Mohon tunggu...
Shafira Rixas Febriana
Shafira Rixas Febriana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Ilmu Komunikasi UMJ

"kunci kesehatan cuma satu,yaitu jangan sakit"

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Peristiwa G30S/PKI melalui Perspektif Sosiologi Komunikasi

14 Juli 2024   14:40 Diperbarui: 14 Juli 2024   14:45 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Peristiwa G-30-S-PKI yang terjadi pada malam tanggal 30 September sampai dengan 1 Oktober 1965, menjadi satu babak paling kelam dalam sejarah Indonesia.

Peristiwa tersebut merupakan upaya kudeta yang mengakibatkan terbunuhnya  jenderal TNI Angkatan Darat (AD) dan beberapa orang lainnya.

Nama-nama dibawah ini merupakan orang yang gugur pada kejadian tersebut:

1. Letnan Jenderal Anumerta Ahmad Yani yang meninggal dunia di rumahnya, Jakarta Pusat. Sekarang rumahnya sudah menjadi Museum yang diberi nama Sasmita Loka Ahmad Yani.

2. Mayor Jenderal Mas Tirtodarmo Haryono

3. Mayor Jenderal Raden Soeprapto

4. Brigadir Jenderal Donald Isaac Panjaitan

5. Mayor Jenderal Siswondo Parman

6. Brigadir Polisi Ketua Karel Satsuit Tubun yang meninggal dunia di rumahnya

7. Brigadir Jenderal Sutoyo Siswomiharjo

8. Kolonel Katamso Darmokusumo adalah korban dari tragedi G30S/PKI di Yogyakarta

9. Letnan Kolonel Sugiyono Mangunwiyoto korban meninggal dari peristiwa G30S/PKI di Yogyakarta

10. Ade Irma Suryani Nasution yaitu Putri Abdul Haris Nasution yang juga meninggal di kejadian G40S/PKI

11. Kapten Lettu Czi Pierre Andreas Tendean yang meninggal di rumah Jenderal Abdul Haris Nasution.

Meninggalnya Kapten Lettu Czi Pierre Andreas Tendean atau ajudan Jendral A. H. Nasution dikarenakan para pasukan Cakrabirawa serta Partai Komunis mengira bahwa dia adalah Jendral A. H. Nasution yang mengakibatkan Kapten Lettu Czi Pierre Andreas di tangkap serta tidak menyebutkan keberadaan Jendral A. H. Nasution yang sebenernya. Sangat di sedihkan putri dari Jendral A. H. Nasution yang bernama Ade Irma Suryani Nasution tertembak di kediamannya saat kejadian berlangsung, sempat dilarikan ke rumah sakit namun beberapa hari kemudian ia wafat pada tanggal 6 Oktober 1965, dan Ade Irma Suryani Naution menjadi pahlawan melawan kekerasan dan penindasan.

Di balik tragedi ini terdapat kompleksitas hubungan sosial, politik, dan ideologi yang patut dipertimbangkan dari perspektif sosiologi komunikasi.

* Sosiologi Komunikasi: Mengungkap Relasi Kekuasaan dan Propaganda

Dari perspektif sosiologi komunikasi, G-30-S-PKI merupakan ekspresi ketegangan ideologi dan perebutan kekuasaan pada masa itu. Di satu sisi ada Partai Komunis Indonesia (PKI) yang terus memperluas pengaruhnya, dan di sisi lain ada Angkatan Darat (AD) yang memandang PKI sebagai ancaman terhadap stabilitas negara.

Propaganda dan penyebaran informasi menjadi sarana dinamika komunikasi terpenting pada masa itu. PKI menggunakan media massa dan jaringan simpatisannya untuk menyebarkan retorika anti-pemerintah dan pro-komunis.

Sementara itu, Angkatan Darat (AD) melancarkan kampanye antikomunis sehingga menimbulkan sentimen dan permusuhan terhadap PKI dan anggotanya.

 * Ketidakseimbangan informasi dan kegagalan komunikasi

Ketidakseimbangan informasi dan kegagalan komunikasi antar kelompok menjadi faktor penentu tragedi G-30 S-PKI. Kurangnya dialog dan pemahaman  mendalam antar pihak memicu kesalahpahaman dan ketidakpercayaan. Situasi ini semakin diperparah dengan semakin memanasnya situasi politik  dan minimnya ruang  mediasi.

 * Dampak luka mendalam dan tantangan rekonsiliasi

Tragedi G-30-S-PKI meninggalkan luka mendalam bagi bangsa Indonesia. Hilangnya nyawa, pembunuhan massal, dan stigmatisasi terhadap PKI dan simpatisannya mengakibatkan trauma kolektif yang masih dirasakan hingga saat ini. Rekonsiliasi dan upaya untuk menyembuhkan luka nasional masih merupakan tantangan yang kompleks.

 * Kesimpulan:  Belajar dari masa lalu, membentuk masa depan

Peristiwa G-30 S-PKI merupakan pembelajaran berharga bagi bangsa Indonesia tentang pentingnya komunikasi yang efektif, toleransi, dan saling pengertian antar kelompok. Dengan melihat peristiwa ini dari perspektif sosiologi komunikasi, kita dapat menciptakan ruang dialog yang lebih konstruktif dan membangun masa depan yang lebih damai dan inklusif.

Nama                        : Shafira Rixas Febriana
NPM                          : 23010400143
Mata Kuliah           : Sosiologi Komunikasi (L)
Dosen Pengampu : Istisari Bulan Lageni, S.Sos, M.I.Kom
Universitas Muhammadiyah Jakarta

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun