Film berjudul Schindler List yang berdurasi lebih dari 3 jam ini merupakan salah satu film bersejarah yang menceritakan masa Perang Dunia II. Latar belakang film ini yakni di kota Krakow, Polandia sekitar tahun 1939.Â
Diawal film kita disuguhkan gambaran keadaan kota tersebut pada masa kekuasaan Nazi Jerman. Dari sini kita juga bisa melihat bagaimana dominasi Nazi terhadap kaum Yahudi yang tinggal di wilayah tersebut.
Pemeran utama dalam film ini adalah Oskar Schindler, yakni seorang pengusaha Katolik asal Jerman yang baru saja tiba di Krakow. Oskar memiliki pabrik munisi yang didirikan melalui hasil dukungan militer Nazi Jerman.Â
Namun, berbeda dari para Nazi lainnya, Oskar tidak membenci kaum Yahudi dan justru berupaya untuk membantu para Yahudi untuk bisa bertahan hidup. Untuk mencapai tujuannya, langkah awal Oskar yakni bergabung dengan Partai Nazi demi mencari koneksi dan mendapat otoritas politik diwilayah tersebut.
Dari sana Oskar bertemu dengan salah seorang Nazi bernama Amon Goeth. Oskar berusaha untuk untuk menyogok Nazi tersebut untuk bisa mempekerjakan Yahudi di pabrik miliknya.Â
Oskar melakukan hal itu dengan tujuan agar orang-orang Yahudi tersebut tidak ditangkap dan dibunuh oleh para tentara Nazi. Upaya Oskar untuk meyakinkan Goeth tidaklah mudah. Ia terpaksa berbohong demi meyakinkan Goeth bahwa hal tersebut tidak akan membahayakan dirinya dan itu akan memberikan lebih banyak keuntungan.
Usaha yang dilakukan membuahkan hasil dan Amon sepakat untuk membantunya. Mereka berdua bersama-sama menyelundupkan para Yahudi untuk kemudian bisa bekerja di pabrik milik Oskar.Â
Namun tak dapat dipungkiri bahwa pabrik tersebut mash dikendalikan oleh para Nazi, sehingga karyawan yang dianggap tidak bekerja dengan sungguh-sungguh akan dibunuh. Tidak tinggal diam, Oskar juga telah mengatur siasat untuk bisa melindungi pekerja Yahudinya dan menjaga agar pabrik miliknya bisa terus berjalan tanpa ada kecurigaan dari Nazi.
Dari sini, kita bisa menilai bahwa perbuatan yang dilakukan Oskar merupakan suatu tindakan etis dan bertujuan untuk menyelamatkan nyawa banyak orang. Terlepas dari siapa dan bagaimana latar belakang orang tersebut, setiap manusia tentu memiliki moral dan etika untuk bisa membantu orang lain. Tidak ada satupun orang yang pantas mati hanya karena perbedaan ideologi dan keyakinan.Â
Tindakan Oskar dilandasi oleh rasa keberanian dan moralitas yang tinggi untuk memberikan hak hidup bagi orang-orang Yahudi. Oskar bahkan mempertaruhkan nyawanya sendiri untuk para yahudi yang seharusnya ia benci sebagai seorang Nazi Jerman. Sehingga dapat dikatakan bahwa meskipun dirinya melakukan kebohongan hingga tindakan suap, tetapi apa yang menjadi  tujuannya jauh lebih penting karena ia terpaksa melakukan hal tersebut demi menyelamatkan nyawa banyak orang.
Jika membahas Etika dalam film ini, Etika normatif yang dapat membenarkan tindakan Oskar ialah standar etika konsekuensialis. Dimana menurut etika ini baik buruknya suatu tindakan akan dilihat dari hasil ataupun tujuan seseorang melakukan tindakan tersebut.Â
Seperti diketahui, Oskar terpaksa berbohong demi menyelamatkan para Yahudi untuk tidak dibunuh para Nazi. Pada film tetsebut kita juga dapat melihat bagaimana kekejaman Nazi terhadap para Yahudi.Â
Para Nazi akan dengan mudah membunuh seseorang tanpa belas kasihan. Ditengah film juga terdapat scene dimana tentara Nazi menembak habis dan membantai para Yahudi yang bersembunyi di Krakow Ghetto.
Tanpa adanya rasa kemanusiaan, moral, dan keberanian yang dimiliki Oskar mungkin tidak aka nada lagi Yahudi yang bisa selamat dan keluar dari Polandia. Oskar bahkan rela pabriknya berhenti beroperasi selama tujuh bulan dan tidak peduli lagi berapa juta reichmark yang ia keluarkan untuk bisa membantu para pekerjanya. Ia juga menyatakan bahwa tidak boleh seorangpun membunuh para pekerjanya dengan alasan apapun tanpa seizin Oskar.Â
Hal ini karena Oskar mengetahui bahwa Departemen D telah memerintahkan Goeth untuk menggali dan membakar lebih dari 10.000 mayat orang Yahudi yang terbunuh di Plaszow saat pembantaian Krakow Ghetto.
Dari sini kita bisa menilai bahwa kebohongan dan penyuapan yang dilakukan Oskar pada Nazi tidak sebanding dengan berapa banyak nyawa yang telah menjadi korban kekejaman Nazi.Â
Oskar tidak mau lagi timbul semakin banyak korban dari kekejaman Nazi Jerman. Sehingga ia semakin mempercepat rencananya untuk bisa membebaskan para tahanan dan pekerja kasar Yahudi dari tangan Nazi.Â
Hingga kemudian ia berhasil mengirim para Yahudi ke Auschwitz dan mendeklarasikan mengenai berhentinya perang dan pembebasan tanpa syarat bagi para tahanan. Oskar juga menyatakan bahwa mulai besok mereka dapat memulai proses pencaraian keluarga yang selamat pada peristiwa pembantaian sebelumnya, meskipun ia tahu mungkin tidak banyak orang yang masih selamat.
Menurut pandangan kami, Etika deontologis tidak cocok untuk menilai tindakan Oskar yang berbohong dan menyuap seseorang untuk menyelamatkan orang lain. Hal ini karena dalam etika deontologis menganggap bahwa pelaksanaan kewajiban moral tidak bisa dianggap baik untuk segala kondisi dan tidak menilai tindakan berdasarkan tujuannya.Â
Dalam etika ini perbuatan salah, melanggar aturan, dan merugikan orang lain dianggap sebagai tindakan amoral yang mutlak. Etika ini juga tidak mengakui adanya dusta putih (kebohongan demi tujuan baik), dusta ialah dusta, dan hal tersebut tidak dibenarkan dalam asas-asas moral.
Dengan demikian kita tidak bisa membenarkan tindakan kebohongan dan penyuapan yang dilakukan Oskar melalui etika ini. Karena dari kacamata etika kewajiban ini apa yang dilakukan Oskar tetaplah tindakan amoral.
Meskipun dalam etika ini terdapat kewajiban untuk memperlakukan orang lain secara setara dan tidak merugikan orang lain, tetapi hal tersebut tetap tidak bisa digunakan untuk membenarkan tindakan Oskar. Hal ini karena etika ini hanya menilai dari sudut pandang pelaku dan korban saja, atau dengan kata lain tindakan Oskar tetaplah merugikan pihak Nazi yang menjadi korban kebohongannya.
Film Schindler List mampu memberikan penggambaran mengenai masa-masa Perang Dunia II dimana kondisi setiap negara masih diwarnai peperangan. Film ini juga menunjukkan bagaimana kekejaman Nazi Jerman terhadap kaum Yahudi pada masa itu.Â
Sehingga banyak pesan moral yang dapat kita petik dari film ini salah satunya mengenai rasa kemanusiaan, dimana setiap orang harus memiliki rasa kemanusiaan tersebut untuk bisa menjaga perdamaian antar manusia. Kita harus memahami bahwa setiap orang memiliki nilai yang setara dan tidak ada orang yang pantas mati hanya karena kepercayaan atau ideologi yang dianutnya.Â
Keberanian dan keyakinan Oskar juga mengajarkan kita bahwa tiada usaha yang akan menghianati hasil. Jika kita bersungguh-sungguh untuk mencapai suatu tujuan baik, maka kemudahan dan hal-hal baik juga akan mengiringi langkah kita.Â
Selain itu, melalui film ini kita juga dapat belajar mengenai pentingnya etika dan moral yang harus kita tanamkan pada diri sendiri. Karena hal tersebut nantinya akan menantukan bagaimana cara kita untuk memandang orang lain, dan bagaimana cara orang lain memandang kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H