Mohon tunggu...
Shaiqul Umam
Shaiqul Umam Mohon Tunggu... Guru - Kepala Sekolah SD 9 Tanjungrejo

Kepala Sekolah muda yang suka mengabadikan seluruh kegiatan sekolah.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Optimalisasi Pembelajaran Berdiferensiasi di Sekolah Dasar

7 Mei 2024   22:14 Diperbarui: 7 Mei 2024   22:33 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pembelajaran berdiferensiasi sedang didengung-dengungkan saat ini. Pembelajaran berdiferensiasi adalah teknik pembelajaran di mana guru menggunakan berbagai model pembelajaran, sumber belajar, dan instrumen penilaian untuk memenuhi kebutuhan individual setiap siswa sesuai dengan kebutuhan mereka. 

Kebutuhan tersebut dapat berupa gaya belajar, minat, dan pemahaman awal tentang materi yang akan dipelajari. Pembelajaran berdiferensiasi ini sesuai dengan aliran behavioristik dan kognitif. 

Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakikatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan yang ditangkap panca indra dengan kecenderungan untuk bertindak. Belajar juga bisa disebut dengan hubungan antara stimulus dan respon. 

Dengan demikian, proses belajar sangat tergantung pada adanya rangsangan atau stimulus yang muncul dari luar diri atau yang kita kenal dengan faktor lingkungan. Proses belajar dapat dipelajari dari kegiatan yang dapat dilihat. 

Sedangkan pada aliran kognitif, belajar adalah kegiatan mental yang ada dalam diri setiap individu. Kegiatan mental ini memang tidak dapat dilihat secara nyata, akan tetapi sesuatu yang ada dalam diri itulah yang bisa menggerakkan seseorang mencapai perubahan tingkah laku.

Konsep pembelajaran berdiferensiasi ini sungguh menarik. Tetapi menjadi tantangan baru bagi guru. Pembelajaran berdiferensiasi menuntut guru menghadirkan pembelajaran yang berpusat pada siswa. 

Konsep yang baik ini ternyata tidak mudah dilaksanakan di sekolah. Setidaknya ada tiga kendala yang menyebabkan pelaksanaan pembelajaran berdiferensiasi ini kurang optimal.

Alasan pelaksanaannya kurang optimal karena pembelajaran berdiferensiasi ini tergolong hal baru di kalangan guru. Pertama, guru belum memahami konsep pembelajaran berdiferensiasi. 

Pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang bisa mengakomodasi seluruh kebutuhan siswa. Setiap siswa memiliki karakter yang berbeda-beda. Guru dituntut mengetahui minat, gaya belajar dan tingkat kemampuan siswanya. Untuk mengetahui karakteristik siswa ini, guru melaksanakan asesmen diagnostik di awal tahun pembelajaran. 

Kedua, jika guru sudah paham, selanjutnya mereka masih kesulitan dalam merencanakan kegiatan pembelajaran berdiferensiasi. Dalam pembelajaran berdiferensiasi ada empat aspek pembeda yang berada dalam kendali guru yaitu: konten, proses, hasil dan lingkungan belajar. Jika aspek konten yang ingin dibedakan maka guru harus menyediakan sumber belajar yang beragam serta disajikan dalam bentuk yang beragam pula. 

Jika ingin membedakan prosesnya maka guru harus menyiapkan proses pembelajaran yang berbeda-beda dalam satu waktu. Jika aspek produk yang ingin dibedakan maka guru harus menyiapkan semua instrumen untuk menilai produk yang dipilih siswa.

Ketiga, jika mereka sudah bisa merencanakan kemudian bagaimana dengan proses asesmennya? Pada awal tahun pelajaran guru sudah melaksanakan asesmen diagnostik. 

Selanjutnya guru mengidentifikasi karakter siswa dan menentukan bakat dan gaya belajar masing-masing siswa. Produk hasil belajar siswa yang beragam, memaksa guru untuk menyiapkan instrumen penilaian yang beragam.

Ketiga akar masalah diatas, semua merujuk kepada kompetensi guru. Karena guru sebagai garda paling depan dalam penerapan kurikulum merdeka. Maka solusi utama dalam masalah tersebut tentu meningkatkan keterampilan guru dalam menerapkan kurikulum merdeka. 

Kemendikbud telah mempersiapkan Platform Merdeka Mengajar (PMM) sebagai media belajar guru. PMM selayaknya buku saku bagi guru. Semua materi tentang kurikulum merdeka ada pada PMM. 

Selain itu PMM juga menyediakan contoh best practice pembelajaran penerapan kurikulum merdeka yang dapat ditiru. Namun adanya PMM tidak serta merta solusi terpecahkan karena tidak semua guru mau mengeksplor PMM. Maka perlu solusi tambahan untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Pertama, Dukungan kepala sekolah. Kepala sekolah sebagai manajer melakukan perencanaan, pengorganisasi, penggerak, dan pengawasan semua program sekolah. Bentuk dukungan kepala sekolah dalam pelaksanaan pembelajaran berdiferensiasi adalah membuat In House Training di sekolah. Kegiatan IHT ini dengan maksud untuk meningkatkan kompetensi guru terkait pembelajaran berdiferensiasi.

Kedua, Dukungan Pengawas Sekolah. Peran pengawas dalam hal ini adalah ikut mendampingi kepala sekolah dan guru dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi di kelas. 

Ketiga, Dukungan Stakeholder Sekolah. Stakeholder sekolah merupakan kumpulan sejumlah orang yang saling berkolaborasi dan berinteraksi demi mencapai tujuan bersama untuk sekolah. Stakeholder sekolah ini meliputi komite sekolah, wali siswa, tokoh masyarakat, pemerintah desa serta dinas pendidikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun