Mohon tunggu...
Shaleh Muhammad
Shaleh Muhammad Mohon Tunggu... Mahasiswa - PMII Maros / Wanua Masennang

Freelance yang aktif di organisasi mahasiswa dan kepemudaan, dengan minat pada budaya Bugis, hobi membaca, dan semangat pemberdayaan komunitas.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Eksistensi Tarekat di Kassi: Warisan Spritual yang terjaga di Maros

8 Januari 2025   07:50 Diperbarui: 8 Januari 2025   09:25 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mesjid Al-Manar Kassi (Sumber gambar: Dokumentasi pribadi)

Di balik kehidupan masyarakat Maros yang kaya akan tradisi dan budaya, terdapat praktik keagamaan yang telah berakar kuat selama berabad-abad. Salah satu wujudnya adalah keberadaan tarekat, jalur spiritual yang mengajarkan nilai-nilai kesabaran, keikhlasan, dan penghambaan total kepada Allah SWT. Di lingkungan Kassi, Kelurahan Pettuadae, Kecamatan Turikale, Kabupaten Maros, tarekat bukan sekadar amalan, tetapi menjadi bagian integral dari identitas masyarakat.

Tarekat Khalwatiyah Yusuf dan Tarekat Muhammadiyah menjadi dua tarekat utama yang mewarnai kehidupan spiritual masyarakat Kassi. Melalui bimbingan para mursyid yang terpercaya, tarekat ini terus bertahan, menarik jamaah dari berbagai daerah, dan berkontribusi dalam membentuk moralitas sosial. Apa yang membuat tarekat ini begitu bertahan lama? Bagaimana sejarahnya terjalin dengan erat dalam kehidupan masyarakat? Mari kita telusuri lebih dalam eksistensi dua tarekat ini di Kassi.

Baca juga: Dimensi Tarekat: Tradisi, Sejarah dan Keabsahannya

Keberadaan tarekat di Kassi juga diwarnai dengan hubungan kekerabatan dan tradisi yang kuat, di mana para pengikut tarekat sering kali berasal dari keluarga yang telah berpraktik tarekat secara turun-temurun. Hal ini menunjukkan bahwa tarekat memiliki daya tarik yang kuat dan berakar dalam kehidupan masyarakat, menjadikannya salah satu elemen penting dalam menjaga keseimbangan spiritual dan sosial di Kassi.

Menurut Sayyid Dania Assaggaf puang Rani selaku tokoh masyarakat dan pegiat budaya mengatakan:

"Kassi sejak dahulu sudah terkenal dalam ritual keagamaannya yang disebut dengan Tarekat, namun perlu diketahui keberadaan Tarekat di Kassi itu ada dua, yang pertama adalah Tarekat Khalwatiyah Yusuf dan Tarekat Muhammadiyah"

Hadirnya kedua Tarekat ini tidak lepas dari peran dan jaringan ulama  yang ada di Kassi dengan ulama di luar Kassi kabupaten Maros bahkan hubungan dengan Ulama di luar Maros itu sendiri. Eksistensi tarekat di lingkungan Kassi, kelurahan Pettuadae, kecamatan Turikale, kabupaten Maros, memiliki sejarah dan peran yang signifikan dalam kehidupan masyarakat setempat.

Tarekat, sebagai salah satu bentuk amalan tasawuf dalam Islam, telah menjadi bagian integral dari praktik keagamaan di Kassi, di mana masyarakat menjadikannya sebagai jalan spiritual untuk mendekatkan diri kepada Allah melalui bimbingan seorang guru atau mursyid. 

Tarekat di Kassi tidak hanya berfungsi sebagai sarana untuk meningkatkan spiritualitas individu, tetapi juga memainkan peran penting dalam membentuk moral dan akhlak masyarakat.

Pengajaran tarekat di wilayah ini berfokus pada pemahaman dan pengamalan nilai-nilai Islam yang mendalam, seperti kesabaran, keikhlasan, dan tawakkal, yang semuanya berkontribusi pada terbentuknya karakter yang baik dalam kehidupan sosial sehari-hari.

Tarekat Khalwatiyah Yusuf

Tarekat Khalwatiyah Yusuf yang dikultuskan guru besar dari Tarekat ini ialah Syeikh Yusuf Al-Makassary Tajul Khalwatiy atau dengan sebutan lain Syeikh Abul Mahasin Yusuf Tajul Khalwatiy al-Makassary Mursyid yang ke-32 yang bersambungan langsung sanad ke-tarekatannya dengan nabi Muhammad saw. Tarekat Khalwatiyah mula-mula diajarkan Syekh Yusuf khusus kepada raja-raja dan orang-orang bangsawan saja.

