Mohon tunggu...
Shaleh Muhammad
Shaleh Muhammad Mohon Tunggu... Mahasiswa - PMII Maros / Wanua Masennang

Freelance yang aktif di organisasi mahasiswa dan kepemudaan, dengan minat pada budaya Bugis, hobi membaca, dan semangat pemberdayaan komunitas.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Eksistensi Tarekat di Kassi: Warisan Spritual yang terjaga di Maros

8 Januari 2025   07:50 Diperbarui: 8 Januari 2025   09:25 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tarekat Khalwatiyah Yusuf yang dikultuskan guru besar dari Tarekat ini ialah Syeikh Yusuf Al-Makassary Tajul Khalwatiy atau dengan sebutan lain Syeikh Abul Mahasin Yusuf Tajul Khalwatiy al-Makassary Mursyid yang ke-32 yang bersambungan langsung sanad ke-tarekatannya dengan nabi Muhammad saw. Tarekat Khalwatiyah mula-mula diajarkan Syekh Yusuf khusus kepada raja-raja dan orang-orang bangsawan saja.

Tarekat ini tidak diajarkan untuk umum, kecuali kepada orang-orang tertentu saja. Hal ini diteruskan serta dilanjutkan oleh khalifah-khalifahnya, sampai kepada Qadhi yang kedua di Maros, yaitu As Syekh Al Qadhi Sayyed Abdul Rahman Assaggaf Puang Rewa. Namun seiring berkembang zaman maka Tarekat ini juga sudah mengajarkan kepada khalayak masyarakat.

Syeikh Sayyid Alimuddin bin Abdul Rasyid Assaqqaf menjelaskan saat peneliti silaturahim dikediamannya, ia mengatakan"Keberaadaan Tarekat Khalwatiyah Yusuf ini namanya dinisbatkan kepada Syeikh Yusuf al-Makassary Tajul Khalwatiy yang mengambil barakka (berkah) ijzah Tarekat dari gurunya yang bernama Syeikh Abul Barakat Ayyub bin Ahmad al-Khalwatiy al-Quraisy sampai ke gurunya dan dari gurunya itu terus bersambung kepada Syeikh Imam Hasan al-Basri beliau Panrita Loppo (Ulama besar) dan dari gurunya Amirul Mu'minin Ali bin Abi Thalib RA, yang berguru langsung kepada Nabiuallah Muhammad saw.

Ketika kita menghubungkan sejarah Tarekat Khalwatiyah Yusuf di Maros sudah pasti akan berbicara dengan sanad atau ijazah Mursyid untuk mengajarkan yaitu dimulai dari Syeikh al-Qadhy as-Sayyid Abdul gaffar Walituddin bin al-Husain Assaqqaf, dari gurunya Syeikh Abu Abdul Majid Nuruddin sampai kepada Syeikh Yusuf al-Makassary.

Puang Qali (qadhi) nama lain dari Syeikh al-Qadhy Abdul Gaffar Waliyuddin yang memulai membawa Tarekat ini di Maros khususnya di Kassi, karena kedatangannya saat ia menjabat sebagai qadhi Bontoala saat itu yang kembali membuka wilayah Kassi sebagaimana sejarah asal muasal Kassi itu sendiri."

Setelah dari itu bersambunglah hingga saat ini kepada Syeikh as-Sayyid al-Haj Hasanuddin bin Abdul Muthalib bin Abdul Rahim Assaqqaf Mursyid yang ke-44, dan juga pada dua tahun lalu sesuai di tahnun 2022 beliau mentalqinkan, membaiat dan mengijzahkan Tarekat Khalwatiyah Yusuf kepada saya sebagai Mursyid yang ke-45, dengan beberapa Mursyid lain yang diangkat termasuk Syeikh as-Sayyid H. Zainal Abidin Assaqqaf, Syeikh Sayyid Ahmad Assaggaf, dan Syeikh sayyid Muslimin bin Abdul Mutahlib Assaqqaf." Tutur (Syeikh as-Sayyid Alimuddin bin Abdul Rasyid Puang Gading.

 Keberlangsungan Tarekat itu berhubungan dengan keberadaan Mursyid yang terus mengajarkan kepada masyarakat, sebab itu sudah tugasnya untuk mengajarkan tarekat. Sementara itu syarat untuk masuk Tarekat itu ketika murid sudah yakin bahwa dirinya mampu menjalankan syariat agama yang baik dan benar serta keikhlasannya untuk menerima dan mengamalkan Tarekat itu.

Baca juga: Menguak Jejak Sejarah Kassi, Labuang, dan Pacelle. Kabupaten Maros

Di Kassi, tarekat ini dibawa oleh Syekh al-Qadhi Abdul Gaffar Waliyuddin, seorang qadhi di Bontoala. Beliau kembali membuka wilayah Kassi sebagai pusat penyebaran tarekat. Hingga saat ini, pengajaran tarekat diteruskan oleh para mursyid, termasuk Syekh as-Sayyid Alimuddin bin Abdul Rasyid Assaqqaf sebagai mursyid ke-45.

Keberlanjutan tarekat ini bergantung pada regenerasi mursyid yang memberikan izin kepada murid untuk melanjutkan pengajaran tarekat. Syarat utama bagi murid adalah kemampuan menjalankan syariat agama dengan baik, disertai keikhlasan untuk menerima dan mengamalkan ajaran tarekat. Jamaah tarekat terus bertambah setiap tahun, tidak hanya dari Kassi dan Maros, tetapi juga dari wilayah lain seperti Wajo, Bone, hingga Papua.

Tarekat Muhammadiyah

Tarekat Muhammadiyah atau juga dikenal As-sanusiyah serta juga sebagai Tarekat Ahmadiyah dan Tarekat Idrisiyah merupakan bagian dari aliran tarekat yang dianggap muktabarah (diakui), dan sahih, dalam lingkup Jam'iyah Ahlit Thariqah al-Muktabarah al-Nahdliyah (Jatman-NU) di bawah naungan Nahdlatul Ulama (NU). Tarekat ini mendapatkan namanya dari Nabi Muhammad saw., dan dalam beberapa tradisi dikenal dengan sebutan Haqiqatul Muhammadiyah, Muhammadiyah al-Sanusiyah, atau al-Idrisiyah. Mahmud (2018).

Tarekat Muhammadiyah ini dalam sejarahnya berasal dari Syekh Abd. Aziz al-Dabbagh, dalam perjalanan spiritualnya, menerima ijazah dari Ahmad al-Hidri, yang dalam tradisi tarekat dikenal sebagai Nabi Khidir as. Silsilah tarekat ini kemudian berlanjut dari Ahmad bin Idris ke Abd. al-Wahhab al-Tazi, lalu ke Syekh Abd. Aziz al-Dabbag, kemudian sampai kepada Nabi Khidir, dan akhirnya kepada Nabi Muhammad saw. Untuk sanadnya yang sambung kepada Nabi Muhammad saw. Sementara itu untuk mengetahui sanad Tarekat dari Syeikh Ahmad bin Indris turun sampai kebawah atau sekarang itu seperti ini. Setelah Ahmad bin Idris mengijazahkan tarekat ini kepada murid-muridnya, tarekat tersebut berkembang menjadi berbagai cabang, salah satunya adalah Tarekat al-Sanusiyah yang dikembangkan oleh Syekh Muhammad bin Ali al-Sanusiy (w. 1276 H/1858 M). Tarekat ini menjadi semakin dikenal ketika al-Sanusi membangun Zawiyah Jabal Abu Qubais dan meneruskan ajarannya kepada muridnya Syekh Muhammad al-Mahdi pada tahun 1900-an. 

Tarekat Muhammadiyah di Maros memiliki akar sejarah yang kuat. Jabal Qubais adalah tempat di mana Anregurutta (sebutan guru di tanah Bugis-Makassar) Syeikh Abu Ubaidah mengambil sanad Tarekat Muhammadiyah dari Syeikh Muhammad al-Mahdi. Pada masa gejolak di Hijaz, Arab Saudi, banyak ulama Nusantara yang memutuskan untuk kembali ke tanah air. Pada awal tahun 1900-an, Anregurutta Abu Ubaidah pulang ke tanah kelahirannya di Sulawesi, tepatnya di Kabupaten Maros. Beliau kemudian mengajarkan Tarekat Muhammadiyah di daerah tersebut.

Keberadaan Tarekat Muhammadiyah di Maros sangat erat kaitannya dengan Anregurutta Abu Ubaidah Matinroe ri Maccopa, yang dimakamkan di Maccopa. Beliau memberikan sanad tarekat kepada Anregurutta Syeikh H. Asaf, yang dikenal dengan julukan Anregurutta Cappa' Jambatang (guru yang tinggal di ujung jembatan Kassi). Sesuai penjelasan Anregurutta Drs. H. Muh. Ali Ismail, mursyid Tarekat Muhammadiyah saat ini, ajaran tarekat ini terus dilanjutkan di lingkungan Kassi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun