9. Letnan Kolonel Sugiyono Mangunwiyoto korban meninggal dari peristiwa G30S/PKI di Yogyakarta
10. Ade Irma Suryani Nasution yaitu Putri Abdul Haris Nasution yang juga meninggal di kejadian G40S/PKI
11. Kapten Lettu Czi Pierre Andreas Tendean yang meninggal di rumah Jenderal Abdul Haris Nasution.
Meninggalnya Kapten Lettu Czi Pierre Andreas Tendean atau ajudan Jendral A. H. Nasution dikarenakan para pasukan Cakrabirawa serta Partai Komunis mengira bahwa dia adalah Jendral A. H. Nasution yang mengakibatkan Kapten Lettu Czi Pierre Andreas di tangkap serta tidak menyebutkan keberadaan Jendral A. H. Nasution yang sebenernya. Sangat di sedihkan putri dari Jendral A. H. Nasution yang bernama Ade Irma Suryani Nasution tertembak di kediamannya saat kejadian berlangsung, sempat dilarikan ke rumah sakit namun beberapa hari kemudian ia wafat pada tanggal 6 Oktober 1965, dan Ade Irma Suryani Naution menjadi pahlawan melawan kekerasan dan penindasan.
Di balik tragedi ini terdapat kompleksitas hubungan sosial, politik, dan ideologi yang patut dipertimbangkan dari perspektif sosiologi komunikasi.
* Sosiologi Komunikasi: Mengungkap Relasi Kekuasaan dan Propaganda
Dari perspektif sosiologi komunikasi, G-30-S-PKI merupakan ekspresi ketegangan ideologi dan perebutan kekuasaan pada masa itu. Di satu sisi ada Partai Komunis Indonesia (PKI) yang terus memperluas pengaruhnya, dan di sisi lain ada Angkatan Darat (AD) yang memandang PKI sebagai ancaman terhadap stabilitas negara.
Propaganda dan penyebaran informasi menjadi sarana dinamika komunikasi terpenting pada masa itu. PKI menggunakan media massa dan jaringan simpatisannya untuk menyebarkan retorika anti-pemerintah dan pro-komunis.
Sementara itu, Angkatan Darat (AD) melancarkan kampanye antikomunis sehingga menimbulkan sentimen dan permusuhan terhadap PKI dan anggotanya.
 * Ketidakseimbangan informasi dan kegagalan komunikasi
Ketidakseimbangan informasi dan kegagalan komunikasi antar kelompok menjadi faktor penentu tragedi G-30 S-PKI. Kurangnya dialog dan pemahaman  mendalam antar pihak memicu kesalahpahaman dan ketidakpercayaan. Situasi ini semakin diperparah dengan semakin memanasnya situasi politik  dan minimnya ruang  mediasi.