Tarekat ini tidak diajarkan untuk umum, kecuali kepada orang-orang tertentu saja. Hal ini diteruskan serta dilanjutkan oleh khalifah-khalifahnya, sampai kepada Qadhi yang kedua di Maros, yaitu As Syekh Al Qadhi Sayyed Abdul Rahman Assaggaf Puang Rewa. Namun seiring berkembang zaman maka Tarekat ini juga sudah mengajarkan kepada khalayak masyarakat.

Syeikh Sayyid Alimuddin bin Abdul Rasyid Assaqqaf menjelaskan saat peneliti silaturahim dikediamannya, ia mengatakan"Keberaadaan Tarekat Khalwatiyah Yusuf ini namanya dinisbatkan kepada Syeikh Yusuf al-Makassary Tajul Khalwatiy yang mengambil barakka (berkah) ijzah Tarekat dari gurunya yang bernama Syeikh Abul Barakat Ayyub bin Ahmad al-Khalwatiy al-Quraisy sampai ke gurunya dan dari gurunya itu terus bersambung kepada Syeikh Imam Hasan al-Basri beliau Panrita Loppo (Ulama besar) dan dari gurunya Amirul Mu'minin Ali bin Abi Thalib RA, yang berguru langsung kepada Nabiuallah Muhammad saw.

Ketika kita menghubungkan sejarah Tarekat Khalwatiyah Yusuf di Maros sudah pasti akan berbicara dengan sanad atau ijazah Mursyid untuk mengajarkan yaitu dimulai dari Syeikh al-Qadhy as-Sayyid Abdul gaffar Walituddin bin al-Husain Assaqqaf, dari gurunya Syeikh Abu Abdul Majid Nuruddin sampai kepada Syeikh Yusuf al-Makassary.

Puang Qali (qadhi) nama lain dari Syeikh al-Qadhy Abdul Gaffar Waliyuddin yang memulai membawa Tarekat ini di Maros khususnya di Kassi, karena kedatangannya saat ia menjabat sebagai qadhi Bontoala saat itu yang kembali membuka wilayah Kassi sebagaimana sejarah asal muasal Kassi itu sendiri."

Setelah dari itu bersambunglah hingga saat ini kepada Syeikh as-Sayyid al-Haj Hasanuddin bin Abdul Muthalib bin Abdul Rahim Assaqqaf Mursyid yang ke-44, dan juga pada dua tahun lalu sesuai di tahnun 2022 beliau mentalqinkan, membaiat dan mengijzahkan Tarekat Khalwatiyah Yusuf kepada saya sebagai Mursyid yang ke-45, dengan beberapa Mursyid lain yang diangkat termasuk Syeikh as-Sayyid H. Zainal Abidin Assaqqaf, Syeikh Sayyid Ahmad Assaggaf, dan Syeikh sayyid Muslimin bin Abdul Mutahlib Assaqqaf." Tutur (Syeikh as-Sayyid Alimuddin bin Abdul Rasyid Puang Gading.

 Keberlangsungan Tarekat itu berhubungan dengan keberadaan Mursyid yang terus mengajarkan kepada masyarakat, sebab itu sudah tugasnya untuk mengajarkan tarekat. Sementara itu syarat untuk masuk Tarekat itu ketika murid sudah yakin bahwa dirinya mampu menjalankan syariat agama yang baik dan benar serta keikhlasannya untuk menerima dan mengamalkan Tarekat itu.

Baca juga: Menguak Jejak Sejarah Kassi, Labuang, dan Pacelle. Kabupaten Maros

Di Kassi, tarekat ini dibawa oleh Syekh al-Qadhi Abdul Gaffar Waliyuddin, seorang qadhi di Bontoala. Beliau kembali membuka wilayah Kassi sebagai pusat penyebaran tarekat. Hingga saat ini, pengajaran tarekat diteruskan oleh para mursyid, termasuk Syekh as-Sayyid Alimuddin bin Abdul Rasyid Assaqqaf sebagai mursyid ke-45.

Keberlanjutan tarekat ini bergantung pada regenerasi mursyid yang memberikan izin kepada murid untuk melanjutkan pengajaran tarekat. Syarat utama bagi murid adalah kemampuan menjalankan syariat agama dengan baik, disertai keikhlasan untuk menerima dan mengamalkan ajaran tarekat. Jamaah tarekat terus bertambah setiap tahun, tidak hanya dari Kassi dan Maros, tetapi juga dari wilayah lain seperti Wajo, Bone, hingga Papua.

Tarekat Muhammadiyah

Tarekat Muhammadiyah atau juga dikenal As-sanusiyah serta juga sebagai Tarekat Ahmadiyah dan Tarekat Idrisiyah merupakan bagian dari aliran tarekat yang dianggap muktabarah (diakui), dan sahih, dalam lingkup Jam'iyah Ahlit Thariqah al-Muktabarah al-Nahdliyah (Jatman-NU) di bawah naungan Nahdlatul Ulama (NU). Tarekat ini mendapatkan namanya dari Nabi Muhammad saw., dan dalam beberapa tradisi dikenal dengan sebutan Haqiqatul Muhammadiyah, Muhammadiyah al-Sanusiyah, atau al-Idrisiyah. Mahmud (2018).

Tarekat Muhammadiyah ini dalam sejarahnya berasal dari Syekh Abd. Aziz al-Dabbagh, dalam perjalanan spiritualnya, menerima ijazah dari Ahmad al-Hidri, yang dalam tradisi tarekat dikenal sebagai Nabi Khidir as. Silsilah tarekat ini kemudian berlanjut dari Ahmad bin Idris ke Abd. al-Wahhab al-Tazi, lalu ke Syekh Abd. Aziz al-Dabbag, kemudian sampai kepada Nabi Khidir, dan akhirnya kepada Nabi Muhammad saw. Untuk sanadnya yang sambung kepada Nabi Muhammad saw. Sementara itu untuk mengetahui sanad Tarekat dari Syeikh Ahmad bin Indris turun sampai kebawah atau sekarang itu seperti ini. Setelah Ahmad bin Idris mengijazahkan tarekat ini kepada murid-muridnya, tarekat tersebut berkembang menjadi berbagai cabang, salah satunya adalah Tarekat al-Sanusiyah yang dikembangkan oleh Syekh Muhammad bin Ali al-Sanusiy (w. 1276 H/1858 M). Tarekat ini menjadi semakin dikenal ketika al-Sanusi membangun Zawiyah Jabal Abu Qubais dan meneruskan ajarannya kepada muridnya Syekh Muhammad al-Mahdi pada tahun 1900-an. 

Tarekat Muhammadiyah di Maros memiliki akar sejarah yang kuat. Jabal Qubais adalah tempat di mana Anregurutta (sebutan guru di tanah Bugis-Makassar) Syeikh Abu Ubaidah mengambil sanad Tarekat Muhammadiyah dari Syeikh Muhammad al-Mahdi. Pada masa gejolak di Hijaz, Arab Saudi, banyak ulama Nusantara yang memutuskan untuk kembali ke tanah air. Pada awal tahun 1900-an, Anregurutta Abu Ubaidah pulang ke tanah kelahirannya di Sulawesi, tepatnya di Kabupaten Maros. Beliau kemudian mengajarkan Tarekat Muhammadiyah di daerah tersebut.

Keberadaan Tarekat Muhammadiyah di Maros sangat erat kaitannya dengan Anregurutta Abu Ubaidah Matinroe ri Maccopa, yang dimakamkan di Maccopa. Beliau memberikan sanad tarekat kepada Anregurutta Syeikh H. Asaf, yang dikenal dengan julukan Anregurutta Cappa' Jambatang (guru yang tinggal di ujung jembatan Kassi). Sesuai penjelasan Anregurutta Drs. H. Muh. Ali Ismail, mursyid Tarekat Muhammadiyah saat ini, ajaran tarekat ini terus dilanjutkan di lingkungan Kassi.

Eksistensi tarekat di Kassi tetap terjaga melalui regenerasi mursyid yang terus memberikan izin kepada penerusnya untuk mengajarkan tarekat. Keberadaan jamaah yang terus bertambah dari berbagai daerah juga menjadi penopang utama kelangsungan tarekat ini. Meskipun jumlah jamaah tidak tercatat secara administratif, penyebarannya mencakup wilayah-wilayah di dalam dan luar Maros, seperti Dulang, Carangki, Abbekke, dan bahkan daerah-daerah di luar Sulawesi.

Dengan pengajaran yang menekankan nilai-nilai Islam seperti kesabaran, keikhlasan, dan tawakkal, tarekat di Kassi tidak hanya menjadi jalan spiritual individu, tetapi juga memainkan peran penting dalam membentuk moralitas sosial masyarakat. Kedua tarekat ini menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat Kassi, memperkuat identitas spiritual dan budaya wilayah tersebut.

Baca juga: Kampung Kassi, Labuang dan Pacelle. Sumber Identitas dan Harmoni Sosial

Keberadaan Tarekat Khalwatiyah Yusuf dan Tarekat Muhammadiyah di lingkungan Kassi membuktikan bahwa tradisi spiritual Islam dapat terus bertahan dan berkembang melalui regenerasi yang terjaga. Dengan peran mursyid sebagai penjaga estafet ajaran tarekat, serta antusiasme masyarakat dalam mempelajari dan mengamalkan ajaran tarekat, Kassi menjadi salah satu wilayah yang tetap menjaga nilai-nilai spiritualitas dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini tidak hanya memperkaya dimensi keagamaan masyarakat, tetapi juga menjadi bagian penting dari identitas budaya Kassi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun