Dengan langkah kedua ini seorang muslim telah selesai dalam pembentukan kepribadian Islam. Dia telah dikatakan telah memiliki kepribadian Islam (syakhshiyyah Islamiyah) sekalipun baru tahap awal dalam berfikir secara Islami dan mengolah sikap jiwa secara Islami.Â
Seorang muslim sudah dikatakan sudah memiliki cara berfikir Islam walaupun belum bisa berbahasa Arab apalagi berijtihad seperti Imam As SyafiI rahimahullah. Dia sudah dikatakan telah berfikir Islami walaupun baru tahu sholat lima waktu itu wajib, sholat berjamaah di masjid itu lebih utama 25-27 kali daripada sholat di rumah, judi dan khomer serta undian itu adalah permainan syaithon yang harus dijauhi, menyuap maupun menerima suap itu hukumnya haram. Seorang yang berfikir Islami memang tidak disyaratkan mesti canggih dulu berfikirnya.
Seorang muslim dikatakan telah memiliki sikap jiwa Islami apabila telah bertekad untuk mengubah sikap hidupnya secara total mengikuti Islam dan istiqomah. Ketika ada orang meminta nasihat kepada Rasulullah saw. yang dengan nasihat itu dia tidak bertanya lagi, beliau saw. menjawab:Â
Katakanlah aku beriman kepada Allah, lalu bersikaplah istiqomah. [HR. Muslim].
Asal orang sudah bertekad seperti itu, dia dikatakan telah memiliki sikap jiwa Islami (nafsiyah islamiyah) sekalipun belum banyak beribadah. Sekalipun dia baru melaksanakan sholat wajib dan sedikit sholat sunnah. Sekalipun dia baru belajar sholat tahajjud. Sekalipun dia baru belajar membaca Al Fatihah dan Qulhu. Sikap jiwa dan istiqomah untuk selalu mengendalikan perilaku dengan ajaran Islamlah yang membuat seorang memiliki sikap jiwa Islami. Rasulullah saw. bersabda:Â
Tiada beriman salah seorang di antara kamu sehingga mempersiapkan hawa nafsunya mengikuti ajaran Islam yang kubawa. [HR. An-Nawawi].
* Meningkatkan kualitas kepribadian Islam.
Namun untuk mencapai kesempurnaan hidup, agar menjadi manusia yang lulus terbaik dalam ujian Allah SWT dalam kehidupan di dunia, seorang muslim tidak boleh hanya berhenti di tekad atau status telah memiliki kepribadian Islam. Tapi dia harus memiliki tekad untuk menyempurnakan dirinya menjadi mukmin yang muttaqin.Â
Oleh karena itu, langkah ketiga, seorang muslim itu membina cara berfikir Islaminya dengan meningkatkan pengetahuannya tentang ilmu-ilmu Islam, baik aqidah Islamiyah itu sendiri, Al Quran, As Sunnah, Tafsir ayat-ayat Al Quran, Fiqh, hadits, siroh, bahasa Arab dan lain-lain yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas cara berfikirnya yang senantiasa menghubungkan segala sesuatu yang difikirkannya dengan informasi Islam.Â
Seorang muslim perlu menambah keyakinannya dengan tambahan pengetahuan tentang aqidah Islam dari Al Quran maupun As Sunnah. Dia akan menemukan Allah SWT menyatakan bahwa agama Islamlah yang diridloi oleh Allah dan mencari agama selain Alloh adalah kerugian yang besar. Dalam Quran Surat Ali Imron 19 dan Quran surat Ali Imran 85.Dengan keyakinan ini dia akan menjaga keislamannya sampai akhir hayatnya sebagaimana tuntunan Allah dalam firman-Nya:
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Isla. (Qs. Ali-Imran [3]: 102).