Mohon tunggu...
Shahnaz Subekhan
Shahnaz Subekhan Mohon Tunggu... Lainnya - Universitas Pancasakti Tegal

Writings.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Maknai Proses Pendidikan, Pendidikan Bukan Sulap

26 November 2020   12:06 Diperbarui: 26 November 2020   12:16 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Melihat yang tidak terlihat, mendengar yang tidak terdengar, merasa apa yang tidak terasa."

Karena sejatinya belajar bukan hanya apa yang mengetahui apa yang tersurat, terlihat secara kasat mata. Namun juga memahami yang tersirat, mencari arti dibalik tanya mengapa, memantik kemauan, dan menumbuhkan rasa.

Ketika seseorang ingin meningkatkan kemampuannya dengan mengikuti pendidikan di suatu wadah/lembaga, akan ada ekspektasi-ekspektasi yang muncul terhadap apa yang akan didapatkannya di pendidikan tersebut.

Apa yang aku akan dapatkan? Bisa apa nanti aku setelah selesai dari sini?

Dan tidak bisa dipungkiri jika semua pasti berharap jadi pribadi yang lebih baik dan capable ketika selesai menyelesaikan pendidikan. Selesai les bahasa Inggris, berharap jago bahasa Inggris. Selesai Kumon, harapannya jago ngulik persoalan matematika. Selesai kuliah, harapannya jadi sarjana dengan skill set mumpuni yang siap membangun Indonesia.

Sebagian orang terjebak paradigma bahwa pendidikan itu bisa secara otomatis membuat orang-orang yang masuk (input) menjadi lulusan ideal seperti yang diharapkan (output).

Kenyataanya tidak semulus itu.

Ketika seseorang ikut pendidikan X dan menyelesaikan hingga tahap akhir, tidak serta-merta secara ajaib membuatnya menjadi lulusan X yang capable atau langsung otomatis sesuai seperti yang diharapkan.

Pendidikan bukan sulap.

Bagian Dari Sistem Pendidikan

Suatu sistem terdiri dari input, proses, dan output. Bisa dibilang input adalah pesertanya yang masih mentah, proses mentransformasi input yang ada supaya bisa keluar sebagai output yang diharapkan.

Proses. Tahapan penting yang memang tidak akan bisa sempurna, namun bisa dibuat semaksimal mungkin. Menurut hemat saya, ada 3 elemen yang berpengaruh pada keberhasilan proses pendidikan:

  1. Pendidiknya: bagaimana materi dan metode diberikan, komitmen dan ketulusan dalam mendidik, aturan yang sesuai, pelaksanaan teknis yang tepat, terus mengevaluasi diri apa penyampaian yang kurang
  2. Pesertanya: bagaimana peserta punya growth mindset, punya sikap kritis namun berpikiran terbuka terhadap hal yang diberikan, memaknai proses dan materi bukan hanya tersurat tetapi hal tersirat di sekitarnya, terus mengevaluasi diri apa pemahaman yang kurang
  3. Lingkungannya: bagaimana entitas luar mendukung proses pendidikan sesuai keluaran yang diharapkan, baik lingkungan sosial peserta, lingkungan regulasi/hukum pendidik, ketika pendidikan itu berlangsung maupun telah selesai.

Dari Sudut Pandang Peserta

Dari sudut pandang peserta, elemen pendidik dan lingkungan hanyalah entitas eksternal. Sebagai peserta, kita tidak bisa mengendalikan entitas eksternal ini. Lalu kita bisa apa?

Kendalikan dan maksimalkan satu-satunya bagian dari proses yang bisa kita kendalikan, yaitu diri kita sendiri.

Maknai prosesnya. Tanya kepada diri sendiri apa yang kita pahami dari semua yang telah kita lakukan, yang telah kita dapat. Kurang dimanakah kita? Lakukan terus menerus sambil membenturkan diri kepada output ideal yang kita harapkan.

Jangan berhenti pada materi yang diberikan tersurat, carilah makna pada proses pendidikan itu yang hanya ada secara tersirat. Lihatlah yang tidak terlihat, dengarlah yang tidak terdengar, rasakan yang tidak terasa. Baru kita akan menghayati benar-benar proses yang kita jalani, dan memudahkan diri untuk makin mendekati output ideal versi kita sendiri.

Tips sederhana: berempatilah pada pendidik. Coba posisikan diri dari sudut pandang pendidik. Apa yang mereka harapkan dari peserta?

Dari Sudut Pandang Pendidik

Berlakulah sebaik-baiknya sesuai peran pendidik. Karena tutur, gestur, sikap, hingga ekspresi semua memberi impresi yang bisa bermakna macam-macam bagi peserta. Impresi yang baik akan memudahkan proses pendidikan itu berjalan. Bagaimana peserta memaknai proses juga banyak bergantung pada apa yang dilakukan oleh pendidik itu sendiri. Buatlah kondisi sebaik mungkin yang mendukung pemaknaan proses oleh para pesertanya.

Jadilah teladan. Practice what you preach. Peserta membutuhkan rolemodel, yang paling mudah ditemukan di dekat mereka yaitu para pendidik mereka.

Lakukanlah dengan hati. Jika kasusnya materi metode yang diberikan tidak sepenuhnya sampai tepat sasaran, minimal setidaknya, perasaan kita sebagai pendidik itu sampai kepada peserta. Jika kepala sudah buntu, bergeraklah dengan hati.

Tips sederhana: berempatilah pada peserta. Coba posisikan diri dari peserta. Apa yang mereka harapkan dari pendidik?

Semua Itu untuk Apa?

Jika menjadi pendidik, sadarilah bahwa setiap tindakan dan keputusan kita berdampak besar pada proses. Bersikaplah sebaik mungkin. Lakukan semua dengan hati.

Jika menjadi peserta, sadarilah bahwa sebagai peserta, kita juga adalah bagian dari sistem. Sadarilah kalau yang berpengaruh pada hasil akhir pendidikan ini bukan cuma faktor pendidik saja, tapi pendidik dan peserta. Keduanya dengan peran masing-masing menjalani proses dengan tujuan yang sama.

Untuk apa? Ya untuk membentuk output ideal yang diidam-idamkan semua pihak, baik itu peserta, pendidik, ataupun lingkungan.

Poster Tokoh, Tan Malaka
Poster Tokoh, Tan Malaka
Output ideal itu seperti apa? Bisa macam-macam. Tapi versi saya, saya suka meminjam kata-kata dari Tan Malaka.

Untuk mereka yang akan dididik, dan untuk kita yang dulu dididik dan akan mendidik:

Selamat memaknai proses. Lelah itu pasti, maka jangan sampai lelah itu sia-sia. Niatkan untuk Tuhan, Bangsa, dan Almamater. Semoga jadi ladang pahala.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun