Seperti diketahui, Oskar terpaksa berbohong demi menyelamatkan para Yahudi untuk tidak dibunuh para Nazi. Pada film tetsebut kita juga dapat melihat bagaimana kekejaman Nazi terhadap para Yahudi.Â
Para Nazi akan dengan mudah membunuh seseorang tanpa belas kasihan. Ditengah film juga terdapat scene dimana tentara Nazi menembak habis dan membantai para Yahudi yang bersembunyi di Krakow Ghetto.
Tanpa adanya rasa kemanusiaan, moral, dan keberanian yang dimiliki Oskar mungkin tidak aka nada lagi Yahudi yang bisa selamat dan keluar dari Polandia. Oskar bahkan rela pabriknya berhenti beroperasi selama tujuh bulan dan tidak peduli lagi berapa juta reichmark yang ia keluarkan untuk bisa membantu para pekerjanya. Ia juga menyatakan bahwa tidak boleh seorangpun membunuh para pekerjanya dengan alasan apapun tanpa seizin Oskar.Â
Hal ini karena Oskar mengetahui bahwa Departemen D telah memerintahkan Goeth untuk menggali dan membakar lebih dari 10.000 mayat orang Yahudi yang terbunuh di Plaszow saat pembantaian Krakow Ghetto.
Dari sini kita bisa menilai bahwa kebohongan dan penyuapan yang dilakukan Oskar pada Nazi tidak sebanding dengan berapa banyak nyawa yang telah menjadi korban kekejaman Nazi.Â
Oskar tidak mau lagi timbul semakin banyak korban dari kekejaman Nazi Jerman. Sehingga ia semakin mempercepat rencananya untuk bisa membebaskan para tahanan dan pekerja kasar Yahudi dari tangan Nazi.Â
Hingga kemudian ia berhasil mengirim para Yahudi ke Auschwitz dan mendeklarasikan mengenai berhentinya perang dan pembebasan tanpa syarat bagi para tahanan. Oskar juga menyatakan bahwa mulai besok mereka dapat memulai proses pencaraian keluarga yang selamat pada peristiwa pembantaian sebelumnya, meskipun ia tahu mungkin tidak banyak orang yang masih selamat.
Menurut pandangan kami, Etika deontologis tidak cocok untuk menilai tindakan Oskar yang berbohong dan menyuap seseorang untuk menyelamatkan orang lain. Hal ini karena dalam etika deontologis menganggap bahwa pelaksanaan kewajiban moral tidak bisa dianggap baik untuk segala kondisi dan tidak menilai tindakan berdasarkan tujuannya.Â
Dalam etika ini perbuatan salah, melanggar aturan, dan merugikan orang lain dianggap sebagai tindakan amoral yang mutlak. Etika ini juga tidak mengakui adanya dusta putih (kebohongan demi tujuan baik), dusta ialah dusta, dan hal tersebut tidak dibenarkan dalam asas-asas moral.
Dengan demikian kita tidak bisa membenarkan tindakan kebohongan dan penyuapan yang dilakukan Oskar melalui etika ini. Karena dari kacamata etika kewajiban ini apa yang dilakukan Oskar tetaplah tindakan amoral.
Meskipun dalam etika ini terdapat kewajiban untuk memperlakukan orang lain secara setara dan tidak merugikan orang lain, tetapi hal tersebut tetap tidak bisa digunakan untuk membenarkan tindakan Oskar. Hal ini karena etika ini hanya menilai dari sudut pandang pelaku dan korban saja, atau dengan kata lain tindakan Oskar tetaplah merugikan pihak Nazi yang menjadi korban kebohongannya.