"Jangan pikirkan perasaan orang lain. Lakukan yang kau mau." - (Daily Dose of Sunshine)
Pernahkah kamu didatangi pikiran-pikiran yang tidak diinginkan seperti “mereka mungkin sedang membicarakanku?” atau “jika aku bersikap seperti ini apakah mereka jadi tidak menyukaiku?” pertanyaan-pertanyaan tersebut cenderung menghantui pikiran kita. Kamu merasa sikapmu membuat orang lain risih sehingga kamu berusaha untuk selalu berbuat baik dan menjaga perasaan mereka agar dirimu tidak dibenci.
Kamu tahu bahwa sebenarnya pikiran itu hanyalah dari pikiran negatifmu tetapi rasanya sangat sulit untuk menyangkal itu semua, kamu sudah mencoba banyak cara seperti nonton serial drama kesukaanmu, menceritakan apa yang kamu pikirkan kepada sahabatmu, bahkan kamu sudah mencoba mencari suasana baru seperti liburan ke luar kota atau hanya sekadar belanja barang-barang lucu di mall, tetapi itu hanya bersifat sementara, ketika kamu sendiri kamu akan memikirkan hal itu lagi, atau pada situasi tertentu kamu akan merasa tertekan dan terganggu dengan pikiran tersebut.
Aku pernah mengalami hal tersebut dipertengahan tahun 2023 itu adalah masa terberatku ketika menjelang masuknya dunia perkuliahan. Ini hal baru bagiku, yup aku tahu bukan hanya aku yang pertama kali masuk ke dunia perkuliahan tetapi semua orang juga mengalaminya.
Aku telat daftar ketika masuk ke universitasku, itu membuatku tidak bisa ikut ospek, hal tersebut sangat menggangguku yang membuatku jadi berpikir “semua orang sudah saling kenal tapi aku tidak, aku pasti akan dikucilkan, aku takut aku tidak memiliki teman” dan banyak lagi hal yang kupikirkan ditambah aku banyak membaca pengalaman orang-orang ketika masuk dunia perkuliahan bukanlah hal yang mudah, aku bahkan tidak bisa tidur dan aku takut dengan hari yang terus berjalan dengan cepat. Ketika akhirnya masuk kuliah aku menyadari ternyata semua tidak serumit pikiranku, tetapi baru-baru ini aku berdebat kembali dengan pikiranku dan merasa makin orang mengenalku mungkin saja mereka tidak menyukai sikapku.
Ganguan mental atau kejiwaan bisa dialami oleh siapa saja. Data Riskesdas (riset kesehatan dasar) 2018 menunjukkan prevalensi gangguan mental emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan untuk usia 15 tahun ke atas mencapai sekitar 6,1% dari jumlah penduduk Indonesia atau setara dengan 11 juta orang.
Pada usia remaja (15-24 tahun) memiliki persentase depresi sebesar 6,2%. Sebenarnya pikiran-pikiran negatif itu muncul dari apa yang kita pikirkan sebelumnya, apa yang browsing, apa yang kita dengar dari konten, dan apa yang kita cari dengan berkeluh kesah kepada teman atau saudara. Akhirnya hal-hal buruk yang kita pikirkan adalah dari apa yang selalu kita cari-cari. Akibatnya dengan keseringan mengumpulkan hal buruk di otak kita perlahan membuat diri kita menjadi susah untuk melangkah maju, perasaan diliputi rasa cemas, waktu terbuang sia-sia dan banyak lainnya, hingga yang terparah dapat menyebabkan gangguan mental.
Mengapa aku selalu mikirkan pendapat orang lain terhadap diriku? Sebenarnya berpikir seperti itu tidak selamanya buruk, Kondisi tersebut membantu kita dalam memikirkan cara beradaptasi di lingkungan sosial, juga berperan dalam mencegah seseorang untuk melewati batas atau melanggar norma sosial.
Selama tidak didasari dengan pikiran negatif yang berlebihan menyebabkan aktivitas kita terhambat karena rasa tidak percaya diri. Orang yang memiliki pikiran negatif berlebihan cenderung mengalami gangguan mental kesehatan seperti gangguan kecemasan, depresi, dan OCD. Gangguan seperti ini tidak hanya dialami orang biasa seperti kita, namun banyak bintang papan atas juga mengalaminya, salah satunya idol dari girlband korea yaitu Mina TWICE. Menjadi idol bukanlah hal yang mudah, banyak tuntutan dari agensi maupun penggemar yang harus dipenuhi, mulai dari harus tersenyum di depan layar, tubuh yang langsing, wajah yang cantik dan banyak lainnya. Mina sempat mengalami gangguan kecemasan atau juga disebut anxiety disorders selama satu tahun, namun akhirnya dia bisa melewati hal tersebut dan kembali ke dunia entertainment dengan lebih bahagia.
Masih banyak orang-orang yang berpemahaman bahwa datang ke psikologi hanyalah untuk orang gila, sebagian besar karena kurang pemahaman dan stigma sosial yang ada dimasyarakat terkait kesehatan mental. banyak masyarakat yang menganggap kalau mencari bantuan profesional seperti psikolog atau psikiater hanya diperlukan ketika seseorang mengalami gangguan mental yang parah. padahal seharusnya, semua orang bisa mencari atau dapat bantuan profesional untuk berbagai alasan contohnya; stres, kecemasan berlebih dan anxiety, atau bahkan hanya untuk mendapat wawasan dan pemahaman yang lebih baik tentang diri mereka sendiri.