi kini mereka dapat terlibat aktif dalam usaha kerajinan bambu. Hal ini memberikan dampak positif terhadap perekonomian keluarga mereka, sekaligus memberikan kesempatan bagi perempuan untuk mengembangkan keterampilan baru dan berpartisipasi dalam perekonomian desa. Dengan adanya pemberdayaan perempuan dalam sektor ekonomi kreatif ini, turut mendorong terciptanya inklusivitas sosial di desa tersebut.

Keberhasilan Desa Gintangan dalam membangun ekonomi kreatif berbasis tempat memberikan inspirasi bagi daerah lain di Indonesia. Desa kecil ini berhasil memanfaatkan potensi lokal untuk menciptakan produk-produk bernilai tinggi, yang tidak hanya meningkatkan kesejahteraan masyarakat tetapi juga memberikan dampak ekonomi yang nyata. Penerapan ekonomi kreatif berbasis tempat di Gintangan tidak hanya menguntungkan dari segi ekonomi, tetapi juga membantu melestarikan budaya lokal dan menjaga keberlanjutan lingkungan.

Salah satu faktor kunci keberhasilan Desa Gintangan adalah penerapan sense of place dalam pengembangan ekonomi kreatifnya. Sense of place merujuk pada ikatan emosional dan kognitif antara individu dengan lingkungannya, yang mencakup identitas budaya dan kekhasan tempat tersebut. Desa Gintangan, dengan ciri khas kerajinan bambunya, telah berhasil membangun ikatan yang kuat dengan produk-produknya yang mencerminkan identitas dan budaya lokal. Pendekatan ini sangat penting, terutama di era modernisasi yang sering kali mengancam keaslian budaya lokal. Dengan tetap mempertahankan keunikan kerajinan bambu yang menjadi ciri khas desa, Gintangan mampu memberikan pengalaman autentik bagi para wisatawan dan pembeli, sekaligus menciptakan identitas yang kuat di pasar kerajinan nasional. Pendekatan berbasis ekonomi kreatif yang mengedepankan sense of place tidak hanya memberikan dampak ekonomi, tetapi juga membangun kebanggaan lokal yang mendalam di kalangan masyarakat. Melalui inovasi, kolaborasi, dan komitmen untuk menjaga sense of place, Desa Gintangan kini menjadi ikon ekonomi kreatif yang dapat bersaing di pasar global. Desa ini berhasil membuktikan bahwa ekonomi kreatif dapat menjadi sarana efektif untuk membangun identitas lokal yang kuat sekaligus menciptakan peluang ekonomi yang berkelanjutan.

Ke depan, Desa Gintangan diharapkan dapat terus memperkuat posisinya sebagai pusat kerajinan bambu yang ikonik, baik di tingkat nasional maupun internasional. Dengan mengedepankan keberlanjutan dan pemberdayaan masyarakat, Gintangan dapat menjadi contoh nyata dari bagaimana ekonomi kreatif berbasis tempat dapat mengubah kehidupan masyarakat lokal sekaligus memperkenalkan budaya Indonesia ke dunia internasional. Melalui pengembangan ekonomi kreatif yang berpijak pada kearifan lokal, Desa Gintangan telah menunjukkan bahwa desa-desa di Indonesia memiliki potensi besar untuk berkontribusi pada ekonomi nasional, asalkan potensi lokalnya diberdayakan dengan cara yang bijak dan berkelanjutan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun