Tidak hanya penggunaan pribadi, sepeda listrik juga mulai terlihat sebagai moda transportasi umum. Pendekatan seperti ini biasa terjadi di kawasan-kawasan dengan mall, tempat makan, dan perumahan. Salah satu contoh dari implementasi tersebut adalah produk Beam dari Beam Mobility Indonesia.
Secara internasional, produk Beam memang sudah digunakan di negara-negara seperti Australia, Selandia Baru, Korea Selatan, Thailand, Turki, Jepang, dan Malaysia.
Namun, tidak lama kemudian, Beam melakukan ekspansi ke Indonesia, tepatnya di kota-kota seperti Jakarta, Bekasi, Bogor, Solo, Semarang, dan kota-kota besar lainnya.
Beam juga bekerja dengan universitas-universitas besar seperti Universitas Indonesia (UI) dan Institut Pertanian Bogor (IPB) untuk mewadahi para mahasiswanya dengan kendaraan umum yang ramah lingkungan.
Proses menyewa dan menggunakan Beam juga tergolong mudah. Anda hanya perlu mengunduh aplikasi Beam di Play Store (Android) atau App Store (Apple) dan mencari lokasi kendaraan tersebut melalui aplikasi tersebut.
Selain itu, metode pembayaran juga dapat dilakukan melalui kartu kredit atau debit, OVO, Apple Pay, Google Pay, dan beberapa lainnya.
Terlepas dari kemudahan dan popularitas sepeda listrik, kendaraan yang masih baru ini tentunya menghadapi tantangan-tantangan baru.
1. Kurangnya Regulasi yang Jelas
Saat ini, regulasi sepeda listrik di Indonesia masih dalam tahap pengembangan. Banyak pengguna yang tidak mengetahui aturan yang mengatur kecepatan, area operasional, hingga kewajiban menggunakan perlengkapan keselamatan.
Oleh karena regulasi yang tidak jelas, masyarakat juga masih dalam tahap “meraba-raba” dengan sepeda listrik.